KALAU kita pernah mengatakan tentang pentingnya ilmu atas amal
dalam berbagai urusan agama, maka kita sekarang ini menegaskan
mengenai pentingnya ilmu dalam urusan-urusan dunia.
Kita hidup sekarang ini pada zaman yang segala sesuatu
didasarkan atas ilmu pengetahuan. Pada zaman kita sekarang ini
sudah tidak lagi menerima hal-hal yang tidak teratur dan
mengawur dalam hal-hal yang berkaitan dengan urusan kehidupan
dunia.
Semua pekerjaan yang baik mesti didahului dengan studi
kelayakan terlebih dahulu, dan harus dipastikan menghasilkan
sesuatu yang memuaskan sebelum pekerjaan itu dimulai. Oleh
karena itu, mesti ada perencanaan sebelum melakukannya, dan
harus diperhitungkan secara matematis dan dilakukan berbagai
penelitian sebelum pekerjaan itu dilakukan.
Dalam buku dan kajian-kajian yang lain saya pernah
menyebutkan: "Sesungguhnya penelitian, perencanaan, dan studi
kelayakan sebelum kerja dilaksanakan merupakan etos kerja yang
telah ada pada Islam. Rasulullah saw adalah orang yang pertama
kali melakukan perhitungan secara statistik terhadap
orang-orang yang beriman kepadanya setelah dia berhijrah ke
Madinah al-Munawwarah. Dan kesan dari perencanaan itu begitu
terasa pada perjalanan hidup beliau dalam berbagai
bentuknya.20
Seharusnya orang yang paling dahulu melakukan perencanaan hari
esok mereka ialah para aktivis gerakan Islam, sehingga mereka
tidak membiarkan semua urusan mereka berjalan tanpa
perencanaan; tanpa memanfaatkan pengalaman di masa yang lalu;
tanpa mencermati realitas yang terjadi pada hari ini; tanpa
menimbang benar dan salahnya ijtihad yang pernah dilakukan;
tanpa menilai untung-ruginya perjalanan umat kemarin dan hari
ini; tanpa memiliki pengetahuan yang mendalam mengenai
kemampuan dan fasilitas yang dimiliki oleh umat, baik yang
berbentuk material maupun spiritual, yang tampak dan yang
tidak tampak, yang produktif dan yang tidak produktif.
Perencanaan yang mereka buat itu mesti memperhatikan sumber
kekuatan dan titik-titik kelemahan yang dimiliki oleh umat
kita dan musuh-musuh kita; kemudian siapakah sebenarnya musuh
kita yang hakiki? Siapakah musuh kita yang abadi dan musuh
yang insidental? Siapakah di antara mereka yang mungkin dapat
kita manfaatkan dan siapa yang tidak dapat dimanfaatkan? Siapa
yang dapat kita ajak berdiskusi dan siapa yang tidak? Semua
musuh harus kita pandang secara berbeda, karena pada
hakikatnya mereka juga berbeda-beda.
Semua persoalan di atas tidak dapat diketahui kecuali dengan
ilmu pengetahuan dan kajian yang objektif, yang sama sekali
tidak emosional, bebas dari pelbagai pengaruh individual,
lingkungan dan waktu sejauh yang dapat dilakukan oleh manusia;
karena sesungguhnya kebebasan yang bersifat mutlak hampir
dapat dikatakan mustahil.
Catatan Kaki:
20 Baca buku kami ar-Rasul wal-'Ilm, cet. Mu'assasah
ar-Risalah, Beirut dan Darus-Shahwah Islamiyyah.
------------------------------------------------------
Thanks for reading & sharing Sidikalang Sidiangkat
0 Comments:
Post a Comment