Ketahanan pangan lanjutan…
Apakah bisa kita katakan pembangunan di pedesaan secara keseluruhan di pelosok nusantara selain karena bencana adalah kegagalan, dan bagaimana agar cepat bangkit dengan potensi alam kita. Tentunya bercermin dengan Negara-negara lain dikawasan Asia. Negara seperti Thailand,Taiwan, Malaysia, Cina, dan lainnya menjadikan sektor pertanian adalah sebagai ”Motor” pengembangan sektor lainnya. Kita bisa lihat strateginya secara fundamental yaitu dukungan pembangunan infrastruktur pedesaan, mendukung pengembangan dan persebaran tekhnologi yang bermanfaat bagi petani kecil, serta menghindari diskriminasi sektor pertanian, dukungan pada perusahaan keluarga kecil menengah, menghindari sistim kredit bersubsidi. Dengan kebijakan diatas tentunya ada lonjakan pertubuhan siknifikan disektor pertanian, dan pengurangan tingkat penghasilan dipedesaan yang akhir terpuruk jatuh miskin.Yang terparah adalah gejolak pasar yang tidak menentu akibat pengaturan produksi lewat harga pasar tersebut. Dan tentunya tidaklah dapat kita mengenyampingkan adanya pemahaman bahwa kepercayaan pada perbaikan pendapatan petani lewat mekanisme pasar menjadi kebijakan stabilisasi dasar dari subsatansinya dan jaminan tidak digusur atau tergusur. Adalah contoh nyata bahwa kenaikan beras di pedesaan mengakibatkan makin terancamnya warga dipedesaan warga terancam kelaparan. Saya membandingkan ketika tahun 2005 harga beras dipasaran masih terjangkau seharga Rp.2200-3500 namun sekarang belum genap 6 tahun harga beras telah naik drastis harga beras berkisar 8.500-10.000. Di kabupaten Dairi sendiri harga beras terus melonjak dari 1 Kalengnya (16 Kg) saja biasa Rp.90.000. sekarang telah naik menjadi 130.000-145.000. itu harga dipedesaan bagaimana di kota-kota besar. Masih kuat dalam ingatan saya ketika didaerah Magelang terus menuju kaki pegunungan Merbabu didesa tersebut justru mereka masih memakan nasi jagung. Karena mahalnya harga beras. Semua Negara-negara didunia ini bertekad mengurangi angka kelaparan global dan menurut FAO sesuai data tahun 2005 masih ada 825.juta jiwa kelaparan maka dari uraian saya diatas maka secara riil makin meningkat angka kelaparan tersebut (masya Allah…!) apa lagi bila kita lihat angkanya 60-70% penduduk negeri ini adalah tinggal dipedesaan. Maka tidak tertutup kemungkinan setengahnya rawan pangan yang tentunya dari keluarga petani gurem (kecil).
Lantas bagaimana kita selaku pelaku konsumen pemakan beras alias nasi, hampir semua mengatakan dengan setuju perut orang Indonesia belum makan jika belum makan nasi. Bagaimana dengan anda apa demikian? Oleh karena itu seluruh komponen bangsa hendaknya peduli terhadap rawan pangan, sepertinya tidak masuk akal Negara kita begitu suburnya ternyata kita tidak mampu mengatasinya. Nah suatu kendala dan kebiasaan kita yang hidup nafsi-nafsi inilah yang sering melebar pada prilaku buruk, tengoklah betapa sikap kita yang sesungguhnya menggrogoti sendi-sendi sosial ekonomi menjadikan kita semakin terpuruk dan bahkan tidak ada lagi kepedulian antar sesama. Kita bisa melihat kenyataan dua pertiga petani kecil tergolong marginal (pinggiran) betapa sedihnya petani kita lahan mereka yang tandus, terisolasi letaknya akses jalan rusak (Infrastruktur) tidak ada jaminan hak atas tanah dan tidak ada penyaluran bantuan kredit, bagi hasil, ketergantungan pada pedagang antara dan hampir 30 persen tidak punya lahan pertanian dan bekerja sebagai buruh tani, nelayan musiman dan masih banyak yang menggantungkan dari hasil hutan. Maka saatnya Petani bangkitlah…Ketahanan Pangan atau hak atas pangan harus kita mulai sekarang juga walaupun ada yang tergusur namun kita hendaknya optimis selalu Allah akan menolong suatu kaum apa bila kaum itu mau merubahnya. Dan tentunya rezeki bersinerji dengan amalan yang kita kerjakan. Walau Perubahan sruktural dengan berupa komersialisasi sumber daya produktif, seperti lahan, air dan bibit serta anjloknya harga produk pertanian dan liberalisasi asimetris perdagangan pertanian, yang telah memperburuk kondisi kita. Kita pantang menyerah kita membuka kran dan menggugah pemerintah tanpa perubahan drastis kebijakan agar berpihak pada petani kecil dan pembangunan pedesaan, sekali lagi saya katakan pada Pemerintah permintaan agar Pemerintah Pusat agar Gubernur-Gubernur Walikota-walikota, Bupati-bupati dan Wakilnya dan Masyarakat Indonesia untuk sama-sama bekerja dan bekerja keras dalam meningkatkan ketahanan pangan, akanlah sia-sia kerena menjadi sekedar himbauan tanpa adanya arah dan pemihakan yang jelas. Akhirnya kita membuka era baru dalam menyongsong optimisme “Bangkitlah Petani dan Nelayan Indonesia” Njuah-juah banta karina (sehat-sehat kita semua!) semoga Allah meridhoi niatan dan langkah kita dimasa depan serta kita sebagai hamba dalam rangka beribadah kepadanya bukan kita menuhankan pertanian, jabatan kita dengan cara cara kesyirikan bahkan kita jauh dariNya.( Bersambung dengan Judul. Ketahanan Pangan ketahanan Iman) Marhaban Ya Ramadhan January 15, 2011 New Google SEO Bandung, Indonesia
Apakah bisa kita katakan pembangunan di pedesaan secara keseluruhan di pelosok nusantara selain karena bencana adalah kegagalan, dan bagaimana agar cepat bangkit dengan potensi alam kita. Tentunya bercermin dengan Negara-negara lain dikawasan Asia. Negara seperti Thailand,Taiwan, Malaysia, Cina, dan lainnya menjadikan sektor pertanian adalah sebagai ”Motor” pengembangan sektor lainnya. Kita bisa lihat strateginya secara fundamental yaitu dukungan pembangunan infrastruktur pedesaan, mendukung pengembangan dan persebaran tekhnologi yang bermanfaat bagi petani kecil, serta menghindari diskriminasi sektor pertanian, dukungan pada perusahaan keluarga kecil menengah, menghindari sistim kredit bersubsidi. Dengan kebijakan diatas tentunya ada lonjakan pertubuhan siknifikan disektor pertanian, dan pengurangan tingkat penghasilan dipedesaan yang akhir terpuruk jatuh miskin.Yang terparah adalah gejolak pasar yang tidak menentu akibat pengaturan produksi lewat harga pasar tersebut. Dan tentunya tidaklah dapat kita mengenyampingkan adanya pemahaman bahwa kepercayaan pada perbaikan pendapatan petani lewat mekanisme pasar menjadi kebijakan stabilisasi dasar dari subsatansinya dan jaminan tidak digusur atau tergusur. Adalah contoh nyata bahwa kenaikan beras di pedesaan mengakibatkan makin terancamnya warga dipedesaan warga terancam kelaparan. Saya membandingkan ketika tahun 2005 harga beras dipasaran masih terjangkau seharga Rp.2200-3500 namun sekarang belum genap 6 tahun harga beras telah naik drastis harga beras berkisar 8.500-10.000. Di kabupaten Dairi sendiri harga beras terus melonjak dari 1 Kalengnya (16 Kg) saja biasa Rp.90.000. sekarang telah naik menjadi 130.000-145.000. itu harga dipedesaan bagaimana di kota-kota besar. Masih kuat dalam ingatan saya ketika didaerah Magelang terus menuju kaki pegunungan Merbabu didesa tersebut justru mereka masih memakan nasi jagung. Karena mahalnya harga beras. Semua Negara-negara didunia ini bertekad mengurangi angka kelaparan global dan menurut FAO sesuai data tahun 2005 masih ada 825.juta jiwa kelaparan maka dari uraian saya diatas maka secara riil makin meningkat angka kelaparan tersebut (masya Allah…!) apa lagi bila kita lihat angkanya 60-70% penduduk negeri ini adalah tinggal dipedesaan. Maka tidak tertutup kemungkinan setengahnya rawan pangan yang tentunya dari keluarga petani gurem (kecil).
Lantas bagaimana kita selaku pelaku konsumen pemakan beras alias nasi, hampir semua mengatakan dengan setuju perut orang Indonesia belum makan jika belum makan nasi. Bagaimana dengan anda apa demikian? Oleh karena itu seluruh komponen bangsa hendaknya peduli terhadap rawan pangan, sepertinya tidak masuk akal Negara kita begitu suburnya ternyata kita tidak mampu mengatasinya. Nah suatu kendala dan kebiasaan kita yang hidup nafsi-nafsi inilah yang sering melebar pada prilaku buruk, tengoklah betapa sikap kita yang sesungguhnya menggrogoti sendi-sendi sosial ekonomi menjadikan kita semakin terpuruk dan bahkan tidak ada lagi kepedulian antar sesama. Kita bisa melihat kenyataan dua pertiga petani kecil tergolong marginal (pinggiran) betapa sedihnya petani kita lahan mereka yang tandus, terisolasi letaknya akses jalan rusak (Infrastruktur) tidak ada jaminan hak atas tanah dan tidak ada penyaluran bantuan kredit, bagi hasil, ketergantungan pada pedagang antara dan hampir 30 persen tidak punya lahan pertanian dan bekerja sebagai buruh tani, nelayan musiman dan masih banyak yang menggantungkan dari hasil hutan. Maka saatnya Petani bangkitlah…Ketahanan Pangan atau hak atas pangan harus kita mulai sekarang juga walaupun ada yang tergusur namun kita hendaknya optimis selalu Allah akan menolong suatu kaum apa bila kaum itu mau merubahnya. Dan tentunya rezeki bersinerji dengan amalan yang kita kerjakan. Walau Perubahan sruktural dengan berupa komersialisasi sumber daya produktif, seperti lahan, air dan bibit serta anjloknya harga produk pertanian dan liberalisasi asimetris perdagangan pertanian, yang telah memperburuk kondisi kita. Kita pantang menyerah kita membuka kran dan menggugah pemerintah tanpa perubahan drastis kebijakan agar berpihak pada petani kecil dan pembangunan pedesaan, sekali lagi saya katakan pada Pemerintah permintaan agar Pemerintah Pusat agar Gubernur-Gubernur Walikota-walikota, Bupati-bupati dan Wakilnya dan Masyarakat Indonesia untuk sama-sama bekerja dan bekerja keras dalam meningkatkan ketahanan pangan, akanlah sia-sia kerena menjadi sekedar himbauan tanpa adanya arah dan pemihakan yang jelas. Akhirnya kita membuka era baru dalam menyongsong optimisme “Bangkitlah Petani dan Nelayan Indonesia” Njuah-juah banta karina (sehat-sehat kita semua!) semoga Allah meridhoi niatan dan langkah kita dimasa depan serta kita sebagai hamba dalam rangka beribadah kepadanya bukan kita menuhankan pertanian, jabatan kita dengan cara cara kesyirikan bahkan kita jauh dariNya.( Bersambung dengan Judul. Ketahanan Pangan ketahanan Iman) Marhaban Ya Ramadhan January 15, 2011 New Google SEO Bandung, Indonesia
Ketahanan Pangan Indonesia yang dipertanyakan?
Mencermati tulisan Ivan Hadar disatu surat kabar ternama 2 tahun yang lalu perlu kita kaji ulang. Sebuah judul yang menggelitik yaitu anjloknya Ketahanan pangan. Dimulai dengan analisis yang sangat tajam bahwa Indonesia masuk perangkap pangan Negara maju dan Kapitalisme global, benarkah demikian? Bila kita lihat arus deras Negara maju tentunya mereka mempunyai kepentingan dan agenda yang sistimatis dengan mengusung ekonomi pasar bebas yang sebebas-bebasnya, ya itulah kapitalisme yang menguji ketahanan pangan kita, tujuh komenditas utama nonberas yang dikonsumsi masyarakat bergantung pada impor. (Semoga Allah memudahkan atas niatan penulis untuk menanam padi dan non beras lainnya walau dalam sekala kecil ditahun ini dan tidak ada suatu kendala, amin) lonjakan harga senantiasa kita dengar tak kunjung menyurut dan menurun. Harga terus melambung terjadi lonjakan harga pangan dan komenditas pertanian lainnya. Akibatnya, terjadilah penurunan ketahanan pangan dengan indikasi mengenaskan, mengaru birukan sehingga kita tidak lagi melihat suatu kesalehan global nurani kemanusiaan kita terusik dengan kenyataan empiris yaitu gizi buruk, kematian anak balita ibu yang melahirkan, dan semua aspek di kalangan masyarakat bawah penuh dengan persoalan sanitasi dan kesehatan yang memprihatinkan.
Uraian Ivan sedikit menyentil Spirit Penguatan ketahanan pangan Bisa ditemui dalam judul utama disertasi doctoral SBY, “Pembanguan Pertanian dan Pedesaan sebagai upaya Mengatasi kemiskinan dan Pengangguran” melihat judulnya saya teringat juga judul skripsi saya walau dua tingkat dibawahnya dan sekarang tersimpan juga di perpustakaan ST Ignatius Yogyakarta. Judul yang saya sesali sampai saat ini kenapa Pembinaan warga gereja hkbp jogjakarta kenapa tidak tentang keumatan dalam konteks keislaman. Sesungguhnya saya juga terjebak dari sisi jurusan perbandingan agama yang saya ambil saat itu ya itulah pilihan saya yang setelah itu saya anggap ya sudah lah. Apakah demikian ketika misalnya SBY menulis disertasi doktoralnya seperti yang saya rasakan, tentunya jawabanya adalah tak mungkin lah saya kan Jendral anda kan Raja ya, saya saja protes pada Sri Sultan Hamangkubono serta menggugat ke Keistimewaannya. Kira-kira demikianlah tanggapan dalam benak saya walau itu sesungguhnya tidak terjadi. Yang pasti Ivan Hadar menyayangkan, sayang katanya, Kebijakan Pemerintah SBY selama ini dinilai rapor merah alias mengorbankan pertanian dipedesaan sebagai sector penyerap tenaga kerja terbanyak ( das sain dan dasolen tak sesuai ya pak beye!) Lebih lanjut paparan Ivan juga permasalahan yang sangat klasik tentang rahasia umum penyunatan disana sini, (Khitanan massal yang tersistimatis di brokrasi kita pen.) dan impor produk pertanian yang menyengsarakan petani dan memperburuk pembangunan pertanian itu sendiri katanya. Kajian lebih lanjut saat ini pertumbuhan ekonomi lebih bertumpu pada sector konsumtif dan padat modal. Memang bukan menjadi keheranan dan kita terheran-heran juga ya tiap pertambahan pertumbuhan satu persen, bisa membuka 300.000 sampai 400.000 lapangan kerja, kini hanya mampu menampung 178.000 lapangan kerja.( nah lho sarjana bagaimana ? kewirausahaan lah!)
Mereka ( menurut saya ya kita) yang jatuh miskin pun semakin bertambah ( semoga tidak miskin hati, kayak mereka Konglomemeras rakyat itu ! saya tidak dendam lho apa lagi membenci Cuma kita terjebak dalam satu pusaran sistim kapitalisme yang akut) ya kita ini menjadi petani gurem, buruh tani (papun, pun mamberu mbu, silih…ku .kalak napogos nina kita ) sebagaimana dikatakan (idokken) world food Programme (WFP, 2005), mereka yang miskin dan kekurangan gizi di Indonesia dipastikan sulit keluar dari belenggu kemiskinan tanpa perubahan kebijakan yang signifikan. ( disinilah saya yakin seyakin yakinnya bukan karena kita malas namun akibat dari tidak berjalannya kebijakan pemerintah pusat dan daerah yang tak terkontrol bahkan sering salah sasaran dan diskriminatif). Persyaratan pengamanan pangan masyarakat bukan hanya pada pengadaan bahan pangan, namun akseblitas pada pangan bagi mereka yang lapar. Sesungguhnya ketimpangan dan distribusi dan bahayanya dalam sebuah pertumbuhan ekonomi yang sering jauh dari harapan. Di Negara-negara berkembang sudah jauh-jauh hari disadari. Si simon dan Myrdal telah mengingatkan, kesenjangan penghasilan dan menunjukkan Trickle- down effect sulit dicapai. Di Negara berkembang termasuk di Indonesia sejak tahun 80 an dilakukan sebuah sistim Kontrol oleh Negara atas sektor pertanian dengan tujuan mengamankan keterjangkauan harga produk pertanian bagi penduduk kota yang kian meningkat, katanya. Dipertegas lagi 10 tahun kemudian lewat kebijakan Struktural Adjustment Program oleh IMF sebagai persaratan mutlak pemberian bantuan dan utang kepada Negara berkembang. Brandt menyebut program ini sebagai masalah makro politik, yaitu keharusan mundurnya Negara-negara dari sektor dan jasa pertanian serta liberalisasi kebijakan harga, pasar, dan perdagangan pertanian. selanjutnya...
( Bersambung) Marhaban Ya Ramadhan January 15, 2011 New Google SEO Bandung, Indonesia
Mencermati tulisan Ivan Hadar disatu surat kabar ternama 2 tahun yang lalu perlu kita kaji ulang. Sebuah judul yang menggelitik yaitu anjloknya Ketahanan pangan. Dimulai dengan analisis yang sangat tajam bahwa Indonesia masuk perangkap pangan Negara maju dan Kapitalisme global, benarkah demikian? Bila kita lihat arus deras Negara maju tentunya mereka mempunyai kepentingan dan agenda yang sistimatis dengan mengusung ekonomi pasar bebas yang sebebas-bebasnya, ya itulah kapitalisme yang menguji ketahanan pangan kita, tujuh komenditas utama nonberas yang dikonsumsi masyarakat bergantung pada impor. (Semoga Allah memudahkan atas niatan penulis untuk menanam padi dan non beras lainnya walau dalam sekala kecil ditahun ini dan tidak ada suatu kendala, amin) lonjakan harga senantiasa kita dengar tak kunjung menyurut dan menurun. Harga terus melambung terjadi lonjakan harga pangan dan komenditas pertanian lainnya. Akibatnya, terjadilah penurunan ketahanan pangan dengan indikasi mengenaskan, mengaru birukan sehingga kita tidak lagi melihat suatu kesalehan global nurani kemanusiaan kita terusik dengan kenyataan empiris yaitu gizi buruk, kematian anak balita ibu yang melahirkan, dan semua aspek di kalangan masyarakat bawah penuh dengan persoalan sanitasi dan kesehatan yang memprihatinkan.
Uraian Ivan sedikit menyentil Spirit Penguatan ketahanan pangan Bisa ditemui dalam judul utama disertasi doctoral SBY, “Pembanguan Pertanian dan Pedesaan sebagai upaya Mengatasi kemiskinan dan Pengangguran” melihat judulnya saya teringat juga judul skripsi saya walau dua tingkat dibawahnya dan sekarang tersimpan juga di perpustakaan ST Ignatius Yogyakarta. Judul yang saya sesali sampai saat ini kenapa Pembinaan warga gereja hkbp jogjakarta kenapa tidak tentang keumatan dalam konteks keislaman. Sesungguhnya saya juga terjebak dari sisi jurusan perbandingan agama yang saya ambil saat itu ya itulah pilihan saya yang setelah itu saya anggap ya sudah lah. Apakah demikian ketika misalnya SBY menulis disertasi doktoralnya seperti yang saya rasakan, tentunya jawabanya adalah tak mungkin lah saya kan Jendral anda kan Raja ya, saya saja protes pada Sri Sultan Hamangkubono serta menggugat ke Keistimewaannya. Kira-kira demikianlah tanggapan dalam benak saya walau itu sesungguhnya tidak terjadi. Yang pasti Ivan Hadar menyayangkan, sayang katanya, Kebijakan Pemerintah SBY selama ini dinilai rapor merah alias mengorbankan pertanian dipedesaan sebagai sector penyerap tenaga kerja terbanyak ( das sain dan dasolen tak sesuai ya pak beye!) Lebih lanjut paparan Ivan juga permasalahan yang sangat klasik tentang rahasia umum penyunatan disana sini, (Khitanan massal yang tersistimatis di brokrasi kita pen.) dan impor produk pertanian yang menyengsarakan petani dan memperburuk pembangunan pertanian itu sendiri katanya. Kajian lebih lanjut saat ini pertumbuhan ekonomi lebih bertumpu pada sector konsumtif dan padat modal. Memang bukan menjadi keheranan dan kita terheran-heran juga ya tiap pertambahan pertumbuhan satu persen, bisa membuka 300.000 sampai 400.000 lapangan kerja, kini hanya mampu menampung 178.000 lapangan kerja.( nah lho sarjana bagaimana ? kewirausahaan lah!)
Mereka ( menurut saya ya kita) yang jatuh miskin pun semakin bertambah ( semoga tidak miskin hati, kayak mereka Konglomemeras rakyat itu ! saya tidak dendam lho apa lagi membenci Cuma kita terjebak dalam satu pusaran sistim kapitalisme yang akut) ya kita ini menjadi petani gurem, buruh tani (papun, pun mamberu mbu, silih…ku .kalak napogos nina kita ) sebagaimana dikatakan (idokken) world food Programme (WFP, 2005), mereka yang miskin dan kekurangan gizi di Indonesia dipastikan sulit keluar dari belenggu kemiskinan tanpa perubahan kebijakan yang signifikan. ( disinilah saya yakin seyakin yakinnya bukan karena kita malas namun akibat dari tidak berjalannya kebijakan pemerintah pusat dan daerah yang tak terkontrol bahkan sering salah sasaran dan diskriminatif). Persyaratan pengamanan pangan masyarakat bukan hanya pada pengadaan bahan pangan, namun akseblitas pada pangan bagi mereka yang lapar. Sesungguhnya ketimpangan dan distribusi dan bahayanya dalam sebuah pertumbuhan ekonomi yang sering jauh dari harapan. Di Negara-negara berkembang sudah jauh-jauh hari disadari. Si simon dan Myrdal telah mengingatkan, kesenjangan penghasilan dan menunjukkan Trickle- down effect sulit dicapai. Di Negara berkembang termasuk di Indonesia sejak tahun 80 an dilakukan sebuah sistim Kontrol oleh Negara atas sektor pertanian dengan tujuan mengamankan keterjangkauan harga produk pertanian bagi penduduk kota yang kian meningkat, katanya. Dipertegas lagi 10 tahun kemudian lewat kebijakan Struktural Adjustment Program oleh IMF sebagai persaratan mutlak pemberian bantuan dan utang kepada Negara berkembang. Brandt menyebut program ini sebagai masalah makro politik, yaitu keharusan mundurnya Negara-negara dari sektor dan jasa pertanian serta liberalisasi kebijakan harga, pasar, dan perdagangan pertanian. selanjutnya...
( Bersambung) Marhaban Ya Ramadhan January 15, 2011 New Google SEO Bandung, Indonesia
NAFI IS BAT
Obama (Mahluq) can not give benefits and un benefits only Allah can give benefit and unbenefits.
ObamaMahluq) give benefits and unbenefits need he help of Allah.
Allah give benefit with out the help of obama(Mahluq)
If Allah wants, Allah can give benefits and un benefits without Obama (Mahluq)
Money can not give us happiness
Allahgice us happinesx
Money give us happiness it need help of allah Allah give us happiness doesn’t need the help of money
If Allah wants money can give us happiness
If Allah wants Allah can give happiness without money Marhaban Ya Ramadhan January 15, 2011 New Google SEO Bandung, Indonesia
Obama (Mahluq) can not give benefits and un benefits only Allah can give benefit and unbenefits.
ObamaMahluq) give benefits and unbenefits need he help of Allah.
Allah give benefit with out the help of obama(Mahluq)
If Allah wants, Allah can give benefits and un benefits without Obama (Mahluq)
Money can not give us happiness
Allahgice us happinesx
Money give us happiness it need help of allah Allah give us happiness doesn’t need the help of money
If Allah wants money can give us happiness
If Allah wants Allah can give happiness without money Marhaban Ya Ramadhan January 15, 2011 New Google SEO Bandung, Indonesia
JENIS/SIFAT MATERI PEMBELAJARAN
Jenis materi pembelajaran secara umum dapat dibagi empat, yaitu fakta, konsep, prinsip, dan prosedur. Pertama, fakta adalah tingkat yang paling rendah dari suatu abstraksi. Suatu fakta adalah dalam keadaan aktual (yang sesungguhnya) dan dapat diterima sebagaimana adanya. Fakta tidak memiliki konotasi nilai. Kata kuncinya: Nama, jenis, jumlah, waktu, tempat. Ada beberapa contoh fakta:
1. Indonesia memiliki penduduk lebih dari 175 juta
2. Presiden di Indonesia merupakan kepala pemerintahan eksekutif
3. Negara Indonesia adalah negara kepulauan
4. Rupiah adalah uang yang berlaku di Indonesia
5. Kayu banyak dihasilkan di Kalimantan
6. Kemerdekaan Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945
7. Jenis-jenis binatang memamah biak, nama-nama bulan dalam setahun dll.
Untuk memperdalam pengetahuan kita tentang fakta, kita harus dapat membedakan antara fakta dan bukan fakta. Contoh di bawah ini adalah campuran fakta dan bukan fakta:
1. Jakarta adalah propinsi terluas di Indonesia
2. Kalimantan adalah pulau penghasil minyak terpenting di Indonesia
3. Surabaya adalah kota terbesar nomor satu di Jawa Timur
4. Sangkuriang adalah seorang pahlawan kemerdekaan dari Jawa Barat
5. Medan adalah adalah ibu kota Sumatera Utara
Jawaban dari contoh di atas adalah
1. Bukan fakta
2. Bukan fakta
3. Fakta
4. Bukan fakta
5. Fakta
Kedua, konsep adalah sekolompok fakta atau data yang banyak, memiliki ciri-ciri yang sama dan dapat dimasukkan ke dalam satu nama label. Sumber alam adalah merupakan suatu konsep; pasar adalah merupakan suatu konsep; pahlawan juga konsep. Konsep akan sama halnya dengan berkas dalam satu map yang berada dalam lemari kabinet. Apabila kita ingin menempatkan suatu surat ke dalam satu berkas map, kita akan membuka lemari kabinet, memilih map berkas yang memiliki nama label yang sama, menaruhkan surat itu ke dalamnya atau merubah berkas yang sudah ada di dalam map itu atau mungkin bahkan merusak berkas itu. Kita dapat melakukan dari tiga kemungkinan itu. Bila kita berpikir berkas yang ada dalam suatu map, maka nama label yang ada dalam map itu merupakan suatu konsep/konsep label. Sedangkan berkas surat yang berada didalamnya adalah semua surat yang memiliki ciri-ciri yang sama di bawah satu nama label. Bila kita menggunakan konsep tentang pasar, apa yang terpikir di dalamnya ialah pedagang sayurdan buah, pembeli sayur dan buah, harga sayur dan buah dll. Kata kuncinya adalah definisi, klasifikasi, identifikasi, ciri-ciri. Contoh: Bujur sangkar ialah empat persegi panjang yang keempat sisinya sama panjang
Contoh:
Fakta Konsep Konsep
Sungai Ciliwung Sungai Bentuk Geografi
Gunung Merapi Gunung
Danau Toba Danau
Laut Jawa Laut
Ketiga, prinsip adalah menarik dua atau lebih konsep sedemikian rupa sehingga konsep-konsep itu saling berhubungan antara satu dengan yang lain. Contoh: makin primitif suatu masyarakat, lingkungan hidupnya akan makin mempengaruhi cara hudup masyarakat itu. Dari prinsip (generalisasi ini) paling sedikit kita menemukan tiga konsep:
1. Masyarakat primitif
2. Lingkungan hidup
3. Cara hidup
Ketiga konsep ini saling berhubungan dan memberikan keseimbangan antara satu dengan yang lain, hubungan mereka erat sekali; berubah yang satu akan merubah yang lain. Kata kuncinya adalah hubungan, sebab akibat, jika...maka..
Keempat, prosedur adalah langkah-langkah mengerjakan sesuatu sesuai dengan prosedur atau aturan tertentu ( materi yang berkaitan dengan bagaimana melakukan sesuatu). Materi jenis ini biasanya mengambil bentuk serangkaian langkah-langkah yan harus diikuti. Kata kunci, keterampilan, metode, teknik, kriteria untuk menentukan prosedur yang sesuai. Contoh. Cara mengukur suhu badan dengan menggunakan termometer. Marhaban Ya Ramadhan January 14, 2011 New Google SEO Bandung, Indonesia
Jenis materi pembelajaran secara umum dapat dibagi empat, yaitu fakta, konsep, prinsip, dan prosedur. Pertama, fakta adalah tingkat yang paling rendah dari suatu abstraksi. Suatu fakta adalah dalam keadaan aktual (yang sesungguhnya) dan dapat diterima sebagaimana adanya. Fakta tidak memiliki konotasi nilai. Kata kuncinya: Nama, jenis, jumlah, waktu, tempat. Ada beberapa contoh fakta:
1. Indonesia memiliki penduduk lebih dari 175 juta
2. Presiden di Indonesia merupakan kepala pemerintahan eksekutif
3. Negara Indonesia adalah negara kepulauan
4. Rupiah adalah uang yang berlaku di Indonesia
5. Kayu banyak dihasilkan di Kalimantan
6. Kemerdekaan Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945
7. Jenis-jenis binatang memamah biak, nama-nama bulan dalam setahun dll.
Untuk memperdalam pengetahuan kita tentang fakta, kita harus dapat membedakan antara fakta dan bukan fakta. Contoh di bawah ini adalah campuran fakta dan bukan fakta:
1. Jakarta adalah propinsi terluas di Indonesia
2. Kalimantan adalah pulau penghasil minyak terpenting di Indonesia
3. Surabaya adalah kota terbesar nomor satu di Jawa Timur
4. Sangkuriang adalah seorang pahlawan kemerdekaan dari Jawa Barat
5. Medan adalah adalah ibu kota Sumatera Utara
Jawaban dari contoh di atas adalah
1. Bukan fakta
2. Bukan fakta
3. Fakta
4. Bukan fakta
5. Fakta
Kedua, konsep adalah sekolompok fakta atau data yang banyak, memiliki ciri-ciri yang sama dan dapat dimasukkan ke dalam satu nama label. Sumber alam adalah merupakan suatu konsep; pasar adalah merupakan suatu konsep; pahlawan juga konsep. Konsep akan sama halnya dengan berkas dalam satu map yang berada dalam lemari kabinet. Apabila kita ingin menempatkan suatu surat ke dalam satu berkas map, kita akan membuka lemari kabinet, memilih map berkas yang memiliki nama label yang sama, menaruhkan surat itu ke dalamnya atau merubah berkas yang sudah ada di dalam map itu atau mungkin bahkan merusak berkas itu. Kita dapat melakukan dari tiga kemungkinan itu. Bila kita berpikir berkas yang ada dalam suatu map, maka nama label yang ada dalam map itu merupakan suatu konsep/konsep label. Sedangkan berkas surat yang berada didalamnya adalah semua surat yang memiliki ciri-ciri yang sama di bawah satu nama label. Bila kita menggunakan konsep tentang pasar, apa yang terpikir di dalamnya ialah pedagang sayurdan buah, pembeli sayur dan buah, harga sayur dan buah dll. Kata kuncinya adalah definisi, klasifikasi, identifikasi, ciri-ciri. Contoh: Bujur sangkar ialah empat persegi panjang yang keempat sisinya sama panjang
Contoh:
Fakta Konsep Konsep
Sungai Ciliwung Sungai Bentuk Geografi
Gunung Merapi Gunung
Danau Toba Danau
Laut Jawa Laut
Ketiga, prinsip adalah menarik dua atau lebih konsep sedemikian rupa sehingga konsep-konsep itu saling berhubungan antara satu dengan yang lain. Contoh: makin primitif suatu masyarakat, lingkungan hidupnya akan makin mempengaruhi cara hudup masyarakat itu. Dari prinsip (generalisasi ini) paling sedikit kita menemukan tiga konsep:
1. Masyarakat primitif
2. Lingkungan hidup
3. Cara hidup
Ketiga konsep ini saling berhubungan dan memberikan keseimbangan antara satu dengan yang lain, hubungan mereka erat sekali; berubah yang satu akan merubah yang lain. Kata kuncinya adalah hubungan, sebab akibat, jika...maka..
Keempat, prosedur adalah langkah-langkah mengerjakan sesuatu sesuai dengan prosedur atau aturan tertentu ( materi yang berkaitan dengan bagaimana melakukan sesuatu). Materi jenis ini biasanya mengambil bentuk serangkaian langkah-langkah yan harus diikuti. Kata kunci, keterampilan, metode, teknik, kriteria untuk menentukan prosedur yang sesuai. Contoh. Cara mengukur suhu badan dengan menggunakan termometer. Marhaban Ya Ramadhan January 14, 2011 New Google SEO Bandung, Indonesia
MERAIH PELUANG ? (BUNG…KUS)
Indonesia adalah Negara kepulauan terdiri atas 17.504 pulau dengan keragaman dan kekayaan budaya bangsa. Terdapat 1.068 suku bangsa, dan berkomenikasi dengan 665 bahasa daerah diseluruh Nusantara. Kemudian jika kita lihat karunia yang melimpah dari sumber daya alam, Flora Fauna mencakup seluruhnya berjumlah 3.025 dan tumbuhan berjumlah 47.000 . 12% dari seluruh species didunia. Jika kita hitung semuanya betapa semestinya rakyat Indonesia mensyukuri (alhamdulillah)apa yang dihamparkan dibumi kita yang sangat-sangat kaya . namun bagaimana kenyataanya tidaklah demikian dengan kenyataanya seolah tidak berdampak pada hajat hidup orang banyak. Bukan maksud menyalahkan para Pemimpin Bangsa kita yang gagah perkasa dengan kekuasaannya, atau dengan apologetiknya yang tersistimatis.
Hanya saja sebagai anak bangsa idealnya kita tidak terjajah lagi dari segi pemikiran pembodohan yang tersistimatis, rekayasa yang didalangi oleh mereka yang haus akan kekuasaan, kepentingan pribadi dari pada kepentingan hajat hidup masyarakatnya. Pragmatisme kebijakan yang mejerat rakyat bahkan memeras darah dan menghisapnya adalah suatu masalah yang sangat mendasar betapa akhirnya kita melihat vampire yang dulu hanya cerita menjadi kenyataan didepan mata. Hal ini setidaknya menjadi bebalnya hati generasi sekarang terhadap respon positip nilai keagamaan yang ditransformasikan tercueki bahkan akhirnya bersikap negative thinking
Apa memang sejauh itu sudah menggejala di Indonesia dengan carut marutnya segala sistim dimasyarakat kita? Tentunya kita punya harapan dan peluang untuk meraih kemenangan dengan mengoptimalkan Spritualitas bangsa yang selama ini masih setengah hati, bahkan hampir terdegradasi.
Kenyataannya ketika kebekuan dan ketidak seimbangan dalam segala aspek kehidupan maka perlunya jiwa dibangkitkan dengan menghancurkan kesombongan diri yang selama ini merasuk di diri kita masing-masing. Apalagi kita sangat haus dan merindukan sosok Pemimpin sejati yang begitu di cintai oleh rakyatnya karena kesolehan, kedalaman ilmu islammya, pemahaman siasyah islam utuk melidungi kepentingan islam dalam rangka equilibrium dunia. Dan Menghantarkan rakyatnya menuju gerbang yang trasparan bahwa tidak layak hidup bermegah-megah dan cinta dunia tapi cinta akhirat dengan mentradisikan kader-kader anak bangsa yang tangguh dimasa –masa depan dan mewariskan kekuatan keislaman yang kenal dan paham kebahagian dan kejayaan hanya ada dalam agama islam yang sempurna. Sehingga tidak memfokuskan berantas kemiskinan tapi yang hakiki adalah bagaimana memberantas kemiskinan hati, yang selama ini kita tercabik-cabik oleh ketidak pastian bahwa semua dalam rangka kepedulian kita antara sesama dengan saling mengingatkan bahwa dunia kita bangun bukan untuk pribadi, keluarga kita saja tapi untuk umat manusia secara keseluruhan,
Meraih peluang dengan jalan kreatif bukan hanya mengakali atau menyiasati industri, ekonomi yang sebadan dengan itu, namun kreatif yang menurut pemahaman Dunia Tercerahkan era masa depan adalah memberi dan senatiasa memberi secara istiqomah penalaran perekonomian yang saling sharing dan terwujud dalam syariah islam yang tersebar dari seluruh aktifitas sehari-hari. Nah meraih peluang kreatif dimasa depan tidak melulu hak-hak milik intlektual bukan lah softwearnya tapi didalam hati bukan didalam otak/ brainnya saja mana mungkin kita menyerahkan segala sistim dengan mesin- mesinnya saja. Jadi dengan demikian kita bisa katakan dan terbantahkan pola pemikiran yang ada ketika mengatakan asset berupa ide-Ide adalah ide itu sendiri dan berdiri sendiri.
Maka Sesungguhnya kita hidup hanya meraih peluang apakah hidup kita mau mewariskannya dalam bentuk amalan yang sepanjang hayat dikenang dan diteruskan atau kita hanya menekankan untuk kalangan sendiri, hak milik intlektual yang lainnya cari sediri atau bayar upeti. Oleh karena itu meraih peluang sesungguhnya diera masa depan lebih condong pada sistim syar’i islam yang mementingkan bagi hasil dan hasil akhir ketika meninggalkan duniapun kita rela serela-relanya. Marhaban Ya Ramadhan January 14, 2011 New Google SEO Bandung, Indonesia
Indonesia adalah Negara kepulauan terdiri atas 17.504 pulau dengan keragaman dan kekayaan budaya bangsa. Terdapat 1.068 suku bangsa, dan berkomenikasi dengan 665 bahasa daerah diseluruh Nusantara. Kemudian jika kita lihat karunia yang melimpah dari sumber daya alam, Flora Fauna mencakup seluruhnya berjumlah 3.025 dan tumbuhan berjumlah 47.000 . 12% dari seluruh species didunia. Jika kita hitung semuanya betapa semestinya rakyat Indonesia mensyukuri (alhamdulillah)apa yang dihamparkan dibumi kita yang sangat-sangat kaya . namun bagaimana kenyataanya tidaklah demikian dengan kenyataanya seolah tidak berdampak pada hajat hidup orang banyak. Bukan maksud menyalahkan para Pemimpin Bangsa kita yang gagah perkasa dengan kekuasaannya, atau dengan apologetiknya yang tersistimatis.
Hanya saja sebagai anak bangsa idealnya kita tidak terjajah lagi dari segi pemikiran pembodohan yang tersistimatis, rekayasa yang didalangi oleh mereka yang haus akan kekuasaan, kepentingan pribadi dari pada kepentingan hajat hidup masyarakatnya. Pragmatisme kebijakan yang mejerat rakyat bahkan memeras darah dan menghisapnya adalah suatu masalah yang sangat mendasar betapa akhirnya kita melihat vampire yang dulu hanya cerita menjadi kenyataan didepan mata. Hal ini setidaknya menjadi bebalnya hati generasi sekarang terhadap respon positip nilai keagamaan yang ditransformasikan tercueki bahkan akhirnya bersikap negative thinking
Apa memang sejauh itu sudah menggejala di Indonesia dengan carut marutnya segala sistim dimasyarakat kita? Tentunya kita punya harapan dan peluang untuk meraih kemenangan dengan mengoptimalkan Spritualitas bangsa yang selama ini masih setengah hati, bahkan hampir terdegradasi.
Kenyataannya ketika kebekuan dan ketidak seimbangan dalam segala aspek kehidupan maka perlunya jiwa dibangkitkan dengan menghancurkan kesombongan diri yang selama ini merasuk di diri kita masing-masing. Apalagi kita sangat haus dan merindukan sosok Pemimpin sejati yang begitu di cintai oleh rakyatnya karena kesolehan, kedalaman ilmu islammya, pemahaman siasyah islam utuk melidungi kepentingan islam dalam rangka equilibrium dunia. Dan Menghantarkan rakyatnya menuju gerbang yang trasparan bahwa tidak layak hidup bermegah-megah dan cinta dunia tapi cinta akhirat dengan mentradisikan kader-kader anak bangsa yang tangguh dimasa –masa depan dan mewariskan kekuatan keislaman yang kenal dan paham kebahagian dan kejayaan hanya ada dalam agama islam yang sempurna. Sehingga tidak memfokuskan berantas kemiskinan tapi yang hakiki adalah bagaimana memberantas kemiskinan hati, yang selama ini kita tercabik-cabik oleh ketidak pastian bahwa semua dalam rangka kepedulian kita antara sesama dengan saling mengingatkan bahwa dunia kita bangun bukan untuk pribadi, keluarga kita saja tapi untuk umat manusia secara keseluruhan,
Meraih peluang dengan jalan kreatif bukan hanya mengakali atau menyiasati industri, ekonomi yang sebadan dengan itu, namun kreatif yang menurut pemahaman Dunia Tercerahkan era masa depan adalah memberi dan senatiasa memberi secara istiqomah penalaran perekonomian yang saling sharing dan terwujud dalam syariah islam yang tersebar dari seluruh aktifitas sehari-hari. Nah meraih peluang kreatif dimasa depan tidak melulu hak-hak milik intlektual bukan lah softwearnya tapi didalam hati bukan didalam otak/ brainnya saja mana mungkin kita menyerahkan segala sistim dengan mesin- mesinnya saja. Jadi dengan demikian kita bisa katakan dan terbantahkan pola pemikiran yang ada ketika mengatakan asset berupa ide-Ide adalah ide itu sendiri dan berdiri sendiri.
Maka Sesungguhnya kita hidup hanya meraih peluang apakah hidup kita mau mewariskannya dalam bentuk amalan yang sepanjang hayat dikenang dan diteruskan atau kita hanya menekankan untuk kalangan sendiri, hak milik intlektual yang lainnya cari sediri atau bayar upeti. Oleh karena itu meraih peluang sesungguhnya diera masa depan lebih condong pada sistim syar’i islam yang mementingkan bagi hasil dan hasil akhir ketika meninggalkan duniapun kita rela serela-relanya. Marhaban Ya Ramadhan January 14, 2011 New Google SEO Bandung, Indonesia