MEMPERBAIKI DIRI SEBELUM MEMPERBAIKI SISTEM
(Reformasi Jilid akhir untuk Indonesiaku)
DI ANTARA prioritas yang dianggap sangat penting dalam usaha
perbaikan (ishlah) ialah memberikan perhatian terhadap
pembinaan individu sebelum membangun masyarakat; atau
memperbaiki diri sebelum memperbaiki sistem dan institusi.
Yang paling tepat ialah apabila kita mempergunakan istilah
yang dipakai oleh al-Qur'an yang berkaitan dengan perbaikan
diri ini; yaitu:
"...Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu
kaum sehingga mereka mengubah keaduan yang ada pada
diri mereka sendiri..." (ar-Ra'd: 11)
Inilah sebenarnya yang menjadi dasar bagi setiap usaha
perbaikan, perubahan, dan pembinaan sosial. Yaitu usaha yang
dimulai dari individu, yang menjadi fondasi bangunan secara
menyeluruh. Karena kita tidak bisa berharap untuk mendirikan
sebuah bangunan yang selamat dan kokoh kalau batu-batu
fondasinya keropos dan rusak.
Individu manusia merupakan batu pertama dalam bangunan
masyarakat. Oleh sebab itu, setiap usaha yang diupayakan untuk
membentuk manusia Muslim yang benar dan mendidiknya --dengan
pendidikan Islam yang sempurna-- harus diberi prioritas atas
usaha-usaha yang lain. Karena sesungguhnya usaha pembentukan
manusia Muslim yang sejati sangat diperlukan bagi segala macam
pembinaan dan perbaikan. Itulah pembinaan yang berkaitan
dengan diri manusia.
Sesungguhnya pembinaan manusia secara individual untuk menjadi
manusia yang salih merupakan tuga utama para nabi Allah, tugas
para khalifah pengganti nabi, dan para pewaris setelah mereka.
Pertama-tama yang harus dibina dalam diri manusia ialah iman.
Yaitu menanamkan aqidah yang benar di dalam hatinya, yang
meluruskan pandangannya terhadap dunia, manusia, kehidupan,
dan tuhan alam semesta, Pencipta manusia, pemberi kehidupan.
Aqidah yang mengenalkan kepada manusia mengenai prinsip,
perjalanan dan tujuan hidupnya di dunia ini. Aqidah yang dapat
menjawab pelbagai pertanyaan yang sangat membingungkan bagi
orang yang tidak beragama: "Siapa saya? Dari manakah saya
berasal? Akan kemanakah perjalan hidup saya? Mengapa saya ada
di dunia ini? Apakah arti hidup dan mati? Apa yang terjadi
sebelum adanya kehidupan? Dan apakah yang akan terjadi setelah
kematian? Apakah misi saya di atas planet ini sejak saya masih
di alam konsepsi hingga saya meninggal dunia?
Iman --bukan yang lain-- adalah yang memberikan jawaban
memuaskan bagi manusia terhadap pertanyaan-pertanyaan besar
berkaitan dengan perjalanan hidup manusia itu. Ia memberikan
tujuan, muatan makna, dan nilai bagi kehidupannya. Tanpa iman
manusia akan menjadi debu-debu halus yang tidak berharga di
alam wujud ini, dan sama sekali tidak bernilai jika dihadapkan
kepada kumpulan benda di alam semesta yang sangat besar. Umur
manusia tidak ada apa-apanya kalau dibandingkan dengan
perjalanan geologis yang berkesinambungan pada alam semesta,
dan yang akan terus berlangsung dan tidak akan berakhir.
Kekuatan Manusia tidak akan ada apa-apanya kalau dibandingkan
dengan pelbagai kejadian di alam semesta yang mengancam
keselamatannya; seperti: gempa bumi, gunung meletus, angin
ribut, banjir, yang merusak dan membunuh manusia. Ketika
berhadapan dengan pelbagai peristiwa alamiah itu, manusia
tidak dapat berbuat apa-apa, walaupun dia mempunyai ilmu
pengetahuan, kemauan, dan teknologi canggih.
Selamanya, iman merupakan pembawa keselamatan. Dengan iman
kita dapat mengubah jati diri manusia, dan memperbaiki segi
batiniahnya. Kita tidak dapat menggiring manusia seperti kita
menggiring binatang ternak; dan kita tidak dapat membentuknya
sebagaimana kita membentuk peralatan rumah tangga yang terbuat
dari besi, perak atau bijih tambang yang lainnya.
Manusia harus digerakkan melalui akal dan hatinya. Ia harus
diberi kepuasan sehingga dapat merasakan kepuasan itu. Ia
harus diberi petunjuk agar dapat meniti jalan yang lurus; dan
ia harus digembirakan dan diberi peringatan, agar dia dapat
bergembira dan merasa takut dengan adanya peringatan tersebut.
Imanlah yang menggerakkan dan mengarahkan manusia, serta
melahirkan berbagai kekuatan yang dahsyat dalam dirinya.
Manusia tidak akan memperoleh kejayaan tanpa iman. Karena
sesungguhnya iman membuatnya menjadi makhluk baru, dengan
semangat yang baru, akal baru, kehendak baru, dan filsafat
hidup yang juga baru. Sebagaimana yang kita saksikan ketika
para ahli sihir Fir'aun beriman kepada Tuhan nabi Musa dan
Harun. Mereka menentang kesewenangan Fir'aun, sambil berkata
kepadanya dengan penuh ketegasan dan kewibawaan:
"... maka putuskanlah apa yang hendak kamu putuskan.
Sesungguhnya kamu hanya akan dapat memutuskan pada
kehidupan di dunia ini saja... (Taha: 72)
Kita juga dapat melihat para sahabat Rasulullah saw yang
keimanan mereka telah memindahkan kehidupan Jahiliyah mereka
kepada kehidupan Islam; dari penyembahan berhala, dan
penggembalaan kambing kepada pembinaan umat dan menuntun
manusia kepada petunjuk Allah SWT, serta mengeluarkan mereka
dari kegelapan kepada cahaya.
Selama tiga belas tahun di Makkah al-Mukarramah, seluruh
perhatian dan kerja-kerja Nabi saw --yang berbentuk tabligh
dan da'wah-- ditumpukan kepada pembinaan generasi pertama
berdasarkan keimanan.
Pada tahun-tahun itu belum turun penetapan syariah yang
mengatur kehidupan masyarakat, menetapkan hubungan keluarga
dan hubungan sosial, serta menetapkan sanksi terhadap orang
yang menyimpang dari undang-undang tersebut. Kerja yang
dilakukan oleh al-Qur'an dan Rasulullah saw adalah membina
manusia dan generasi sahabat Rasulullah saw, mendidik dan
membentuk mereka, agar mereka dapat menjadi pendidik di dunia
ini setelah kepergian baginda Rasul.
Dahulu, rumah Al-Arqam bin Abi al-Arqam memainkan peranan
untuk itu. Kitab suci Allah SWT diturunkan kepada Rasul-Nya
sedikit demi sedikit sesuai dengan kasus-kasus yang dihadapi
pada saat itu; agar dia membacakannya kepada manusia secara
perlahan-lahan, untuk memantapkan keyakinan hati mereka, dan
orang-orang yang beriman kepadanya. Nabi saw menjawab berbagai
pertanyaan orang musyrik pada waktu itu dengan mematahkan
hujah-hujah mereka, sehingga hal ini sangat besar perannya
dalam membina kelompok orang-orang beriman, memperbaiki dan
mengarahkan perjalanan hidup mereka. Allah SWT berfirman:
"Dan al-Qur'an itu telah Kami turunkan dengan
berangsur-angsur agar kamu membacakannya
perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya
bagian demi bagian. (al-Isra,: 106)
"Berkatalah orang-orang kafir: "Mengapa al-Qur'an itu
tidak diturunkan kepadanya sekaligus saja?"
Demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan
Kami membacakannya kelompok demi kelompok. Tidaklah
orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa)
sesuatu yang ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu
suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya."
(al-Furqan: 32-33)
Tugas terpenting yang mesti kita lakukan pada hari ini apabila
kita hendak melakukan perbaikan terhadap keadaan umat kita
ialah melakukan permulaan yang tepat, yaitu membina manusia
dengan pembinaan yang hakiki dan bukan hanya dalam bentuk
luarnya saja. Kita harus membina akal, ruh, tubuh, dan
perilakunya secara seimbang. Kita membina akalnya dengan
pendidikan; membina ruhnya dengan ibadah; membina jasmaninya
dengan olahraga; dan membina perilakunya dengan sifat-sifat
yang mulia. Kita dapat membina kemiliteran melalui disiplin;
membina kemasyarakatannya melalui kerja sama; membina dunia
politiknya dengan penyadaran. Kita harus mempersiapkan agama
dan dunianya secara bersama-sama agar ia menjadi manusia yang
baik, dan dapat mempengaruhi orang untuk berbuat baik,
sehingga dia terhindar dari kerugian di dunia dan akhirat;
sebagaimana disebutkan dalam firman Allah SWT:
"Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar
berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal saleh dan
nasihat-menasihati supaya mentaati kebenaran dan
nasihat- menasihati supaya menetapi kesabaran."
(al-'Ashr: 1-3)
Usaha itu tidak dapat dilakukan dengan baik kecuali melalui
pandangan yang menyeluruh terhadap wujud ini, dan juga dengan
filsafat hidup yang jelas, proyek peradaban yang sempurna,
yang dipercayai oleh umat, sehingga ia mendidik anak lelaki
dan perempuannya dengan penuh keyakinan, bekerja sesuai dengan
hukum yang telah ditentukan dan berjalan pada jalur yang telah
digariskan. Bagaimanapun, semua institusi yang ada di dalam
umat (masjid dan universitas, buku dan surat kabar, televisi
dan radio) mesti melakukan kerja sama yang baik, sehingga
tidak ada satu institusi yang naik sementara institusi yang
lainnya tenggelam, atau ada satu perangkat yang dibangun dan
pada saat yang sama perangkat lainnya dihancurkan. Pernyataan
di atas dibenarkan oleh ucapan penyair terdahulu:
"Dapatkah sebuah bangunan diselesaikan; Apabila engkau
membangunnya dan orang lain menghancurkannya?"
------------------------------------------------------
FIQH PRIORITAS
Sebuah Kajian Baru Berdasarkan Al-Qur'an dan As-Sunnah
Dr. Yusuf Al Qardhawy
Robbani Press, Jakarta
Cetakan pertama, Rajab 1416H/Desember 1996M
Thanks for reading & sharing Sidikalang Sidiangkat
0 Comments:
Post a Comment