SEBUAH HIMBAUAN KEPADA BANGSA ISRAEL
Marhaban Ya Ramadhan
August 06, 2010
New Google SEO
Bandung, Indonesia
Timur Tengah sekali lagi menjadi daerah pertentangan antara Israel dan Palestina. Tentara Israel dengan kejam mengebom pemukiman sipil, menembaki anak-anak, dan mencoba membuat Daerah Pendudukan yang memang telah menderita menjadi semakin tak layak didiami. Beberapa orang radikal Palestina, di pihak lain, menyerang sasaran-sasaran sipil Israel dan memperluas tindakan bengis dengan aksi bom bunuh mereka yang ditujukan kepada wanita-wanita dan anak-anak yang tak berdosa.
Sebagai Muslim, hati nurani kita berkehendak agar amarah dan kebencian di kedua pihak padam, pertumpahan darah dihentikan, dan perdamaian tercipta di kedua negeri itu. Kita sama-sama menentang pembunuhan yang dilakukan Israel atas orang-orang Palestina tak berdosa maupun pengeboman kaum radikal Palestina atas orang Israel yang tak bersalah.
Dalam pandangan kita, syarat yang paling penting agar pertentangan berkepanjangan ini berakhir dan perdamaian sejati tercipta adalah kedua pihak menerima dan melaksanakan pemahaman yang murni dan tulus dari keyakinan masing-masing. Pertentangan antara kedua bangsa ini cenderung seolah-olah menjadi "perang agama" antara Yahudi dan Muslim, meskipun kenyataannya sungguh-sungguh tidak ada alasan bagi pecahnya perang seperti itu. Baik orang Yahudi maupun Muslimin percaya kepada Tuhan, mencintai dan menghormati kebanyakan nabi-nabi yang sama, dan memiliki dasar-dasar akhlak yang sama. Mereka bukanlah musuh, dan justru mereka seharusnya bahu-membahu di dunia tempat atheisme dan kebencian terhadap agama berkembang luas.
Berdasarkan atas pandangan-pandangan mendasar ini, kami menghimbau kepada bangsa Israel (dan semua umat Yahudi) untuk mengakui kenyataan-kenyataan berikut ini:
- Umat Muslimin dan Yahudi percaya pada satu Tuhan, Sang Pencipta alam semesta dan segala makhluk di dalamnya. Kita adalah hamba-hamba Tuhan, dan kepadanyalah kita semua akan kembali. Jadi mengapa saling membenci? Kitab-kita suci yang kita imani berbeda kulit luarnya, namun hakikatnya adalah sama, karena semuanya berasal dari Tuhan yang sama. Oleh karena itu, kita semua tunduk kepadanya. Jadi mengapa kita harus saling berperang?
- Daripada hidup bersama dengan umat Muslimin, apakah umat Yahudi yang taat lebih menyukai hidup berdampingan dengan orang-orang atheis atau kafir? Taurat penuh dengan perkataan-perkataan yang menggambarkan kekejaman sadis yang ditimpakan atas umat Yahudi oleh orang-orang kafir. Pemusnahan bangsa dan kekejaman yang sadis dilakukan kepada mereka oleh orang-orang Atheis dan orang-orang yang tak beriman (seperti Nazi, kalangan rasis anti-Semit, atau rezim komunis seperti Stalin di Rusia) jelas sudah untuk kita semua. Kekuatan para Atheis dan kafir ini membenci umat Yahudi, sehingga menindas mereka, karena mereka percaya kepada Tuhan. Tidakkah Yahudi dan Muslimin berada di pihak yang sama dalam melawan kekuatan para atheis, komunis, atau rasis yang membenci mereka berdua?
- Kaum Muslimin dan Yahudi saling mencintai dan menghormati nabi-nabi yang sama. Nabi Ibrahim (Abraham), Ishaq (Isaac), Yusuf (Joseph), Musa (Moses), atau Daud (David), Alaihumassalam, paling tidak sama pentingnya bagi umat Muslimin seperti halnya Yahudi. Tanah tempat tokoh-tokoh suci ini tinggal dan mengabdi kepada Tuhan paling tidak sama sucinya bagi Muslimi maupun Yahudi. Jadi mengapa membiarkan tanah ini dibasahi darah dan air mata?
- 4) Nilai-nilai dasar Yahudi juga dianggap sakral oleh kami, Muslimin. Kata "Israel" adalah nama Nabi Ya'qub (Jacob) AS, yang dipuji dalam Al-Qur'an dan dikenang dengan penuh penghormatan oleh umat Muslimin. Bintang Daud (Star of David), sebuah lambang yang dihubungkan dengan Raja Daud juga menjadi lambang suci bagi kami. Menurut Al-Qur'an 22:40., umat Muslimin harus melindungi sinagog-sinagog karena semuanya adalah tempat beribadah. Jadi mengapa penganut kedua agama ini tidak hidup bersama dalam kedamaian?
- Taurat memeritahkan umat Yahudi untuk membangun perdamaian dan keamanan, bukan merebut tanah orang lain dan menumpahkan darah. Kaum Israel digambarkan sebagai "cahaya bagi bangsa-bangsa" di dalam Taurat. Seperti dinyatakan oleh "Para Rabbi untuk Hak Azazi Manusia": diajarkan: Semata-mata keadilan, keadilan'' (Ulangan 16:20). Mengapa kata keadilan disebut dua kali? Karena menurut kebiasaan kita, kita harus mencapai sebuah keadilan dengan arti makna yang adil. Dalam mempertahankan diri kita, kita harus selalu berpegang kepada visi para nabi tentang kesusilaan dan kemanusiaan. Selamatnya umat Yahudi tidak hanya akan ditentukan oleh kebijaksanaan jasmaniahnya saja, melainkan juga oleh keikhlasan akhlaknya. Jika bangsa Israel terus memperlakukan orang Palestina seperti yang mereka lakukan sekarang, mereka mungkin tidak akan mampu mempertanggung jawabkan hal itu kepada Tuhan. Demikian pula, orang-orang Palestina yang membunuh orang-orang Israel yang tak berdosa mungkin juga tidak akan mampu mempertanggungjawabkan pembunuhan itu. Bukankah merupakan sebuah kewajiban di mata Tuhan untuk mengakhiri sebuah peperangan, yang membawa kedua belah pihak ke dalam penindasan yang tak berujung? Kami mengajak semua umat Yahudi untuk merenungkan kenyataan-kenyataan ini. Allah memerintahkan kami orang-orang Muslim untuk mengajak orang Yahudi dan Nasrani menuju "rumusan bersama":Katakanlah, "Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah." Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka, "Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)." (Qu'ran, 3:64) Inilah himbauan kami kepada orang Yahudi, salah satu Ahli Kitab: Sebagai orang yang percaya kepada Tuhan dan menghormati perintah-perintah-Nya, mari kita bergandengan bersama dalam satu rumusan bersama "keimanan." Mari kita cintai Allah, Tuhan dan Pencipta kita semua. Mari kita tunduk kepada perintah-perintah-Nya. Mari kita beribadah kepada Allah untuk memimpin kita seterusnya di atas jalan kebenaran. Mari kita ciptakan cinta, belas kasih, dan perdamaian kepada satu sama lain dan kepada dunia, bukan permusuhan, pertumpahan darah, dan kekejaman.
Di sinilah pemecahan bagi tragedi bangsa Palestina dan pertikaian lain di dunia terletak. Kematian dan penderitaan begitu banyak orang-orang tak berdosa mengingatkan kita setiap hari akan betapa pentingnya tugas ini.
Bagaimana Persoalan Palestina Dapat Dipecahkan?
Dengan menggunakan dasar-dasar toleransi dan kerendahan hati yang disebutkan di atas, pertikaian bangsa Israel-Palestina, yang telah menyebabkan begitu banyak pertumpahan darah selama 50 tahun terakhir ini, dapat dipecahkan. Dalam pandangan kita, dibangunnya perdamaian tergantung pada dua syarat:
1) Israel harus segera menarik diri dari semua daerah yang didudukinya selama perang 1967 dan mengakhiri pendudukan yang terjadi karenanya. Ini adalah kewajiban menurut hukum internasional, berbagai resolusi Dewan Keamanan PBB, dan keadilan itu sendiri belaka. Semua pendudukan di Tepi Barat dan Jalur Gaza harus diakui sebagai hak milik yang berdiri sendiri dari Negara Palestina.
2) Yerusalem Timur, daerah tempat ibadah penting yang dimiliki tiga agama samawi, harus dikelola oleh pemerintah Palestina. Akan tetapi, daerah ini harus mempunyai kedudukan khusus dan dijadikan sebuah kota perdamaian yang dapat dikunjungi semua umat Yahudi, Nasrani, dan Muslimin dengan aman, dalam perdamaian dan kesejahteraan, di mana mereka dapat beribadah dengan aman.
Jika semua syarat ini terpenuhi, baik bangsa Israel maupun Palestina akan mengakui hak satu sama lain untuk hidup, berbagi tanah Palestina, dan memecahkan pertanyaan-pertanyaan yang masih dipertentangkan tentang kedudukan Yerusalem dengan cara yang memuaskan pihak-pihak terkait dari ketiga agama.
Pada halaman-halaman berikutnya dari buku ini, kita akan membahas dan menelaah sejarah persoalan Palestina berdasarkan pandangan yang kita kemukakan di atas. Harapan kita adalah bahwa permusuhan yang berkelanjutan selama 50 tahun terakhir ini serta prasangka, dan pembunuhan, pembantaian yang mengikutinya akan berakhir; bahwa orang-orang Palestina bisa mendapatkan sebuah tanah air yang memberi mereka kedamaian, keamanan, dan kesejahteraan yang pantas mereka dapatkan; dan bahwa bangsa Israel akan menghapuskan kebijakan penyerangan dan pendudukan, yang menzalimi rakyatnya sendiri maupun rakyat Palestina, sehingga mereka mampu hidup dengan damai bersama tetangganya dengan batas hukum sebelum 1967.
Ubai Bin Ka'ab
Jumat, 06-08-2010
"Selamat Bagimu, Hai ABUL MUNZIR, Atas ilmu Yang Kamu Capai...!"
Pada suatu hari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menanyainya: "Hai Abul Munzir! Ayat manakah dari Kitabullah yang teragung?" Orang itu menjawab: "Allah dan Rasul-Nya lebih tahu!" Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengulangi pertanyaannya: "Abul Munzir! Ayat manakah dari Kitabullah yang teragung?" Maka jawabnya: "Allah tiada Tuhan melainkan la, Yang Maha Hidup lagi Maha Pengatur " (Q•S. 2 al-Baqarah:255)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam-pun menepuk dadanya, dan dengan rasa bangga yang tercermin pada wajahnya, katanya: "Hai Abul Munzir! Selamat bagi anda atas ilmu yang anda capai!"
Abul Munzir yang mendapat ucapan selamat dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang mulia atas ilmu dan pengertian yang dikaruniakan Allah kepadanya itu, tiada lain adalah Ubai bin Ka'ab, seorang shahabat yang mulia ....
Ia adalah seorang warga Anshar dari suku Khazraj, dan ikut mengambil bagian dalam perjanjian 'Aqabah, perang Badar dan peperangan-peperangan penting lainnya. Ia mencapai kedudukan tinggi dan derajat mulia di kalangan Muslimin angkatan pertama, hingga Amirul Mu'minin Umar radhiyallahu 'anhu sendiri pernah mengatakan tentang dirinya: - "Ubai adalah pemimpin Kaum Muslimin...
!"
Ubai bin Ka'ab radhiyallahu 'anhu merupakan salah seorang perintis dari penulis-penulis wahyu dan penulis-penulis surat. Begitupun dalam menghafal al-Qur"anul Karim, membaca dan memahami ayat-ayatnya, ia termasuk golongan terkemuka.
Pada suatu hari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengatakan kepadanya: "Hai Ubai bin Ka'ab! Saya dititahkan untuk menyampaikan al-Quran padamu". Ubai radhiyallahu 'anhu maklum bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam hanya menerima perintah-perintah itu dari wahyu Maka dengan harap-harap cemas ia menanyakan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam : "Wahai Rasulullah, ibu-bapakku menjadi tebusan anda! Apakah kepada anda disebut namaku?" Ujar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam : "Benar! Namamu dan turunanmu di tingkat tertinggi…. ! Seorang Muslim yang mencapai kedudukan seperti ini di hati Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pastilah ia seorang Muslim yang Agung, amat Agung ! Selama tahun-tahun pershahabatan, yaitu ketika Ubai bin Ka'ab radhiyallahu 'anhu selalu berdekatan dengan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, tak putus-putusnya ia mereguk dari telaganya yang dalam itu airnya yang manis. Dan setelah berpulangnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, Ubai bin Ka'ab radhiyallahu 'anhu menepati janjinya dengan tekun dan setia, baik dalam beribadat, dalam keteguhan beragama dan keluhuran budi ....Di samping itu tiada henti-hentinya ia menjadi pengawas bagi kaumnya. Diingatkannya mereka akan masa-masa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam masih hidup, diperingatkan keteguhan iman mereka, sifat zuhud, perangai dan budi pekerti mereka.
Di antara ucapan-ucapannya yang mengagumkan yang selalu didengungkannya kepada shahabat-shahabatnya ialah: "Selagi kita bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tujuan kita satu .... Tetapi setelah ditinggalkan beliau tujuan kita bermacam macam, ada yang ke kiri dan ada yang ke kanan…..!
Ia selalu berpegang kepada taqwa dan menetapi zuhud terhadap dunia, hingga tak dapat terpengaruh dan terpedaya. Karena ia selalu menilik hakikat sesuatu pada akhir kesudahannya. Sebagaimana juga corak hidup manusia, betapapun ia berenang dengan lautan kesenangan,dan kancah kemewahan, tetapi pasti ia menemui maut di mana segalanya akan berubah menjadi debu, sedang di hadapannya tiada yang terlihat kecuali hasil perbuatannya yang balk atau yang buruk ....
Mengenai dunia, Ubai pernah melukiskannya sebagai berikut: - "Sesungguhnya makanan manusia itu sendiri, dapat diambil sebagai perumpamaan bagi dunia: biar dikatakannya enak atau tidak, tetapi yang penting menjadi apa nantinya ... ?"
Bila Ubai radhiyallahu 'anhu berbicara di hadapan khalayak ramai, maka semua leher akan terulur dan telinga sama terpasang, disebabkan sama terpukau dan terpikat, sebab apabila ia berbicara mengenai Agama Allah tiada seorang pun yang ditakutinya, dan tiada udang di balik batu.
Tatkala wilayah Islam telah meluas, dan dilihatnya sebagian Kaum Muslimin mulai menyeleweng dengan menjilat pada pembesar-pembesar mereka, ia tampil dan melepas kata-katanya yang tajam: "Celaka mereka, demi Tuhan! Mereka celaka dan mencelakakan ! Tetapi saya tidak menyesal melihat nasib mereka, Hanya saya sayangkan ialah Kaum Muslimin yang celaka disebabkan mereka... !"
Karena keshalehan dan ketaqwaannya, Ubai selalu menangis setiap teringat akan Allah dan hari yang akhir....Ayat-ayat al-Quranul Karim baik yang dibaca atau yang didengarnya semua menggetarkan hati dan seluruh persendiannya.
Tetapi suatu ayat di antara ayat-ayat yang mulia itu, jika dibaca atau terdengar olehnya akan menyebabkannya diliputi oleh rasa duka yang tak dapat dilukiskan. Ayat itu ialah:
" Katakanlah: la ( Allah ) Kuasa akan mengirim siksa pada kalian, baik dari atas atau dari bawah kaki kalian, atau membaurkan kalian dalan satu golongan berpecah-pecah, dan ditimpakan-Nya kepada kalian perbuatan kawannya sendiri " (Q•S. 6 al-An'am: 65)
Yang paling dicemaskan oleh Ubai radhiyallahu 'anhu terhadap ummat Islam ialah datangnya suatu generasi ummat bercakar-cakaran sesama mereka.
Ia selalu memohon keselamatan kepada Allah...dan berkat karunia serta rahmat-Nya, hal itu diperolehnya, dan ditemuinya Tuhannya dalam keadaan beriman, aman tenteram dan beroleh pahala.... Marhaban Ya Ramadhan August 06, 2010 New Google SEO Bandung, Indonesia
Jumat, 06-08-2010
"Selamat Bagimu, Hai ABUL MUNZIR, Atas ilmu Yang Kamu Capai...!"
Pada suatu hari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menanyainya: "Hai Abul Munzir! Ayat manakah dari Kitabullah yang teragung?" Orang itu menjawab: "Allah dan Rasul-Nya lebih tahu!" Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengulangi pertanyaannya: "Abul Munzir! Ayat manakah dari Kitabullah yang teragung?" Maka jawabnya: "Allah tiada Tuhan melainkan la, Yang Maha Hidup lagi Maha Pengatur " (Q•S. 2 al-Baqarah:255)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam-pun menepuk dadanya, dan dengan rasa bangga yang tercermin pada wajahnya, katanya: "Hai Abul Munzir! Selamat bagi anda atas ilmu yang anda capai!"
Abul Munzir yang mendapat ucapan selamat dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang mulia atas ilmu dan pengertian yang dikaruniakan Allah kepadanya itu, tiada lain adalah Ubai bin Ka'ab, seorang shahabat yang mulia ....
Ia adalah seorang warga Anshar dari suku Khazraj, dan ikut mengambil bagian dalam perjanjian 'Aqabah, perang Badar dan peperangan-peperangan penting lainnya. Ia mencapai kedudukan tinggi dan derajat mulia di kalangan Muslimin angkatan pertama, hingga Amirul Mu'minin Umar radhiyallahu 'anhu sendiri pernah mengatakan tentang dirinya: - "Ubai adalah pemimpin Kaum Muslimin...
!"
Ubai bin Ka'ab radhiyallahu 'anhu merupakan salah seorang perintis dari penulis-penulis wahyu dan penulis-penulis surat. Begitupun dalam menghafal al-Qur"anul Karim, membaca dan memahami ayat-ayatnya, ia termasuk golongan terkemuka.
Pada suatu hari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengatakan kepadanya: "Hai Ubai bin Ka'ab! Saya dititahkan untuk menyampaikan al-Quran padamu". Ubai radhiyallahu 'anhu maklum bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam hanya menerima perintah-perintah itu dari wahyu Maka dengan harap-harap cemas ia menanyakan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam : "Wahai Rasulullah, ibu-bapakku menjadi tebusan anda! Apakah kepada anda disebut namaku?" Ujar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam : "Benar! Namamu dan turunanmu di tingkat tertinggi…. ! Seorang Muslim yang mencapai kedudukan seperti ini di hati Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pastilah ia seorang Muslim yang Agung, amat Agung ! Selama tahun-tahun pershahabatan, yaitu ketika Ubai bin Ka'ab radhiyallahu 'anhu selalu berdekatan dengan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, tak putus-putusnya ia mereguk dari telaganya yang dalam itu airnya yang manis. Dan setelah berpulangnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, Ubai bin Ka'ab radhiyallahu 'anhu menepati janjinya dengan tekun dan setia, baik dalam beribadat, dalam keteguhan beragama dan keluhuran budi ....Di samping itu tiada henti-hentinya ia menjadi pengawas bagi kaumnya. Diingatkannya mereka akan masa-masa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam masih hidup, diperingatkan keteguhan iman mereka, sifat zuhud, perangai dan budi pekerti mereka.
Di antara ucapan-ucapannya yang mengagumkan yang selalu didengungkannya kepada shahabat-shahabatnya ialah: "Selagi kita bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tujuan kita satu .... Tetapi setelah ditinggalkan beliau tujuan kita bermacam macam, ada yang ke kiri dan ada yang ke kanan…..!
Ia selalu berpegang kepada taqwa dan menetapi zuhud terhadap dunia, hingga tak dapat terpengaruh dan terpedaya. Karena ia selalu menilik hakikat sesuatu pada akhir kesudahannya. Sebagaimana juga corak hidup manusia, betapapun ia berenang dengan lautan kesenangan,dan kancah kemewahan, tetapi pasti ia menemui maut di mana segalanya akan berubah menjadi debu, sedang di hadapannya tiada yang terlihat kecuali hasil perbuatannya yang balk atau yang buruk ....
Mengenai dunia, Ubai pernah melukiskannya sebagai berikut: - "Sesungguhnya makanan manusia itu sendiri, dapat diambil sebagai perumpamaan bagi dunia: biar dikatakannya enak atau tidak, tetapi yang penting menjadi apa nantinya ... ?"
Bila Ubai radhiyallahu 'anhu berbicara di hadapan khalayak ramai, maka semua leher akan terulur dan telinga sama terpasang, disebabkan sama terpukau dan terpikat, sebab apabila ia berbicara mengenai Agama Allah tiada seorang pun yang ditakutinya, dan tiada udang di balik batu.
Tatkala wilayah Islam telah meluas, dan dilihatnya sebagian Kaum Muslimin mulai menyeleweng dengan menjilat pada pembesar-pembesar mereka, ia tampil dan melepas kata-katanya yang tajam: "Celaka mereka, demi Tuhan! Mereka celaka dan mencelakakan ! Tetapi saya tidak menyesal melihat nasib mereka, Hanya saya sayangkan ialah Kaum Muslimin yang celaka disebabkan mereka... !"
Karena keshalehan dan ketaqwaannya, Ubai selalu menangis setiap teringat akan Allah dan hari yang akhir....Ayat-ayat al-Quranul Karim baik yang dibaca atau yang didengarnya semua menggetarkan hati dan seluruh persendiannya.
Tetapi suatu ayat di antara ayat-ayat yang mulia itu, jika dibaca atau terdengar olehnya akan menyebabkannya diliputi oleh rasa duka yang tak dapat dilukiskan. Ayat itu ialah:
" Katakanlah: la ( Allah ) Kuasa akan mengirim siksa pada kalian, baik dari atas atau dari bawah kaki kalian, atau membaurkan kalian dalan satu golongan berpecah-pecah, dan ditimpakan-Nya kepada kalian perbuatan kawannya sendiri " (Q•S. 6 al-An'am: 65)
Yang paling dicemaskan oleh Ubai radhiyallahu 'anhu terhadap ummat Islam ialah datangnya suatu generasi ummat bercakar-cakaran sesama mereka.
Ia selalu memohon keselamatan kepada Allah...dan berkat karunia serta rahmat-Nya, hal itu diperolehnya, dan ditemuinya Tuhannya dalam keadaan beriman, aman tenteram dan beroleh pahala.... Marhaban Ya Ramadhan August 06, 2010 New Google SEO Bandung, Indonesia
Arsip Artikel Tokoh Islam (Sahabat) :
Suhail Bin 'Amar
Jumat, 6-8-2010
( Dari kumpulan Orang Yg Dibebaskan Masuk Golongan Para Pahlawan )
Tatkala ia Jatuh menjadi tawanan Muslimin di perang Badar, Umar bin Khatthab radhiyallahu 'anhu mendekati Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam katanya: -- 'Wahai Rasulullah ...,biarkan saya cabut dua buah gigi muka Suheil bin 'Amar hingga ia tidak dapat berpidato menjelekkan anda lagi setelah hari ini ... !"•
Ujar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam: "Jangan wahai Umar! Saya tak hendak merusak tubuh seseorang, karena nanti Allah akan merusak tububku, walaupun saya ini seorang Nabi .. !" Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menarik Umar ke dekatnya, lalu katanya: - "Hai Umar! Mudah-mudahanI esok, pendirian Suheil akan berubah menjadi seperti yang kamu sukai ,.. !"
Hari-hari pun berlalu, hari berganti hari ...,dan nubuwwah Rasulullah muncul menjadi kenyataan ... i Dan Suheil bin 'Amar seorang ahli pidato Quraisy yang terbesar, beralih menjadi seorang ahli pidato uIung di antara ahli-ahli pidato Islam serta dari seorang musyrik yang fanatik berbalih menjadi seorang Mu'min yang taat, yang kedua matanya tak pernah kering dari menangis disebabkan takutnya kepada Allah 'Azza wa Jalla ! Dan salah seorang pemuka Quraisy serta panglima tentaranya berganti haluan menjadi prajurit yang tangguh di jalan Islam ... ;seorang prajurit yang telah berjanji terhadap dirinya akan selalu ikut berjihad dan berperang, sampai ia mati dalam peperangan itu, dengan harapan Allah akan mengampuni dosa-dosa yang telah diperbuatnya ...!
Nah, siapakah dia orang musyrik berkepala batu yang kemudian menjadi seorang Muslim yang bertaqwa dan menemui syahidnya itu ... ? Itulah dia Suheil bin 'Amar... ! Salah seorang pemimpin Quraisy yang terkemuka dan cerdik pandainya dapat dibanggakan ..... Dan dialah yang diutus oleh kaum Quraisy untuk meyakinkan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam agar membatalkan rencananya memasuki Mekah waktu peristiwa Hudaibiyah ... !
Di akhir tahun keenam Hijrah, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam Bersama para shahabatnya pergi ke Mekah dengan tujuan berziarah ke Baitullah dan melakukan 'umrah -- jadi bukan dengan maksud hendak berperang - tanpa mengadakan persiapan untuk peperangan keberangkatan mereka ini segera diketahui oleh Quraisy, hingga mereka pergi menghadang mereka hendak menghalangi Muslimin mencapai tujuan mereka. Suasana pun menjadi tegang dan hati Kaum Muslimin berdebar-debar. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata kepada para shahabatnya: -- "Jika pada waktu ini Quraisy mengajak kita untuk mengambil langkah ke arah dihubungkannya tali silaturahmi, pastilah kukabulkan ... !"
Quraisy pun mengirim utusan demi utusan kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam Semua mereka diberinya keterangan bahwa kedatangannya bukanlah untuk berperang, tetapi hanyalah untuk mengunjungi Baitullah al-Haram dan menjunjung tinggi kemuliannya.
Dan setiap utusan itu kembali, Quraisy mengirim lagi utusan yang lebih bijak dan lebih disegani, hingga sampai kepada 'Urwah bin Mas'ud ats-Tsaqafi, seorang yang lebih tepat untuk diserahi tugas seperti ini. Menurut anggapan Quraisy ia akan mampu meyakinkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam untuk kembali pulang.
Tetapi tak lama kemudian 'Urwah telah berada di hadapan mereka, dan berkata : - "Hai manalah rekan-rekanku kaum Quraisy ... ! Saya telah pergi berkunjung kepada Kaisar, kepada Kisra: dan kepada Negus di istana mereka masing-masing, ... Dan sungguh demi Allah, tak seorang raja pun saya lihat yang dihormati oleh rakyat-nya, seperti halnya Muhammad oleh para shahabatnya ... !
Dan sungguh, sekelilingnya saya dapati suatu kaum yang sekali-kali takkan rela membiarkannya dapat cedera... ! Nah, pertimbangkanlah apa yang hendak tuan lakukan masak-masak...!"
Saat itu orang-orang Quraisy pun merasa yakin bahwa usaha-usaha mereka tak ada faedahnya, hingga mereka memutuskan untuk menempuh jalan berunding dan perdamaian. Dan untuk melaksanakan tugas ini mereka pilihlah pemimpin mereka yang lebih tepat..., tiada lain dari Suheil bin 'Amar....
Kaum Muslimin melihat Suheil datang dan mengenal siapa dia. Maka maklumlah mereka bahwa orang-orang Quraisy akhirnya berusaha untuk berdamai dan mencapai saling pengertian, dengan alasan bahwa yang mereka utus itu ialah Suheil bin 'Amar... !
Suheil duduk berhadapan muka dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, dan terjadilah perundingan yang berlangsung lama di antara mereka, yang berakhir dengan tercapainya perdamaian. Dalam perundingan ini Suheil berusaha hendak mengambil keuntungan sebanyak-banyaknya bagi Quraisy. Disokong pula oleh toleransi luhur dan mulia dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam yang mendasari berhasilnya perdamaian tersebut.
Dalam pada itu waktu berjalan terus, hingga tibalah tahun ke delapan Hijriyah ..., dan Rasulullah bersama Kaum Muslimin berangkat untuk membebaskan Mekah, yaitu setelah Quraisy melanggar perjanjian dan ikrar mereka dengan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam Serta orang-orang Muhajirin pun kembalilah ke kampung halaman mereka setelah mereka dulu diusir daripadanya dengan paksa.
Bersama mereka ikut pula orang-orang Anshar, yakni yang telah membawa mereka berlindung di kota mereka, serta mengutamakan mereka dari diri mereka sendiri .... Kembalilah pula Islam secara keseluruhannya, mengibarkan panji-panji kemenangannya di angkasa luas....Dan kota Mekah pun membukakan semua pintunya . .;.. Sementara; orang-orang musyrik terlena dalam kebingungannya…!
Nah, menurut perkiraan anda, apakah nasib yang akan ditemui sekarang ini oleh orang-orang itu, yakni orang-orang yang telah menyalahgunakan kekuatan mereka selama ini terhadap Kaum Muslimin, berupa siksaan, pembakaran, pengucilan dan pembunuhan...?
Rupanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang amat pengasih itu tak hendak membiarkan mereka meringkuk demikian lama di bawah tekanan perasaan yang amat pahit dan getir ini. Dengan dada yang lapang dan sikap yang lunak dan lembut, dihadapkan wajahnya kepada mereka sambil berkata, sementara getaran dan irama suaranya yang bagai menyiramkan air kasih sayang berkumandang di telinga mereka: -
"Wahai segenap kaum Quraisy ... ! Apakah menurut sangkaan kalian, yang akan aku lakukan terhadap kalian?"
Mendengar itu tampillah musuh Islam kemarin Suheil bin 'Amar memberikan jawaban: -"Sangka yang baik ... ! Anda adalah saudara kami yang mulia ..., dan putera saudara kami yang mulia .. !"
Sebuah senyuman yang bagaikan cahaya, tersungging di kedua bibir Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kekasih Allah itu, lalu serunya: "Pergilah kalian ... !Semua kalian bebas... !"
Ucapan yang keluar dari muIut Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang baru saja beroleh kemenangan ini tidaklah akan diterima begitu saja oleh orang yang masih mempunyai perasaan, kecuali dengan hati yang telah menjadi peleburan dan perpaduan antara rasa malu, ketundukan dan penyesalan.
Pada saat itu juga, suasana yang penuh dengan keagungan dan kebesaran ini telah membangkitkan semua kesadaran Suheil bin 'Amar, dan menyebabkannya menyerahkan dirinya kepada Allah Robbul 'Alamin. Dan keislamannya itu, bukanlah keislaman seorang laki-laki yang menderita kekalahan lalu menyerahkan dirinya kepada taqdir di saat itu juga. Tetapi -- sebagaimana akan ternyata di belakang nanti -- adalah keislaman seseorang yang terpikat dan terpesona oleh kebesaran Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam dan kebesaran Agama yang diikuti ajaran-ajarannya oleh Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, dan yang dipikulnya bendera dan panji-panjinya dengan rasa cinta yang tidak terkira ... !
Orang-orang yang masuk Islam di hari pembebasan kota Mekah itu disebut "thulaqa' " artinya orang-orang yang dibebaskan dari segala hukum yang berlaku bagi orang yang kalah perang, karena mereka mendapat amnesti dan ampunan dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, dengan kesadaran sendiri berpindalm aqidah dari kemusyrikan ke Agama tauhid, yakni ketika beliau shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: -- "Pergilah tuan-tuan ... ! Tuan-tuan semua bebas ... !"
Tetapi dari segolongan orang-orang yang dibebaskan ini karena ketulusan hati mereka, kebulatan tekad dan pengurbanan yang tinggi serta ibadah dengan hati yang suci, mengantarkan mereka kepada barisan pertama dari shahabat-shahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam yang budiman. Maka di antara mereka itu terdapatlah Suheil bin 'Amar.
Agama Islam telah menempa dirinya secara baru. Dicetaknya semua bakat dan kecenderungannya dengan menambahkan dengan yang lainnya, lalu semua itu dipacunya untuk menegakkan kebenaran, kebaikan dan keimanan .... Orang-orang melukiskan sifatnya dalam beberapa kalimat: "Pemaaf, pemurah ..., banyak shalat, shaum dan bersedekah ...serta membaca al-Qur'an dan menangis disebabkan takut kepada Allah ... !"
Demikianlah kebesaran Suheil! Walaupun ia menganut Islam di hari pembebasan dan bukan sebelumnya, tetapi kita lihat dalam keislaman dan keimanannya itu ia mencapai kebenaran tertinggi, sedemikian tinggi hingga dapat menguasai keseluruhan dirinya dan merubahnya menjadi seorang 'abid ( ahli ibadah ) dan zahid ( meninggalkan kesenangan dunia untuk mendapatkan kebahagian akhirat ), dan seorang mujahid ( pejugang ) yang mati-matian berqurban di jalan Allah.
Dan tatkala Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berpulang ke Rafiqul A'la, demi berita itu sampai ke Mekah, waktu itu Suheil sedang bermukim di sana -- Kaum Muslimin yang berada di sana menjadi resah dan gelisah serta ditimpa kebingungan, seperti halnya saudara- saudara mereka di Madinah.
Maka seandainya kebingungan kota Madinah dapat dilenyapkan ketika itu juga oleh Abu Bakar radhiyallahu 'anhu dengan kalimat-kalimat-nya yang tegas: - "Barang siapa yang mengabdi kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam maka sesungguhnya Nabi Muhammad telah wafat! Dan barang siapa yang mengabdi kepada Allah, maka sesungguhnya Allah tetap hidup dan takkan mati untuk selama-lamanya …."
Kita akan sama kagum dan terpesona melihat bahwa Suheil radhiyallahu 'anhu, dialah yang tampil di Mekah, dan melakukan seperti apa yang dilakukan oleh Abu Bakar radhiyallahu 'anhu di Madinah.
Dikumpulkannya seluruh penduduk, lalu berdiri memukau mereka dengan kalimat-kalimatnya yang mantap, memaparkan bahwa Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam itu benar-benar Rasul Allah dan bahwa ia tidak wafat sebelum menyampaikan amanat dan melaksanakan tugas risalat. Dan sekarang menjadi kewajiban bagi orang-orang Mu'min untuk meneruskan perjalanan menempuh jalan yang telah digariskannya.
Maka dengan langkah dan tindakan yang diambil oleh Suheil ini, serta dengan ucapannya yang tepat dan keimanannya yang kuat, terhindarlah fitnah yang hampir saja menumbangkan keimanan sebagian manusia di Mekah ketika mendengar wafatnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam... !
Dan pada hari itu pula, lebih dari saat-saat lainnya, terpampanglah secara gemilang kebenaran dari nubuwat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ... ! Bukankah telah dikatakannya kepada Umar radhiyallahu 'anhu ketika ia meminta idzin untuk mencabut dua buah gigi muka dari Suheil sewaktu tertawan di perang Badar : "Jangan, karena mungkin pada suatu ketika kamu akan menyenanginya '"
Nah, pada hari inilah, dan ketika sampai ke telinga Kaum Muslimin di Madinah tindakan yang diambil Suheil di Mekah serta pidatonya yang mengagumkan yang mengukuhkan keimanan dalam hati, teringatlah Umar bin Khatthab radhiyallahu 'anhu akan ucapan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.... Lama sekali ia tertawa, karena tibalah hari yang dijanjikan itu, di saat Islam beroleh man'faat dari dua buah gigi Suheil yang sedianya akan dicabut dan dirontokkannya...!
Di saat Suheil masuk Islam di hari dibebaskannya kota Mekah .... Dan setelah ia merasakan manisnya iman, ia berjanji terhadap dirinya yang maksudnya dapat disimpulkan pada kalimat-kalimat berikut ini: -- "Demi Allah, suatu suasana yang saya alami bersama orang-orang musyrik, pasti akan saya alami pula seperti itu bersama Kaum Muslimin! Dan setiap nafkah yang saya belanjakan bersama orang-orang musyrik, pasti akan saya belanjakan pula seperti itu bersama Kaum Muslimin! Semoga perbuatan-perbuatan saya belakangan ini akan dapat mengimbangi perbuatan-perbuatan saya terdahulu ... !"
Dahulu dengan tekun ia berdiri di depan berhala-berhala. Maka sekarang ia akan berbuat lebih dari itu berdiri di hadapan Allah Yang Maha Esa bersama orang-orang Mu'min ... ! Itulah sebabnya ia terus shalat dan shalat ...,tekun shaum dan shaum segala macam ibadat yang dapat mensucikan jiwa dan mendekatkan dirinya kepada Allah Ta'ala, pasti dilakukannya sebanyak-banyaknya... !
Demikian pula di masa silam, ia berdiri di arena peperangan bersama orang-orang musyrik menghadapi Islam! Maka sekarang ia harus tampil di barisan tentara Islam sebagai prajurit yang gagah berani, untuk memadamkan perapian Nubhar yang disembah oleh orang-orang Persi dan mereka bakar di dalamnya saji-sajian rakyat yang mereka perbudak ...,serta melenyapkan pula bersama para pendekar kebenaran itu kegelapan bangsa Romawi dan kedhaliman mereka, dan menyebarkan kalimat tauhid dan taqwa ke pelosok-pelosok dunia... !
Maka pergilah ia ke Syria bersama tentara Islam untuk turut mengambil bagian dalam peperangan-peperangan di sana.
Tidak ketinggalan pada pertempuran Yarmuk, saat Kaum Muslimin menerjuni pertarungan yang terdahsyat dan paling sengit yang pernah mereka alami ....
Hatinya bagaikan terbang kegirangan karena mendapatkan kesempatan yang amat baik ini, guna menebus kemusyrikan dan kesalahan-kesalahannya di masa jahiliyah dengan jiwa-raganya.
Suheil amat mencintai kampung halamannya Mekah, sampai lupa cinta yang dapat mengurbankan dirinya....Walaupun demikian, ia tak hendak kembali ke sana setelah kemenangan Kaum Muslimin di Syria, katanya- "Saya dengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Ketekunan seseorang dalam sesaat dalam perjuangan di jalan Allah, lebih baih baginya daripada amal sepanjang hidupnya ...!" Hadits.
Maka sungguh saya akan berjuang di jalan Allah sampai mati, dan takkan kembali ke Mekah, Suheil memenuhi janjinya ini .... Dan tetaplah ia berjuang di medan perang sepanjang hayatnya, hingga tiba saat keberang-katannya. Maka ketika ia pergi segeralah ruhnya terbang mendapatkan rahmat dan keridlaan Allah
| Marhaban Ya Ramadhan August 06, 2010 New Google SEO Bandung, Indonesia
Suhail Bin 'Amar
Jumat, 6-8-2010
( Dari kumpulan Orang Yg Dibebaskan Masuk Golongan Para Pahlawan )
Tatkala ia Jatuh menjadi tawanan Muslimin di perang Badar, Umar bin Khatthab radhiyallahu 'anhu mendekati Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam katanya: -- 'Wahai Rasulullah ...,biarkan saya cabut dua buah gigi muka Suheil bin 'Amar hingga ia tidak dapat berpidato menjelekkan anda lagi setelah hari ini ... !"•
Ujar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam: "Jangan wahai Umar! Saya tak hendak merusak tubuh seseorang, karena nanti Allah akan merusak tububku, walaupun saya ini seorang Nabi .. !" Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menarik Umar ke dekatnya, lalu katanya: - "Hai Umar! Mudah-mudahanI esok, pendirian Suheil akan berubah menjadi seperti yang kamu sukai ,.. !"
Hari-hari pun berlalu, hari berganti hari ...,dan nubuwwah Rasulullah muncul menjadi kenyataan ... i Dan Suheil bin 'Amar seorang ahli pidato Quraisy yang terbesar, beralih menjadi seorang ahli pidato uIung di antara ahli-ahli pidato Islam serta dari seorang musyrik yang fanatik berbalih menjadi seorang Mu'min yang taat, yang kedua matanya tak pernah kering dari menangis disebabkan takutnya kepada Allah 'Azza wa Jalla ! Dan salah seorang pemuka Quraisy serta panglima tentaranya berganti haluan menjadi prajurit yang tangguh di jalan Islam ... ;seorang prajurit yang telah berjanji terhadap dirinya akan selalu ikut berjihad dan berperang, sampai ia mati dalam peperangan itu, dengan harapan Allah akan mengampuni dosa-dosa yang telah diperbuatnya ...!
Nah, siapakah dia orang musyrik berkepala batu yang kemudian menjadi seorang Muslim yang bertaqwa dan menemui syahidnya itu ... ? Itulah dia Suheil bin 'Amar... ! Salah seorang pemimpin Quraisy yang terkemuka dan cerdik pandainya dapat dibanggakan ..... Dan dialah yang diutus oleh kaum Quraisy untuk meyakinkan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam agar membatalkan rencananya memasuki Mekah waktu peristiwa Hudaibiyah ... !
Di akhir tahun keenam Hijrah, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam Bersama para shahabatnya pergi ke Mekah dengan tujuan berziarah ke Baitullah dan melakukan 'umrah -- jadi bukan dengan maksud hendak berperang - tanpa mengadakan persiapan untuk peperangan keberangkatan mereka ini segera diketahui oleh Quraisy, hingga mereka pergi menghadang mereka hendak menghalangi Muslimin mencapai tujuan mereka. Suasana pun menjadi tegang dan hati Kaum Muslimin berdebar-debar. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata kepada para shahabatnya: -- "Jika pada waktu ini Quraisy mengajak kita untuk mengambil langkah ke arah dihubungkannya tali silaturahmi, pastilah kukabulkan ... !"
Quraisy pun mengirim utusan demi utusan kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam Semua mereka diberinya keterangan bahwa kedatangannya bukanlah untuk berperang, tetapi hanyalah untuk mengunjungi Baitullah al-Haram dan menjunjung tinggi kemuliannya.
Dan setiap utusan itu kembali, Quraisy mengirim lagi utusan yang lebih bijak dan lebih disegani, hingga sampai kepada 'Urwah bin Mas'ud ats-Tsaqafi, seorang yang lebih tepat untuk diserahi tugas seperti ini. Menurut anggapan Quraisy ia akan mampu meyakinkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam untuk kembali pulang.
Tetapi tak lama kemudian 'Urwah telah berada di hadapan mereka, dan berkata : - "Hai manalah rekan-rekanku kaum Quraisy ... ! Saya telah pergi berkunjung kepada Kaisar, kepada Kisra: dan kepada Negus di istana mereka masing-masing, ... Dan sungguh demi Allah, tak seorang raja pun saya lihat yang dihormati oleh rakyat-nya, seperti halnya Muhammad oleh para shahabatnya ... !
Dan sungguh, sekelilingnya saya dapati suatu kaum yang sekali-kali takkan rela membiarkannya dapat cedera... ! Nah, pertimbangkanlah apa yang hendak tuan lakukan masak-masak...!"
Saat itu orang-orang Quraisy pun merasa yakin bahwa usaha-usaha mereka tak ada faedahnya, hingga mereka memutuskan untuk menempuh jalan berunding dan perdamaian. Dan untuk melaksanakan tugas ini mereka pilihlah pemimpin mereka yang lebih tepat..., tiada lain dari Suheil bin 'Amar....
Kaum Muslimin melihat Suheil datang dan mengenal siapa dia. Maka maklumlah mereka bahwa orang-orang Quraisy akhirnya berusaha untuk berdamai dan mencapai saling pengertian, dengan alasan bahwa yang mereka utus itu ialah Suheil bin 'Amar... !
Suheil duduk berhadapan muka dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, dan terjadilah perundingan yang berlangsung lama di antara mereka, yang berakhir dengan tercapainya perdamaian. Dalam perundingan ini Suheil berusaha hendak mengambil keuntungan sebanyak-banyaknya bagi Quraisy. Disokong pula oleh toleransi luhur dan mulia dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam yang mendasari berhasilnya perdamaian tersebut.
Dalam pada itu waktu berjalan terus, hingga tibalah tahun ke delapan Hijriyah ..., dan Rasulullah bersama Kaum Muslimin berangkat untuk membebaskan Mekah, yaitu setelah Quraisy melanggar perjanjian dan ikrar mereka dengan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam Serta orang-orang Muhajirin pun kembalilah ke kampung halaman mereka setelah mereka dulu diusir daripadanya dengan paksa.
Bersama mereka ikut pula orang-orang Anshar, yakni yang telah membawa mereka berlindung di kota mereka, serta mengutamakan mereka dari diri mereka sendiri .... Kembalilah pula Islam secara keseluruhannya, mengibarkan panji-panji kemenangannya di angkasa luas....Dan kota Mekah pun membukakan semua pintunya . .;.. Sementara; orang-orang musyrik terlena dalam kebingungannya…!
Nah, menurut perkiraan anda, apakah nasib yang akan ditemui sekarang ini oleh orang-orang itu, yakni orang-orang yang telah menyalahgunakan kekuatan mereka selama ini terhadap Kaum Muslimin, berupa siksaan, pembakaran, pengucilan dan pembunuhan...?
Rupanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang amat pengasih itu tak hendak membiarkan mereka meringkuk demikian lama di bawah tekanan perasaan yang amat pahit dan getir ini. Dengan dada yang lapang dan sikap yang lunak dan lembut, dihadapkan wajahnya kepada mereka sambil berkata, sementara getaran dan irama suaranya yang bagai menyiramkan air kasih sayang berkumandang di telinga mereka: -
"Wahai segenap kaum Quraisy ... ! Apakah menurut sangkaan kalian, yang akan aku lakukan terhadap kalian?"
Mendengar itu tampillah musuh Islam kemarin Suheil bin 'Amar memberikan jawaban: -"Sangka yang baik ... ! Anda adalah saudara kami yang mulia ..., dan putera saudara kami yang mulia .. !"
Sebuah senyuman yang bagaikan cahaya, tersungging di kedua bibir Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kekasih Allah itu, lalu serunya: "Pergilah kalian ... !Semua kalian bebas... !"
Ucapan yang keluar dari muIut Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang baru saja beroleh kemenangan ini tidaklah akan diterima begitu saja oleh orang yang masih mempunyai perasaan, kecuali dengan hati yang telah menjadi peleburan dan perpaduan antara rasa malu, ketundukan dan penyesalan.
Pada saat itu juga, suasana yang penuh dengan keagungan dan kebesaran ini telah membangkitkan semua kesadaran Suheil bin 'Amar, dan menyebabkannya menyerahkan dirinya kepada Allah Robbul 'Alamin. Dan keislamannya itu, bukanlah keislaman seorang laki-laki yang menderita kekalahan lalu menyerahkan dirinya kepada taqdir di saat itu juga. Tetapi -- sebagaimana akan ternyata di belakang nanti -- adalah keislaman seseorang yang terpikat dan terpesona oleh kebesaran Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam dan kebesaran Agama yang diikuti ajaran-ajarannya oleh Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, dan yang dipikulnya bendera dan panji-panjinya dengan rasa cinta yang tidak terkira ... !
Orang-orang yang masuk Islam di hari pembebasan kota Mekah itu disebut "thulaqa' " artinya orang-orang yang dibebaskan dari segala hukum yang berlaku bagi orang yang kalah perang, karena mereka mendapat amnesti dan ampunan dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, dengan kesadaran sendiri berpindalm aqidah dari kemusyrikan ke Agama tauhid, yakni ketika beliau shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: -- "Pergilah tuan-tuan ... ! Tuan-tuan semua bebas ... !"
Tetapi dari segolongan orang-orang yang dibebaskan ini karena ketulusan hati mereka, kebulatan tekad dan pengurbanan yang tinggi serta ibadah dengan hati yang suci, mengantarkan mereka kepada barisan pertama dari shahabat-shahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam yang budiman. Maka di antara mereka itu terdapatlah Suheil bin 'Amar.
Agama Islam telah menempa dirinya secara baru. Dicetaknya semua bakat dan kecenderungannya dengan menambahkan dengan yang lainnya, lalu semua itu dipacunya untuk menegakkan kebenaran, kebaikan dan keimanan .... Orang-orang melukiskan sifatnya dalam beberapa kalimat: "Pemaaf, pemurah ..., banyak shalat, shaum dan bersedekah ...serta membaca al-Qur'an dan menangis disebabkan takut kepada Allah ... !"
Demikianlah kebesaran Suheil! Walaupun ia menganut Islam di hari pembebasan dan bukan sebelumnya, tetapi kita lihat dalam keislaman dan keimanannya itu ia mencapai kebenaran tertinggi, sedemikian tinggi hingga dapat menguasai keseluruhan dirinya dan merubahnya menjadi seorang 'abid ( ahli ibadah ) dan zahid ( meninggalkan kesenangan dunia untuk mendapatkan kebahagian akhirat ), dan seorang mujahid ( pejugang ) yang mati-matian berqurban di jalan Allah.
Dan tatkala Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berpulang ke Rafiqul A'la, demi berita itu sampai ke Mekah, waktu itu Suheil sedang bermukim di sana -- Kaum Muslimin yang berada di sana menjadi resah dan gelisah serta ditimpa kebingungan, seperti halnya saudara- saudara mereka di Madinah.
Maka seandainya kebingungan kota Madinah dapat dilenyapkan ketika itu juga oleh Abu Bakar radhiyallahu 'anhu dengan kalimat-kalimat-nya yang tegas: - "Barang siapa yang mengabdi kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam maka sesungguhnya Nabi Muhammad telah wafat! Dan barang siapa yang mengabdi kepada Allah, maka sesungguhnya Allah tetap hidup dan takkan mati untuk selama-lamanya …."
Kita akan sama kagum dan terpesona melihat bahwa Suheil radhiyallahu 'anhu, dialah yang tampil di Mekah, dan melakukan seperti apa yang dilakukan oleh Abu Bakar radhiyallahu 'anhu di Madinah.
Dikumpulkannya seluruh penduduk, lalu berdiri memukau mereka dengan kalimat-kalimatnya yang mantap, memaparkan bahwa Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam itu benar-benar Rasul Allah dan bahwa ia tidak wafat sebelum menyampaikan amanat dan melaksanakan tugas risalat. Dan sekarang menjadi kewajiban bagi orang-orang Mu'min untuk meneruskan perjalanan menempuh jalan yang telah digariskannya.
Maka dengan langkah dan tindakan yang diambil oleh Suheil ini, serta dengan ucapannya yang tepat dan keimanannya yang kuat, terhindarlah fitnah yang hampir saja menumbangkan keimanan sebagian manusia di Mekah ketika mendengar wafatnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam... !
Dan pada hari itu pula, lebih dari saat-saat lainnya, terpampanglah secara gemilang kebenaran dari nubuwat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ... ! Bukankah telah dikatakannya kepada Umar radhiyallahu 'anhu ketika ia meminta idzin untuk mencabut dua buah gigi muka dari Suheil sewaktu tertawan di perang Badar : "Jangan, karena mungkin pada suatu ketika kamu akan menyenanginya '"
Nah, pada hari inilah, dan ketika sampai ke telinga Kaum Muslimin di Madinah tindakan yang diambil Suheil di Mekah serta pidatonya yang mengagumkan yang mengukuhkan keimanan dalam hati, teringatlah Umar bin Khatthab radhiyallahu 'anhu akan ucapan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.... Lama sekali ia tertawa, karena tibalah hari yang dijanjikan itu, di saat Islam beroleh man'faat dari dua buah gigi Suheil yang sedianya akan dicabut dan dirontokkannya...!
Di saat Suheil masuk Islam di hari dibebaskannya kota Mekah .... Dan setelah ia merasakan manisnya iman, ia berjanji terhadap dirinya yang maksudnya dapat disimpulkan pada kalimat-kalimat berikut ini: -- "Demi Allah, suatu suasana yang saya alami bersama orang-orang musyrik, pasti akan saya alami pula seperti itu bersama Kaum Muslimin! Dan setiap nafkah yang saya belanjakan bersama orang-orang musyrik, pasti akan saya belanjakan pula seperti itu bersama Kaum Muslimin! Semoga perbuatan-perbuatan saya belakangan ini akan dapat mengimbangi perbuatan-perbuatan saya terdahulu ... !"
Dahulu dengan tekun ia berdiri di depan berhala-berhala. Maka sekarang ia akan berbuat lebih dari itu berdiri di hadapan Allah Yang Maha Esa bersama orang-orang Mu'min ... ! Itulah sebabnya ia terus shalat dan shalat ...,tekun shaum dan shaum segala macam ibadat yang dapat mensucikan jiwa dan mendekatkan dirinya kepada Allah Ta'ala, pasti dilakukannya sebanyak-banyaknya... !
Demikian pula di masa silam, ia berdiri di arena peperangan bersama orang-orang musyrik menghadapi Islam! Maka sekarang ia harus tampil di barisan tentara Islam sebagai prajurit yang gagah berani, untuk memadamkan perapian Nubhar yang disembah oleh orang-orang Persi dan mereka bakar di dalamnya saji-sajian rakyat yang mereka perbudak ...,serta melenyapkan pula bersama para pendekar kebenaran itu kegelapan bangsa Romawi dan kedhaliman mereka, dan menyebarkan kalimat tauhid dan taqwa ke pelosok-pelosok dunia... !
Maka pergilah ia ke Syria bersama tentara Islam untuk turut mengambil bagian dalam peperangan-peperangan di sana.
Tidak ketinggalan pada pertempuran Yarmuk, saat Kaum Muslimin menerjuni pertarungan yang terdahsyat dan paling sengit yang pernah mereka alami ....
Hatinya bagaikan terbang kegirangan karena mendapatkan kesempatan yang amat baik ini, guna menebus kemusyrikan dan kesalahan-kesalahannya di masa jahiliyah dengan jiwa-raganya.
Suheil amat mencintai kampung halamannya Mekah, sampai lupa cinta yang dapat mengurbankan dirinya....Walaupun demikian, ia tak hendak kembali ke sana setelah kemenangan Kaum Muslimin di Syria, katanya- "Saya dengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Ketekunan seseorang dalam sesaat dalam perjuangan di jalan Allah, lebih baih baginya daripada amal sepanjang hidupnya ...!" Hadits.
Maka sungguh saya akan berjuang di jalan Allah sampai mati, dan takkan kembali ke Mekah, Suheil memenuhi janjinya ini .... Dan tetaplah ia berjuang di medan perang sepanjang hayatnya, hingga tiba saat keberang-katannya. Maka ketika ia pergi segeralah ruhnya terbang mendapatkan rahmat dan keridlaan Allah
| Marhaban Ya Ramadhan August 06, 2010 New Google SEO Bandung, Indonesia
OREANTALIS DAN HINAAN PADA RASULLULAH S.A.W
Hinaan terhadap Rasulullah Muhammad tak hanya dilakukan media Barat, kaum orientalis sudah melakukannya sangat lama. Bahkan dengan bungkus “ilmiah” [1]
Di kalangan Yahudi-Kristen, telah umum beredar hinaan atau celaan terhadap Nabi Muhammad. Misalnya penggunaan istilah pseduopropheta (nabi palsu). Johannes dari Damascus Ioannou tou Damaskhenou alias Johannes Damascenus atau John of Damascus (±652-750)] adalah orang yang paling awal menganggap Rasulullah sebagai nabi palsu.
Johannes menyebut Rasulullah sebagai Mamed. Dikutip dalam buku John of Damascus: The Heresy of the Ishmaelites oleh Daniel J Sahas (1972), John atau Johannes berpendapat bahwa Mamed adalah seorang nabi palsu dan secara kebetulan mengetahui isi Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru serta berpura-pura pernah bertemu dengan Arius. Setelah itu, Mamed membuat sendiri ajaran sesatnya. Johannes menegaskan Mamed sendiri tidak sadar kalau menerima wahyu karena mendapatkannya ketika sedang tidur.
Tak cukup itu, Johannes juga mengatakan bahwa Mamed bukanlah seorang nabi (alias nabi palsu) karena perilakunya yang tidak bermoral. Mamed, katanya, membolehkan mengawini banyak perempuan dan ia sendiri mengawini istri anak angkatnya sendiri. Ada banyak sebutan untuk Nabi. Umumnya, bernada hujatan. Sebutan seperti; Mamed, Mawmet, Mahound, Mahoun, Mahun, Mahomet, Mahon, Machmet, yang kesemua kata tersebut bermakna setan (devil) dan berhala (idol) telah berkumandang keras khususnya pada zaman pertengahan. Hujatan terhadap Rasulullah terus dilakukan oleh para tokoh terkemuka Kristen.
Pastor Bede (673-735) menganggap Mamed sebagai a wild man of desert (seorang manusia padang pasir yang liar), kasar, cinta perang dan biadab, buta huruf, status sosialnya rendah, bodoh tentang dogma Kristen, tamak kuasa sehingga ia menjadi penguasa dan mengklaim dirinya sebagai seorang rasul (nuntius/apostolus).
Hujatan kepada Rasulullah juga dilakukan oleh para rahib terkemuka Kristen yang lain. Misalnya dilontarkan oleh Pierre Maurice de Montboissier yang juga dikenal sebagai Petrus Venerabilis alias Peter the Venerable (1049-1156), seorang kepala biara Cluny di Perancis.
Dalam buku Popular Attitudes Towards Islam in Medieval Europe, juga dalam Western Views of Islam in Medieval and Early Modern Europe (editor Michael Frasseto and Davis R Blanks), Pierre Maurice pernah menegaskan bahwa Mahomet adalah an evil man (orang jahat) dan satan (setan) karena mengajarkan anti-Kristus. Hujatan demi hujatan terus berlanjut. Ricoldus de Monte Crucis alias Ricoldo da Monte Croce (±1243-1320), seorang biarawan Dominikus, menulis beberapa karya yang juga menghujat Islam. Menurut
Ricoldo, yang mengarang Al-Qur`an dan membuat Islam adalah setan. Kata Ricoldo, sebagaimana dikutip Patrick O’Hair Cate dalam Each Other’s Scripture:
“Pengarang bukanlah manusia tetapi setan, yang dengan kejahatannya serta izin Tuhan dengan pertimbangan dosa manusia, telah berhasil untuk memulai karya anti-Kristus. Setan tersebut, ketika melihat iman Kristiani semakin bertambah besar di Timur dan berhala semakin berkurang, dan Heraclius, yang menghancurkan menara menjulang yang dibangun oleh Chosroes dengan emas, perak dan batu-batu permata untuk menyembah berhala-berhala, mengatasi Chosroes pembela berhala. Dan ketika setan melihat palang salib Kristus diangkat oleh Heraclius, dan tidaklah mungkin lagi untuk membela banyak tuhan atau menyangkal Hukum Musa dan Bibel Kristus, yang telah menyebar ke seluruh dunia, setan tersebut merancang sebuah bentuk hukum (agama) yang pertengahan jalan antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, dalam rangka untuk menipu dunia. Dengan maksud ini ia memilih Muhammad.”
Hujatan Ala Martin Luther
Seolah terpengaruh dengan pemikiran Ricoldo, Martin Luther (1483-1546) berpendapat, â€Å“The devil is the ultimate author of the Qur`an (setan adalah pengarang terakhir Al-Qur`an). Pendapat Luther didasarkan kepada penafsirannya terhadap Yohannes 8 (44). Luther berpendapat bahwa setan adalah a liar and murderer (seorang pembohong dan pembunuh). Al-Qur`an mengajarkan kebohongan dan pembunuhan. Oleh sebab itu, yang mengarang Al-Qur`an (Mahomet) dikontrol oleh setan. Luther juga menyatakan, “Jadi ketika jiwa pembohong mengontrol Mahomet, dan setan telah membunuh jiwa-jiwa Mahomet dengan Al-Qur`an dan telah menghancurkan keimanan orang-orang Kristen, setan harus terus mengambil pedang dan mulai membunuh tubuh-tubuh mereka.” (Lihat Martin Luther, On War Against the Turk, penerjemah Charles M Jacobs).
Menurut Luther, Mahomet, Al-Qur`an, dan orang-orang Turki semuanya adalah produksi setan. “Namun sebagaimana Paus yang anti-Kristus, begitu juga orang-orang Turki yang merupakan penjelmaan setan,” ujar Luther. Sebagaimana Ricoldo, Luther menganggap Tuhan orang-orang Turki adalah demon (setan) karena ketika orang-orang Turki berperang, mereka berteriak Allah! Allah! Ini sama halnya dengan tentara-tentara Paus ketika berperang berteriak Ecclesia! Ecclesia! Bagi Luther, teriakan gereja (ecclesia) berasal dari setan. Luther menegaskan, dalam peperangan, sebenarnya Tuhan orang-orang Turki yang lebih banyak bertindak dibanding orang-orang Turki sendiri. Tuhan mereka yang memberi keberanian dan trik, yang mengarahkan pedang dan tangan, kuda dan manusia.
Walhasil, Luther menyimpulkan Mahomet mengajarkan kebohongan, pembunuhan dan tidak menghargai perkawinan. Mahomet bohong karena menolak kematian Yesus dan ketuhanan Yesus sebagaimana yang diajarkan Bibel. Tak hanya menghina, Luther juga memfitnah dengan mengatakan bahwa Mahomet mengajarkan bahwa hukum ditegakkan dengan pedang dan keimanan Kristiani dan pemerintahan Muslim perlu dihancurkan, dan Turki (Muslim) adalah pembunuh. (Lihat Patrick O’Hair Cate, Each Other’s Scripture).
Dalam pandangan Luther, Mahomet membolehkan siapa saja untuk beristri sebanyak yang diinginkan. Menurutnya, merupakan kebiasaan bagi seorang laki-laki Turki untuk memiliki sepuluh atau dua puluh istri dan meninggalkan atau menjual siapa yang dia inginkan. Sehingga wanita-wanita Turki dianggap murah yang tidak ada harganya dan dianggap rendah; mereka dibeli dan dijual seperti binatang ternak. (Martin Luther, On War Against the Turk)
Demikianlah, kecaman, hinaan, dan hujatan terhadap Nabi Muhammad tak hanya datang kali ini, namun telah berlangsung jauh-jauh hari. Dan ternyata, hujatan dan hinaan tersebut telah menjadi bagian dari studi orientalisme. *)
Tulisan ini dimuat di Majalah Hidayatullah edisi Maret 2007
“Kita umat Rasulullah diakhir jaman jangan tinggal diam lakukan sesuatu dengan cara hidupkan Sunnah mulai bangun sampai tidur kembali…didalam Sunnah Terdapat Kejayaan. “ Marhaban Ya Ramadhan August 06, 2010 New Google SEO Bandung, Indonesia
Hinaan terhadap Rasulullah Muhammad tak hanya dilakukan media Barat, kaum orientalis sudah melakukannya sangat lama. Bahkan dengan bungkus “ilmiah” [1]
Di kalangan Yahudi-Kristen, telah umum beredar hinaan atau celaan terhadap Nabi Muhammad. Misalnya penggunaan istilah pseduopropheta (nabi palsu). Johannes dari Damascus Ioannou tou Damaskhenou alias Johannes Damascenus atau John of Damascus (±652-750)] adalah orang yang paling awal menganggap Rasulullah sebagai nabi palsu.
Johannes menyebut Rasulullah sebagai Mamed. Dikutip dalam buku John of Damascus: The Heresy of the Ishmaelites oleh Daniel J Sahas (1972), John atau Johannes berpendapat bahwa Mamed adalah seorang nabi palsu dan secara kebetulan mengetahui isi Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru serta berpura-pura pernah bertemu dengan Arius. Setelah itu, Mamed membuat sendiri ajaran sesatnya. Johannes menegaskan Mamed sendiri tidak sadar kalau menerima wahyu karena mendapatkannya ketika sedang tidur.
Tak cukup itu, Johannes juga mengatakan bahwa Mamed bukanlah seorang nabi (alias nabi palsu) karena perilakunya yang tidak bermoral. Mamed, katanya, membolehkan mengawini banyak perempuan dan ia sendiri mengawini istri anak angkatnya sendiri. Ada banyak sebutan untuk Nabi. Umumnya, bernada hujatan. Sebutan seperti; Mamed, Mawmet, Mahound, Mahoun, Mahun, Mahomet, Mahon, Machmet, yang kesemua kata tersebut bermakna setan (devil) dan berhala (idol) telah berkumandang keras khususnya pada zaman pertengahan. Hujatan terhadap Rasulullah terus dilakukan oleh para tokoh terkemuka Kristen.
Pastor Bede (673-735) menganggap Mamed sebagai a wild man of desert (seorang manusia padang pasir yang liar), kasar, cinta perang dan biadab, buta huruf, status sosialnya rendah, bodoh tentang dogma Kristen, tamak kuasa sehingga ia menjadi penguasa dan mengklaim dirinya sebagai seorang rasul (nuntius/apostolus).
Hujatan kepada Rasulullah juga dilakukan oleh para rahib terkemuka Kristen yang lain. Misalnya dilontarkan oleh Pierre Maurice de Montboissier yang juga dikenal sebagai Petrus Venerabilis alias Peter the Venerable (1049-1156), seorang kepala biara Cluny di Perancis.
Dalam buku Popular Attitudes Towards Islam in Medieval Europe, juga dalam Western Views of Islam in Medieval and Early Modern Europe (editor Michael Frasseto and Davis R Blanks), Pierre Maurice pernah menegaskan bahwa Mahomet adalah an evil man (orang jahat) dan satan (setan) karena mengajarkan anti-Kristus. Hujatan demi hujatan terus berlanjut. Ricoldus de Monte Crucis alias Ricoldo da Monte Croce (±1243-1320), seorang biarawan Dominikus, menulis beberapa karya yang juga menghujat Islam. Menurut
Ricoldo, yang mengarang Al-Qur`an dan membuat Islam adalah setan. Kata Ricoldo, sebagaimana dikutip Patrick O’Hair Cate dalam Each Other’s Scripture:
“Pengarang bukanlah manusia tetapi setan, yang dengan kejahatannya serta izin Tuhan dengan pertimbangan dosa manusia, telah berhasil untuk memulai karya anti-Kristus. Setan tersebut, ketika melihat iman Kristiani semakin bertambah besar di Timur dan berhala semakin berkurang, dan Heraclius, yang menghancurkan menara menjulang yang dibangun oleh Chosroes dengan emas, perak dan batu-batu permata untuk menyembah berhala-berhala, mengatasi Chosroes pembela berhala. Dan ketika setan melihat palang salib Kristus diangkat oleh Heraclius, dan tidaklah mungkin lagi untuk membela banyak tuhan atau menyangkal Hukum Musa dan Bibel Kristus, yang telah menyebar ke seluruh dunia, setan tersebut merancang sebuah bentuk hukum (agama) yang pertengahan jalan antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, dalam rangka untuk menipu dunia. Dengan maksud ini ia memilih Muhammad.”
Hujatan Ala Martin Luther
Seolah terpengaruh dengan pemikiran Ricoldo, Martin Luther (1483-1546) berpendapat, â€Å“The devil is the ultimate author of the Qur`an (setan adalah pengarang terakhir Al-Qur`an). Pendapat Luther didasarkan kepada penafsirannya terhadap Yohannes 8 (44). Luther berpendapat bahwa setan adalah a liar and murderer (seorang pembohong dan pembunuh). Al-Qur`an mengajarkan kebohongan dan pembunuhan. Oleh sebab itu, yang mengarang Al-Qur`an (Mahomet) dikontrol oleh setan. Luther juga menyatakan, “Jadi ketika jiwa pembohong mengontrol Mahomet, dan setan telah membunuh jiwa-jiwa Mahomet dengan Al-Qur`an dan telah menghancurkan keimanan orang-orang Kristen, setan harus terus mengambil pedang dan mulai membunuh tubuh-tubuh mereka.” (Lihat Martin Luther, On War Against the Turk, penerjemah Charles M Jacobs).
Menurut Luther, Mahomet, Al-Qur`an, dan orang-orang Turki semuanya adalah produksi setan. “Namun sebagaimana Paus yang anti-Kristus, begitu juga orang-orang Turki yang merupakan penjelmaan setan,” ujar Luther. Sebagaimana Ricoldo, Luther menganggap Tuhan orang-orang Turki adalah demon (setan) karena ketika orang-orang Turki berperang, mereka berteriak Allah! Allah! Ini sama halnya dengan tentara-tentara Paus ketika berperang berteriak Ecclesia! Ecclesia! Bagi Luther, teriakan gereja (ecclesia) berasal dari setan. Luther menegaskan, dalam peperangan, sebenarnya Tuhan orang-orang Turki yang lebih banyak bertindak dibanding orang-orang Turki sendiri. Tuhan mereka yang memberi keberanian dan trik, yang mengarahkan pedang dan tangan, kuda dan manusia.
Walhasil, Luther menyimpulkan Mahomet mengajarkan kebohongan, pembunuhan dan tidak menghargai perkawinan. Mahomet bohong karena menolak kematian Yesus dan ketuhanan Yesus sebagaimana yang diajarkan Bibel. Tak hanya menghina, Luther juga memfitnah dengan mengatakan bahwa Mahomet mengajarkan bahwa hukum ditegakkan dengan pedang dan keimanan Kristiani dan pemerintahan Muslim perlu dihancurkan, dan Turki (Muslim) adalah pembunuh. (Lihat Patrick O’Hair Cate, Each Other’s Scripture).
Dalam pandangan Luther, Mahomet membolehkan siapa saja untuk beristri sebanyak yang diinginkan. Menurutnya, merupakan kebiasaan bagi seorang laki-laki Turki untuk memiliki sepuluh atau dua puluh istri dan meninggalkan atau menjual siapa yang dia inginkan. Sehingga wanita-wanita Turki dianggap murah yang tidak ada harganya dan dianggap rendah; mereka dibeli dan dijual seperti binatang ternak. (Martin Luther, On War Against the Turk)
Demikianlah, kecaman, hinaan, dan hujatan terhadap Nabi Muhammad tak hanya datang kali ini, namun telah berlangsung jauh-jauh hari. Dan ternyata, hujatan dan hinaan tersebut telah menjadi bagian dari studi orientalisme. *)
Tulisan ini dimuat di Majalah Hidayatullah edisi Maret 2007
“Kita umat Rasulullah diakhir jaman jangan tinggal diam lakukan sesuatu dengan cara hidupkan Sunnah mulai bangun sampai tidur kembali…didalam Sunnah Terdapat Kejayaan. “ Marhaban Ya Ramadhan August 06, 2010 New Google SEO Bandung, Indonesia
RAMADHAN
Ramadhan jamaknya adalah Ramadaanaat atau armidaa’ berasal dari akar kata ramadha, berarti panas yang menyengat atau kekeringan, khususnya pada tanah.Bangsa Babilonia yang budayanya pernah sangat dominant diutara Jazirah arab menggunakan Luni Solar calendar ( penghitungan tahun berdasarkan bulan dan matahari sekaligus)
Bulan kesembilan senantiasa jatuh pada musim panas yang sangat menyengat.Bila Pagi dan petang Batu gunung dan pasir gurun tentunya terpanggang sengatan matahari musim panas yang waktu siangnya lebih panjang daripada waktu malamnya.Dimalam hari , panas dibebatuan di bebatuan dan pasir sedikit agak reda, tapi belum dingin betul sudah berjumpa dengan pagi hari demikianlah terjadi berulang-ulang, sehingga setelah beberapa pecan terjadi akumulasi panas yang menghanguskan. Hari-hari itu disebut bulan ramandhan, bulan yang panas menghanguskan.
Setelah umat islam memakai kalender berbasis bulan yang rata-rata 11 hari lebih pendek dari kalender berbasis matahari, bulan ramadhan tak lagi selalu bertepatan dengan musim panas. Subhanallah, orang lebih memahami panasnya Ramadhan secara Metaphoric ( kiasan). Karena dihari hari ramadhan orang berpuasa, tenggorokan panas karena kehausan. Atau diharapkan dengan ibadah-ibadah ramadhan maka dosa-dosa terdahulu menjadi hangus terbakar dan seusai ramadhan orang yang berpuasa tak lagi berdosa.
Dari akar kata tersebut kata Ramadhan digunakan untuk mengindikasikanadanya sensasi panas saat seseorang kehausan, Pendapat lain mengatakan bahwa kata ramadhan digunakan karena pada bulan itu dosa-dosa dihapuskan oleh perbuatan baik sebagaimana matahari membakar tanah. Namun kata Ramadhan tidak dapat disamakan artinya dengan Ramadhan. Ramadhan dalam bahasa arab artinya orang yang sakit mata atau buta. Lebih lanjut lagi hal itu di kiaskan dengan dimanfaatkannya momen ramadhan oleh para penganut islam yang serius untuk mencairkan, menata ulang, dan memperbaharui kekuatan fisik, spiritual, dan tingkah lakunya, sebagaimana panas itu merepresentasikan sesuatu yang dapat mencairkan materi. Menurut Drs. Kh. Mudrik Qori, Ramadhan adalah sebuah kata yang terbentuk dari lima huruf, dan setiap hurufnya memiliki makna tertentu yaitu : Ra; yang berarti rahmad ( rahmad Allah), Mim ; Maghfirah (ampunan Allah), Dhod; Dhommanun li al jannah (jaminan untuk menggapai Surga), Alif; Amaanunmin an nar (terhindar dari Neraka), dan Nun; Nurullahi al Azizi al Hakim al ghofuuri ar Rahiim (Cahaya dari Allah Swt yang Maha Kuasa dan Bijaksana, Maha Pengampu dan Pengasih).Bulan Ramadhan memiliki banyak nama, disamping Ramadhan itu sendiri, diantaranya:
Pertama, Syahrut-Tarbiyah (bulan Pendidikan) dimana bulan ini kita di didik langsung oleh Allah seumpama kita makan pada waktunya sehingga kesehatan kita terjaga. Atau kita diajarkan supaya kita bisa mengatur waktu dalm kehidupan kita. Kapan waktu makan kapan Waktu bekerja,kapan waktu istirahat dan kapan waktu ibadah .
Kedua, Syahrul Jihad. Pada masa rasulullah justru peperangan banyak terjadi pada bulan Ramadhan dan itu semua dimenangkan kaum muslimin yang paling pentig kkita rasakan ialah kita berjihad melawan hawa nafsu sendiri sehingga kita tetap bersungguh-sungguh menjalankan aktifitas kita.
Ketiga, Syahrul Qur’an . Alquran pertama kali diturunkan dibulan ramadhan Dan bulan ini kitas sebaiknya banyak membaca Alqur’an dan mengkaji kandungannya sehingga kita paham dan mengerti perintah Allah yang terkandung didalamnya.
Keempat, Syahrul Ukhuwah Pada bulan ramadhan kita merasakan sekali ukhuwah islamiyah selalu berinteraksi di mesjid dan musholla untuk melakukan sholat berjamaah dan diantara tetangga mengirimkan ta’jil makanan berbuka sehingga antara kaum mulimin terasa sekali kebersamaan dan kesatuannya.
Kelima, Syahrul Ibadah Bulan Ramadhan disebut juga bulan ibadah karena pada bulan ini banyak sekali kita melakukan ibadah sunnah disamping ibadah wajib seperti shalat sunat dhuha,rawatib dan tarawih ataupun qiamullail serta tadarusan alquran. Oleh karena itu bulan Ramadhan 1431H sebentar lagi hadir mengunjungi kita. Puasa selama satubulan penu merupakan ibadah utama yang dikerjakan umat islam diramadhan.Sholat Tarawih dan membayar zakat fitrah adalah ibadah lainnya yang khusus dikerjakan dibulan ini. Ibadah utama lainnya adalah membaca Alquran dan Melakukan I’tikaf. Khususnya disepuluh hari terakhir.ramadhan. sedangkan keberkahan terbesar yang diharapkan oleh umat islam adalah mendapatkan lailatul qadar. Ulama Menganjurkan kepada kita bahwa jika ingin dapat berpuasa dengan benar dan mendapat keberkahan dibulan ramadhan, maka ikutilah Sunnah Rasulullah Saw. Ikutillah bagaimana Rasulullah Saw sebagai tuan rumah mulia menjamu Tamu Agungnya, ramadhan.
Untuk Mengikuti Sunah Rasulullah dari mulai bangun dan tidur kembali maka jika senatiasa kita hidupkan sunnah maka tidurpun kita mendapat pahala dengan catatan tidur dengan cara nabi.
Sang Tamu Agung Seperti apa sosok ramadhan,sang tamu Agung ? ia adalah makhluk dalam bentuk Waktu (Subhanallah). Ia datang dan tinggal bersama umat islam paling lama tigapuluh hari. Ia sosok Tamu sejati, tidak pernah bosan untuk berkunjung, ia juga tamu yang baik, amanah dan dermawan, tidak khiyanat dan tidak pelit untuk membagi oleh-oleh keberkahan yang dititipkan Allah Swt untuk Umat akhir zaman yaitu umat Muhammad Saw. Keberkahan yang melalui dirinya Allah memberikan naungan kepada umat islam, menurunkan rahmad, menghapus kesalahan, mengabulkan doa, membanggakan orang beriman dihadapan malaikat dan melipat gandakan amal soleh yang dikerjakan umat islam Karena keberkahan yang dibawanya dari Allah Swt, ia menjadi satu-satunya favorit didunia ini. Tamu yang sangat ditunggu-tungggu milyaran orang islam. Ramadhan adalah bulan yang permulaannya rahmat, pertengahannya magfirah (ampunan) dan akhirnya pembebasan dari api neraka. Sang mahluk Cahaya yaitu Lailatul Qadar bermandikan Cahaya Allah, Cahaya Malaikat dan Cahaya roh sampai terbit cahaya fajar. Cahaya yang dapat menangkap dan menyatu dengan Cahaya. Marhaban Ya Ramadhan August 06, 2010 New Google SEO Bandung, Indonesia
Ramadhan jamaknya adalah Ramadaanaat atau armidaa’ berasal dari akar kata ramadha, berarti panas yang menyengat atau kekeringan, khususnya pada tanah.Bangsa Babilonia yang budayanya pernah sangat dominant diutara Jazirah arab menggunakan Luni Solar calendar ( penghitungan tahun berdasarkan bulan dan matahari sekaligus)
Bulan kesembilan senantiasa jatuh pada musim panas yang sangat menyengat.Bila Pagi dan petang Batu gunung dan pasir gurun tentunya terpanggang sengatan matahari musim panas yang waktu siangnya lebih panjang daripada waktu malamnya.Dimalam hari , panas dibebatuan di bebatuan dan pasir sedikit agak reda, tapi belum dingin betul sudah berjumpa dengan pagi hari demikianlah terjadi berulang-ulang, sehingga setelah beberapa pecan terjadi akumulasi panas yang menghanguskan. Hari-hari itu disebut bulan ramandhan, bulan yang panas menghanguskan.
Setelah umat islam memakai kalender berbasis bulan yang rata-rata 11 hari lebih pendek dari kalender berbasis matahari, bulan ramadhan tak lagi selalu bertepatan dengan musim panas. Subhanallah, orang lebih memahami panasnya Ramadhan secara Metaphoric ( kiasan). Karena dihari hari ramadhan orang berpuasa, tenggorokan panas karena kehausan. Atau diharapkan dengan ibadah-ibadah ramadhan maka dosa-dosa terdahulu menjadi hangus terbakar dan seusai ramadhan orang yang berpuasa tak lagi berdosa.
Dari akar kata tersebut kata Ramadhan digunakan untuk mengindikasikanadanya sensasi panas saat seseorang kehausan, Pendapat lain mengatakan bahwa kata ramadhan digunakan karena pada bulan itu dosa-dosa dihapuskan oleh perbuatan baik sebagaimana matahari membakar tanah. Namun kata Ramadhan tidak dapat disamakan artinya dengan Ramadhan. Ramadhan dalam bahasa arab artinya orang yang sakit mata atau buta. Lebih lanjut lagi hal itu di kiaskan dengan dimanfaatkannya momen ramadhan oleh para penganut islam yang serius untuk mencairkan, menata ulang, dan memperbaharui kekuatan fisik, spiritual, dan tingkah lakunya, sebagaimana panas itu merepresentasikan sesuatu yang dapat mencairkan materi. Menurut Drs. Kh. Mudrik Qori, Ramadhan adalah sebuah kata yang terbentuk dari lima huruf, dan setiap hurufnya memiliki makna tertentu yaitu : Ra; yang berarti rahmad ( rahmad Allah), Mim ; Maghfirah (ampunan Allah), Dhod; Dhommanun li al jannah (jaminan untuk menggapai Surga), Alif; Amaanunmin an nar (terhindar dari Neraka), dan Nun; Nurullahi al Azizi al Hakim al ghofuuri ar Rahiim (Cahaya dari Allah Swt yang Maha Kuasa dan Bijaksana, Maha Pengampu dan Pengasih).Bulan Ramadhan memiliki banyak nama, disamping Ramadhan itu sendiri, diantaranya:
Pertama, Syahrut-Tarbiyah (bulan Pendidikan) dimana bulan ini kita di didik langsung oleh Allah seumpama kita makan pada waktunya sehingga kesehatan kita terjaga. Atau kita diajarkan supaya kita bisa mengatur waktu dalm kehidupan kita. Kapan waktu makan kapan Waktu bekerja,kapan waktu istirahat dan kapan waktu ibadah .
Kedua, Syahrul Jihad. Pada masa rasulullah justru peperangan banyak terjadi pada bulan Ramadhan dan itu semua dimenangkan kaum muslimin yang paling pentig kkita rasakan ialah kita berjihad melawan hawa nafsu sendiri sehingga kita tetap bersungguh-sungguh menjalankan aktifitas kita.
Ketiga, Syahrul Qur’an . Alquran pertama kali diturunkan dibulan ramadhan Dan bulan ini kitas sebaiknya banyak membaca Alqur’an dan mengkaji kandungannya sehingga kita paham dan mengerti perintah Allah yang terkandung didalamnya.
Keempat, Syahrul Ukhuwah Pada bulan ramadhan kita merasakan sekali ukhuwah islamiyah selalu berinteraksi di mesjid dan musholla untuk melakukan sholat berjamaah dan diantara tetangga mengirimkan ta’jil makanan berbuka sehingga antara kaum mulimin terasa sekali kebersamaan dan kesatuannya.
Kelima, Syahrul Ibadah Bulan Ramadhan disebut juga bulan ibadah karena pada bulan ini banyak sekali kita melakukan ibadah sunnah disamping ibadah wajib seperti shalat sunat dhuha,rawatib dan tarawih ataupun qiamullail serta tadarusan alquran. Oleh karena itu bulan Ramadhan 1431H sebentar lagi hadir mengunjungi kita. Puasa selama satubulan penu merupakan ibadah utama yang dikerjakan umat islam diramadhan.Sholat Tarawih dan membayar zakat fitrah adalah ibadah lainnya yang khusus dikerjakan dibulan ini. Ibadah utama lainnya adalah membaca Alquran dan Melakukan I’tikaf. Khususnya disepuluh hari terakhir.ramadhan. sedangkan keberkahan terbesar yang diharapkan oleh umat islam adalah mendapatkan lailatul qadar. Ulama Menganjurkan kepada kita bahwa jika ingin dapat berpuasa dengan benar dan mendapat keberkahan dibulan ramadhan, maka ikutilah Sunnah Rasulullah Saw. Ikutillah bagaimana Rasulullah Saw sebagai tuan rumah mulia menjamu Tamu Agungnya, ramadhan.
Untuk Mengikuti Sunah Rasulullah dari mulai bangun dan tidur kembali maka jika senatiasa kita hidupkan sunnah maka tidurpun kita mendapat pahala dengan catatan tidur dengan cara nabi.
Sang Tamu Agung Seperti apa sosok ramadhan,sang tamu Agung ? ia adalah makhluk dalam bentuk Waktu (Subhanallah). Ia datang dan tinggal bersama umat islam paling lama tigapuluh hari. Ia sosok Tamu sejati, tidak pernah bosan untuk berkunjung, ia juga tamu yang baik, amanah dan dermawan, tidak khiyanat dan tidak pelit untuk membagi oleh-oleh keberkahan yang dititipkan Allah Swt untuk Umat akhir zaman yaitu umat Muhammad Saw. Keberkahan yang melalui dirinya Allah memberikan naungan kepada umat islam, menurunkan rahmad, menghapus kesalahan, mengabulkan doa, membanggakan orang beriman dihadapan malaikat dan melipat gandakan amal soleh yang dikerjakan umat islam Karena keberkahan yang dibawanya dari Allah Swt, ia menjadi satu-satunya favorit didunia ini. Tamu yang sangat ditunggu-tungggu milyaran orang islam. Ramadhan adalah bulan yang permulaannya rahmat, pertengahannya magfirah (ampunan) dan akhirnya pembebasan dari api neraka. Sang mahluk Cahaya yaitu Lailatul Qadar bermandikan Cahaya Allah, Cahaya Malaikat dan Cahaya roh sampai terbit cahaya fajar. Cahaya yang dapat menangkap dan menyatu dengan Cahaya. Marhaban Ya Ramadhan August 06, 2010 New Google SEO Bandung, Indonesia
A Half-Developed Eye Cannot See
What comes to your mind first when you hear the word ‘eye'? Are you aware that one of the most crucial things in life for you is your ability to see? Even if you are, have you ever thought what other signs your eye bears?
The eye is one of the most manifest pieces of evidence that living creatures are created. All sight organs, including animal eyes and the human eye, are extremely striking examples of a perfect design. This exceptional organ is so overwhelmingly complex that it surpasses even the most sophisticated devices in the world.
In order for an eye to see, all of its parts have to co-exist and work in harmony. For instance, if an eye happened to have lost its eyelid, but still had all the other parts such as the cornea, conjunctiva, iris, pupil, eye lenses, retina, choroid, eye muscles, and tear glands, it would still be greatly damaged and soon lose its seeing function. In the same manner, even if all its organelles were present, if the tear production were stopped, the eye would soon dry out and become blind.
‘The chain of coincidences' posited by evolutionists loses all its meaning against the complex structure of the eye. It is not possible to explain the existence of the eye other than as a matter of special creation. The eye has a multi-sectioned complex system and, as discussed above, all of these individual sections had to come into existence at the same time. It is impossible for a half-developed eye to function at ‘half capacity'. In such a circumstance, the act of seeing can by no means take place. An evolutionist scientist admits to this truth:
The common trait of the eyes and the wings is that they can only function if they are fully developed. In other words, a halfway-developed eye cannot see; a bird with half-formed wings cannot fly.
In this case, we again face that very important question: who created all of the components of the eye all at once?
The owner of the eyes is obviously not the one who makes the decision about their formation. For it is impossible for a being devoid of the knowledge of what seeing is like, to desire to have a seeing organ and have it attached to his body. So we have to accept the existence of a Possessor of superior Wisdom Who has created living beings with senses such as seeing, hearing, and so on. Another claim is that unconscious cells gained consciousness-requiring functions such as seeing and hearing by their own desire and effort. It is very clear that this is impossible. In the Qur'an, it is stated that seeing has been bestowed upon living beings by God:
Say: He it is Who brought you into being and made for you the ears and the eyes and the hearts: little is it that you give thanks. (Qur'an, 67: 23) Marhaban Ya Ramadhan August 05, 2010 New Google SEO Bandung, Indonesia
What comes to your mind first when you hear the word ‘eye'? Are you aware that one of the most crucial things in life for you is your ability to see? Even if you are, have you ever thought what other signs your eye bears?
The eye is one of the most manifest pieces of evidence that living creatures are created. All sight organs, including animal eyes and the human eye, are extremely striking examples of a perfect design. This exceptional organ is so overwhelmingly complex that it surpasses even the most sophisticated devices in the world.
In order for an eye to see, all of its parts have to co-exist and work in harmony. For instance, if an eye happened to have lost its eyelid, but still had all the other parts such as the cornea, conjunctiva, iris, pupil, eye lenses, retina, choroid, eye muscles, and tear glands, it would still be greatly damaged and soon lose its seeing function. In the same manner, even if all its organelles were present, if the tear production were stopped, the eye would soon dry out and become blind.
‘The chain of coincidences' posited by evolutionists loses all its meaning against the complex structure of the eye. It is not possible to explain the existence of the eye other than as a matter of special creation. The eye has a multi-sectioned complex system and, as discussed above, all of these individual sections had to come into existence at the same time. It is impossible for a half-developed eye to function at ‘half capacity'. In such a circumstance, the act of seeing can by no means take place. An evolutionist scientist admits to this truth:
The common trait of the eyes and the wings is that they can only function if they are fully developed. In other words, a halfway-developed eye cannot see; a bird with half-formed wings cannot fly.
In this case, we again face that very important question: who created all of the components of the eye all at once?
The owner of the eyes is obviously not the one who makes the decision about their formation. For it is impossible for a being devoid of the knowledge of what seeing is like, to desire to have a seeing organ and have it attached to his body. So we have to accept the existence of a Possessor of superior Wisdom Who has created living beings with senses such as seeing, hearing, and so on. Another claim is that unconscious cells gained consciousness-requiring functions such as seeing and hearing by their own desire and effort. It is very clear that this is impossible. In the Qur'an, it is stated that seeing has been bestowed upon living beings by God:
Say: He it is Who brought you into being and made for you the ears and the eyes and the hearts: little is it that you give thanks. (Qur'an, 67: 23) Marhaban Ya Ramadhan August 05, 2010 New Google SEO Bandung, Indonesia