PRIORITAS yang sangat dianjurkan ialah tetap bekerja pada saat
terjadinya fitnah, cobaan, dan ujian yang sedang menimpa umat.
Amal shaleh merupakan dalil kekuatan beragama seseorang, dan
keteguhannya dalam berkeyakinan dan memegang kebenaran.
Keperluan untuk melakukan amal shaleh pada masa seperti ini
lebih ditekankan daripada masa-masa yang lain. Dalam sebuah
hadits shahih disebutkan,
"Orang mu'min yang kuat adalah lebih baik dan lebih
dicintai oleh Allah daripada orang mu'min yang
lemah."26
Hadits ini lebih ditegaskan lagi oleh sabda Nabi saw,
"Jihad yang paling utama ialah mengatakan kebenaran di
depan penguasa yang zalim." 27
Rasulullah saw juga bersabda,
"Penghulu para syahid ialah Hamzah bin Abd
al-Muttallib, dan orang yang menghadap kepada penguasa,
kemudian dia menyuruh dan melarangnya, lalu penguasa
itu membunuhnya." 28
"Seutama-utama orang yang mati syahid adalah
orang-orang yang berperang di barisan yang paling
pertama dengan tidak memalingkan wajah mereka sama
sekali hingga terbunuh. Mereka itu akan
berguling-guling di kamar-kamar utama di surga. Rabb-mu
tersenyum kepada mereka. Jika Rabb-mu tersenyum kepada
seorang hamba disuatu tempat, maka tiada hisab
(perhitungan) lagi atasnya." (Ahmad, Abu Ya'la dan
Thabrani dari Abu Nu'aim bin Hammad, Shahih al-Jami'
as-Shagir, 1107)
Oleh karena itulah, kelebihan dan keutamaan diberikan kepada
orang yang teguh dalam memegang agamanya pada masa-masa
terjadinya fitnah dan cobaan, sehingga ada beberapa hadits
yang mengatakan bahwa orang yang berpegang teguh kepada ajaran
agamanya pada hari-hari yang memerlukan kesabaran, maka dia
akan mendapatkan lima puluh pahala sahabatnya.
Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ibn Majah meriwayatkan dalam Kitab
Sunan mereka.
Dari Abu Umayyah as-Sya'bani berkata, "Aku bertanya
kepada Abu Tsa'labah al-Khasyani berkata, 'Hai Abu
Tsa'labah, bagaimanakah engkau memahami ayat ini,' ...
jagalah dirimu; tiadalah orang yang sesat itu akan
memberi mudharat kepadamu apabila kamu telah mendapat
petunjuk. Hanya kepada Allah kamu kembali semuanya...
(al-Ma'idah, 105)?, Abu Tsa'labah menjawab, 'Demi Allah
engkau telah menanyakan hal ini kepada orang yang
pernah diberitahu mengenai perkara ini. Aku pernah
bertanya kepada Rasulullah saw, kemudian beliau
Rasulullah menjawab, 'Lakukan amar ma'ruf, dan cegahlah
kemungkaran, sehingga apabila engkau melihat kekikiran
yang dipatuhi, hawa nafsu yang dituruti. dan dunia yang
diutamakan, dan setiap orang membanggakan pemikirannya,
29 maka hendaklah engkau menjaga dirimu sendiri, dan
tinggalkan orang awam, karena sesungguhnya di
belakangmu masih ada hari-hari yang panjang. Kesabaran
untuk menghadapi hal itu seperti orang-orang yang
menggenggam bara api. Bagi orang yang melakukan amal
kebaikan pada masa seperti ini akan mendapatkan pahala
lima puluh orang yang mengerjakan perbuatan seperti
itu.'" (Diriwayatkan oleh Abu Dawud, dan Tirmidzi) dia
berkata, "Hadits ini hasan gharib." Abu Dawud dan
Tirmidzi menambahkan, "Dikatakan kepada Rasulullah,
'Wahai Rasulullah, pahala lima puluh orang daripada
kami atau mereka?' Rasulullah menjawab, 'Pahala lima
puluh orang dari kalian.'""30
Apa yang dimaksudkan oleh hadits ini bukanlah orang-orang yang
terdahulu masuk Islam, yang terdiri atas para Muhajirin dan
Anshar, para pengikut Perang Badar, orang-orang yang ikut
serta dalam Bai'at Ridhwan, dan yang semisal dengan mereka,
karena tak seorangpun sesudah mereka yang bisa mencapai
derajat seperti mereka. Akan tetapi, sasaran hadits itu:
hendak memacu semangat orang-orang yang bekerja untuk Islam
pada hari di mana terjadi banyak sekali ujian (fitnah)
terhadapnya. Allah berjanji melalui lidah Rasulullah saw, Dia
akan memberikan pahala yang berlipat ganda, atau lima puluh
kali lipat pahala pada zaman kemenangan dan kejayaan.
Apa yang pernah diberitahukan oleh Rasulullah saw telah
menjadi kenyataan. Orang-orang yang bekerja untuk agamanya,
yang terus bersabar dalam pekerjaannya bagaikan orang yang
hendak mati. Mereka menghadapi serangan dari dalam dan juga
serangan dari luar. Semua kekuatan kafir bersatu padu
menyerang dan memperdaya dirinya, walaupun berbeda-beda
bentuknya, padahal Allah SWT sedang mengepung mereka dari
belakang. Allah akan memberikan bantuan kepada orang-orang
yang teguh dalam menghadapi tipu daya musuh yang hendak
menghancurkan Islam. Allah akan mempersempit ruang gerak
mereka, dan akan memporak-porandakan mereka, sehingga mereka
sama sekali tidak menemukan jalan ke luar.
Diriwayatkan dari Ma' qal bin Yasar r.a. bahwa Rasulullah saw
bersabda,
"Ibadah yang dilakukan pada walau terjadinya fitnah
pembunuhan (al-haraj), adalah sama dengan hijrah
kepadaku.'31
Al-Haraj pada hadits ini berarti perselisihan pendapat dan
fitnah. Ada pula yang menafsirkan dengan pembunuhan, karena
sesungguhnya fitnah dan perselisihan pendapat merupakan sebab
timbulnya pembunuhan tersebut.
Catatan kaki:
26 Diriwayatkan oleh Ahmad. Muslim, dan Ibn Majah dari Abu
Hurairah r.a. (Shahih al-Jami' as-Shaghir, 6650)
27 Diriwayatkan oleh Ibn Majah dari Abu Sa'id; dan juga
diriwayatkan oleh Ahmad, Ibn Majah, Thabrani, dan Baihaqi
dalam as-Syu'ab dari Abu Umamah, Ahmad, Nasai, dan Baihaqi
dari Thariq bin Syihab, ibid. 1100.
28 Diriwayatkan oleh Hakmin dan Dhiya' dari Jabir, dan
di-hasan-kan olehnya dalam Shahih al-Jami' as-Shaghir, 3676
29 Ibn Majah menambahkan, "Dan engkau melihat suatu perkara
yang kamu tidak dapat disalahkan karenanya." Artinya, engkau
melihat kerusakan yang tiada tandingannya dan tidak ada
kemampuan bagimu untuk menyingkirkannya. Ini merupakan
tambahan yang sangat penting dalam hadits ini, yang
menunjukkan bahwa seorang manusia tidak boleh meninggalkan
amar ma'ruf dan nahi mungkar kecuali ketika dia merasa lemah,
karena untuk bisa mengubahnya dia memerlukan kekuatan dan
usaha yang lebih besar.
30 Diriwayatkan oleh Abu Dawud dalam al-Malahim (4341) dan
Tirmidzi dalam al-Tafsir (3060) dan dia berkata: "Hadits ini
hasan gharib." Dan juga diriwayatkan oleh Ibn Majah dalam
al-Fitan (4014)
31 Diriwayatkan oleh Ahmad, Muslim, Tirmidzi, dan Ibn Majah
(Shahih al-Jami' as-Shaghir, 3974)
Islamic books (Photo credit: Maymona) |
Related articles
- Analisis perkaitan antara fpk dengan fp islam, timur dan barat (slideshare.net)
- The Muslim, The Nun, and the Bus Driver (plancksconstant.org)
- Khawaarij: Fitnah Mongers Inciting Riots And Revolutions (survivorsareus.wordpress.com)
- Syrian Rebel Leader Dies After Government Attack (nytimes.com)
- Scholars on women making hijrah without mahram! - MUST READ+SHARE (alathariyyahlc.wordpress.com)
- How do we understand the hadith: "Do not wish to meet the enemy"? (trulysalafiyyah.wordpress.com)
KALAU kita pernah mengatakan tentang pentingnya ilmu atas amal
dalam berbagai urusan agama, maka kita sekarang ini menegaskan
mengenai pentingnya ilmu dalam urusan-urusan dunia.
Kita hidup sekarang ini pada zaman yang segala sesuatu
didasarkan atas ilmu pengetahuan. Pada zaman kita sekarang ini
sudah tidak lagi menerima hal-hal yang tidak teratur dan
mengawur dalam hal-hal yang berkaitan dengan urusan kehidupan
dunia.
Semua pekerjaan yang baik mesti didahului dengan studi
kelayakan terlebih dahulu, dan harus dipastikan menghasilkan
sesuatu yang memuaskan sebelum pekerjaan itu dimulai. Oleh
karena itu, mesti ada perencanaan sebelum melakukannya, dan
harus diperhitungkan secara matematis dan dilakukan berbagai
penelitian sebelum pekerjaan itu dilakukan.
Dalam buku dan kajian-kajian yang lain saya pernah
menyebutkan: "Sesungguhnya penelitian, perencanaan, dan studi
kelayakan sebelum kerja dilaksanakan merupakan etos kerja yang
telah ada pada Islam. Rasulullah saw adalah orang yang pertama
kali melakukan perhitungan secara statistik terhadap
orang-orang yang beriman kepadanya setelah dia berhijrah ke
Madinah al-Munawwarah. Dan kesan dari perencanaan itu begitu
terasa pada perjalanan hidup beliau dalam berbagai
bentuknya.20
Seharusnya orang yang paling dahulu melakukan perencanaan hari
esok mereka ialah para aktivis gerakan Islam, sehingga mereka
tidak membiarkan semua urusan mereka berjalan tanpa
perencanaan; tanpa memanfaatkan pengalaman di masa yang lalu;
tanpa mencermati realitas yang terjadi pada hari ini; tanpa
menimbang benar dan salahnya ijtihad yang pernah dilakukan;
tanpa menilai untung-ruginya perjalanan umat kemarin dan hari
ini; tanpa memiliki pengetahuan yang mendalam mengenai
kemampuan dan fasilitas yang dimiliki oleh umat, baik yang
berbentuk material maupun spiritual, yang tampak dan yang
tidak tampak, yang produktif dan yang tidak produktif.
Perencanaan yang mereka buat itu mesti memperhatikan sumber
kekuatan dan titik-titik kelemahan yang dimiliki oleh umat
kita dan musuh-musuh kita; kemudian siapakah sebenarnya musuh
kita yang hakiki? Siapakah musuh kita yang abadi dan musuh
yang insidental? Siapakah di antara mereka yang mungkin dapat
kita manfaatkan dan siapa yang tidak dapat dimanfaatkan? Siapa
yang dapat kita ajak berdiskusi dan siapa yang tidak? Semua
musuh harus kita pandang secara berbeda, karena pada
hakikatnya mereka juga berbeda-beda.
Semua persoalan di atas tidak dapat diketahui kecuali dengan
ilmu pengetahuan dan kajian yang objektif, yang sama sekali
tidak emosional, bebas dari pelbagai pengaruh individual,
lingkungan dan waktu sejauh yang dapat dilakukan oleh manusia;
karena sesungguhnya kebebasan yang bersifat mutlak hampir
dapat dikatakan mustahil.
Catatan Kaki:
20 Baca buku kami ar-Rasul wal-'Ilm, cet. Mu'assasah
ar-Risalah, Beirut dan Darus-Shahwah Islamiyyah.
------------------------------------------------------
MEMPERBAIKI DIRI SEBELUM MEMPERBAIKI SISTEM
(Reformasi Jilid akhir untuk Indonesiaku)
DI ANTARA prioritas yang dianggap sangat penting dalam usaha
perbaikan (ishlah) ialah memberikan perhatian terhadap
pembinaan individu sebelum membangun masyarakat; atau
memperbaiki diri sebelum memperbaiki sistem dan institusi.
Yang paling tepat ialah apabila kita mempergunakan istilah
yang dipakai oleh al-Qur'an yang berkaitan dengan perbaikan
diri ini; yaitu:
"...Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu
kaum sehingga mereka mengubah keaduan yang ada pada
diri mereka sendiri..." (ar-Ra'd: 11)
Inilah sebenarnya yang menjadi dasar bagi setiap usaha
perbaikan, perubahan, dan pembinaan sosial. Yaitu usaha yang
dimulai dari individu, yang menjadi fondasi bangunan secara
menyeluruh. Karena kita tidak bisa berharap untuk mendirikan
sebuah bangunan yang selamat dan kokoh kalau batu-batu
fondasinya keropos dan rusak.
Individu manusia merupakan batu pertama dalam bangunan
masyarakat. Oleh sebab itu, setiap usaha yang diupayakan untuk
membentuk manusia Muslim yang benar dan mendidiknya --dengan
pendidikan Islam yang sempurna-- harus diberi prioritas atas
usaha-usaha yang lain. Karena sesungguhnya usaha pembentukan
manusia Muslim yang sejati sangat diperlukan bagi segala macam
pembinaan dan perbaikan. Itulah pembinaan yang berkaitan
dengan diri manusia.
Sesungguhnya pembinaan manusia secara individual untuk menjadi
manusia yang salih merupakan tuga utama para nabi Allah, tugas
para khalifah pengganti nabi, dan para pewaris setelah mereka.
Pertama-tama yang harus dibina dalam diri manusia ialah iman.
Yaitu menanamkan aqidah yang benar di dalam hatinya, yang
meluruskan pandangannya terhadap dunia, manusia, kehidupan,
dan tuhan alam semesta, Pencipta manusia, pemberi kehidupan.
Aqidah yang mengenalkan kepada manusia mengenai prinsip,
perjalanan dan tujuan hidupnya di dunia ini. Aqidah yang dapat
menjawab pelbagai pertanyaan yang sangat membingungkan bagi
orang yang tidak beragama: "Siapa saya? Dari manakah saya
berasal? Akan kemanakah perjalan hidup saya? Mengapa saya ada
di dunia ini? Apakah arti hidup dan mati? Apa yang terjadi
sebelum adanya kehidupan? Dan apakah yang akan terjadi setelah
kematian? Apakah misi saya di atas planet ini sejak saya masih
di alam konsepsi hingga saya meninggal dunia?
Iman --bukan yang lain-- adalah yang memberikan jawaban
memuaskan bagi manusia terhadap pertanyaan-pertanyaan besar
berkaitan dengan perjalanan hidup manusia itu. Ia memberikan
tujuan, muatan makna, dan nilai bagi kehidupannya. Tanpa iman
manusia akan menjadi debu-debu halus yang tidak berharga di
alam wujud ini, dan sama sekali tidak bernilai jika dihadapkan
kepada kumpulan benda di alam semesta yang sangat besar. Umur
manusia tidak ada apa-apanya kalau dibandingkan dengan
perjalanan geologis yang berkesinambungan pada alam semesta,
dan yang akan terus berlangsung dan tidak akan berakhir.
Kekuatan Manusia tidak akan ada apa-apanya kalau dibandingkan
dengan pelbagai kejadian di alam semesta yang mengancam
keselamatannya; seperti: gempa bumi, gunung meletus, angin
ribut, banjir, yang merusak dan membunuh manusia. Ketika
berhadapan dengan pelbagai peristiwa alamiah itu, manusia
tidak dapat berbuat apa-apa, walaupun dia mempunyai ilmu
pengetahuan, kemauan, dan teknologi canggih.
Selamanya, iman merupakan pembawa keselamatan. Dengan iman
kita dapat mengubah jati diri manusia, dan memperbaiki segi
batiniahnya. Kita tidak dapat menggiring manusia seperti kita
menggiring binatang ternak; dan kita tidak dapat membentuknya
sebagaimana kita membentuk peralatan rumah tangga yang terbuat
dari besi, perak atau bijih tambang yang lainnya.
Manusia harus digerakkan melalui akal dan hatinya. Ia harus
diberi kepuasan sehingga dapat merasakan kepuasan itu. Ia
harus diberi petunjuk agar dapat meniti jalan yang lurus; dan
ia harus digembirakan dan diberi peringatan, agar dia dapat
bergembira dan merasa takut dengan adanya peringatan tersebut.
Imanlah yang menggerakkan dan mengarahkan manusia, serta
melahirkan berbagai kekuatan yang dahsyat dalam dirinya.
Manusia tidak akan memperoleh kejayaan tanpa iman. Karena
sesungguhnya iman membuatnya menjadi makhluk baru, dengan
semangat yang baru, akal baru, kehendak baru, dan filsafat
hidup yang juga baru. Sebagaimana yang kita saksikan ketika
para ahli sihir Fir'aun beriman kepada Tuhan nabi Musa dan
Harun. Mereka menentang kesewenangan Fir'aun, sambil berkata
kepadanya dengan penuh ketegasan dan kewibawaan:
"... maka putuskanlah apa yang hendak kamu putuskan.
Sesungguhnya kamu hanya akan dapat memutuskan pada
kehidupan di dunia ini saja... (Taha: 72)
Kita juga dapat melihat para sahabat Rasulullah saw yang
keimanan mereka telah memindahkan kehidupan Jahiliyah mereka
kepada kehidupan Islam; dari penyembahan berhala, dan
penggembalaan kambing kepada pembinaan umat dan menuntun
manusia kepada petunjuk Allah SWT, serta mengeluarkan mereka
dari kegelapan kepada cahaya.
Selama tiga belas tahun di Makkah al-Mukarramah, seluruh
perhatian dan kerja-kerja Nabi saw --yang berbentuk tabligh
dan da'wah-- ditumpukan kepada pembinaan generasi pertama
berdasarkan keimanan.
Pada tahun-tahun itu belum turun penetapan syariah yang
mengatur kehidupan masyarakat, menetapkan hubungan keluarga
dan hubungan sosial, serta menetapkan sanksi terhadap orang
yang menyimpang dari undang-undang tersebut. Kerja yang
dilakukan oleh al-Qur'an dan Rasulullah saw adalah membina
manusia dan generasi sahabat Rasulullah saw, mendidik dan
membentuk mereka, agar mereka dapat menjadi pendidik di dunia
ini setelah kepergian baginda Rasul.
Dahulu, rumah Al-Arqam bin Abi al-Arqam memainkan peranan
untuk itu. Kitab suci Allah SWT diturunkan kepada Rasul-Nya
sedikit demi sedikit sesuai dengan kasus-kasus yang dihadapi
pada saat itu; agar dia membacakannya kepada manusia secara
perlahan-lahan, untuk memantapkan keyakinan hati mereka, dan
orang-orang yang beriman kepadanya. Nabi saw menjawab berbagai
pertanyaan orang musyrik pada waktu itu dengan mematahkan
hujah-hujah mereka, sehingga hal ini sangat besar perannya
dalam membina kelompok orang-orang beriman, memperbaiki dan
mengarahkan perjalanan hidup mereka. Allah SWT berfirman:
"Dan al-Qur'an itu telah Kami turunkan dengan
berangsur-angsur agar kamu membacakannya
perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya
bagian demi bagian. (al-Isra,: 106)
"Berkatalah orang-orang kafir: "Mengapa al-Qur'an itu
tidak diturunkan kepadanya sekaligus saja?"
Demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan
Kami membacakannya kelompok demi kelompok. Tidaklah
orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa)
sesuatu yang ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu
suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya."
(al-Furqan: 32-33)
Tugas terpenting yang mesti kita lakukan pada hari ini apabila
kita hendak melakukan perbaikan terhadap keadaan umat kita
ialah melakukan permulaan yang tepat, yaitu membina manusia
dengan pembinaan yang hakiki dan bukan hanya dalam bentuk
luarnya saja. Kita harus membina akal, ruh, tubuh, dan
perilakunya secara seimbang. Kita membina akalnya dengan
pendidikan; membina ruhnya dengan ibadah; membina jasmaninya
dengan olahraga; dan membina perilakunya dengan sifat-sifat
yang mulia. Kita dapat membina kemiliteran melalui disiplin;
membina kemasyarakatannya melalui kerja sama; membina dunia
politiknya dengan penyadaran. Kita harus mempersiapkan agama
dan dunianya secara bersama-sama agar ia menjadi manusia yang
baik, dan dapat mempengaruhi orang untuk berbuat baik,
sehingga dia terhindar dari kerugian di dunia dan akhirat;
sebagaimana disebutkan dalam firman Allah SWT:
"Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar
berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal saleh dan
nasihat-menasihati supaya mentaati kebenaran dan
nasihat- menasihati supaya menetapi kesabaran."
(al-'Ashr: 1-3)
Usaha itu tidak dapat dilakukan dengan baik kecuali melalui
pandangan yang menyeluruh terhadap wujud ini, dan juga dengan
filsafat hidup yang jelas, proyek peradaban yang sempurna,
yang dipercayai oleh umat, sehingga ia mendidik anak lelaki
dan perempuannya dengan penuh keyakinan, bekerja sesuai dengan
hukum yang telah ditentukan dan berjalan pada jalur yang telah
digariskan. Bagaimanapun, semua institusi yang ada di dalam
umat (masjid dan universitas, buku dan surat kabar, televisi
dan radio) mesti melakukan kerja sama yang baik, sehingga
tidak ada satu institusi yang naik sementara institusi yang
lainnya tenggelam, atau ada satu perangkat yang dibangun dan
pada saat yang sama perangkat lainnya dihancurkan. Pernyataan
di atas dibenarkan oleh ucapan penyair terdahulu:
"Dapatkah sebuah bangunan diselesaikan; Apabila engkau
membangunnya dan orang lain menghancurkannya?"
------------------------------------------------------
FIQH PRIORITAS
Sebuah Kajian Baru Berdasarkan Al-Qur'an dan As-Sunnah
Dr. Yusuf Al Qardhawy
Robbani Press, Jakarta
Cetakan pertama, Rajab 1416H/Desember 1996M
SUMBER DAYA PRODUKTIF DAN PERLUASAN KESEMPATAN KERJA
Secara terminology sumber daya mengandung arti segala Sesutu baik itu berwujud maupun tidak berwujud (intangible) yang dapat didaya gunakan manusia untuk mencapai hasil, misalnya ; perlatan, waktu, ketersediaan dn tenaga. Dalam kehidupan ini dikenal tiga macam sumber daya utama yaitu sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya buatan (rekayasa teknologi). Ketiga daya ini menjadi sumber daya nasional sebagi kekuatan bangsa Indonesia dalam melaksanakan pembangunan.
Sumber daya alam (natural resources) berupa potensi alam yang dapat dikembangkan untuk proses produksi selanjutnya, sumber daya manusia adalah potensi manusia yang dengan akal budinya menemukan cara dengan menciptakan( membentuk nilai) atau nilai tambah pada setiap sumber daya yaitu; alam, manusia atau sesuatu yang merupakan buatan manusia atau sesuatu yang merupakan buatan manusia itu sendiri melalui penerapan ilmu, sins dan teknologi.
Menurut ajaran islam sumber daya alam merupakan anugrah Allah kepada sekalian manusia. Manusia diperintahkan untuk menciptakan kemakmuran (Hud/11: 22) Suber daya alam adalah sumber rezeki. Manusi ditunjukan sumber rezekinya ada pada Sumber daya alam (AlBaqarah/2:22) mereka yang memanfaatkan SDA, tentu saja mereka memiliki kemampuan. Oleh karena itu SDA perlu dikembangkan. Dari teknologi tersebut, dapat dipahami secara umum bahwa sumber daya adalah sesuatu yang berguna dan mempunyai nilai dalam kondisi dimana manusia menemukannya. Defenisi lain Sumber Daya adalah” Segala anugrah Allah yang harus disukuri, dinikmati dengan penuh tanggung jawab demi tercapainya pengembangan fitrah mnusia secara optimal dengan sepenuhnya memperhatikan kelestarian lingkungan jangka panjang”
Dari jabir ra berkata rasulullah Saw bersabda,” tiada seorang muslimpun yng menanam tanaman, kecuali apa yang dimakan dan yang dicuri dari tanaman tersebut, baginya adalah pahala sedekah apa yang dimakan binatang baginya adalah pahala sedekah dan apa yang dimakan burung dari tanaman tersebut baginya adalah pahala sedekah. Pahala tersebut tidak dapat dikurangi oleh seorangpun dan baginya (penanam) pahala sedekah. (Hr. Muslim)
Hal itu menggambarkn betapa islam sangat menghrgai usaha manusi untuk memakmurkan dan memanfatkan suber daya alam.
Pertanian merupakan industri dsr dn menjadi tulang punggung peningkatan kesejahteraan bangsa. Karena selain menyedikan bahan makanan yang amat penting ia berfungsi menyediakan bahan baku untuk industri hilir.
Peran penting dunia pertnin pada masa dahulu kala hingga pada masa abad pertengahan perkembangan itu di munculkan dan ketika kita telaah pad masa itu muncullah apa yang dimaksud mazhb Physiocratism yakni merek yang mempercayaai adanya hokum alam. Alirn ini memberikn perhatian khusus pada bidng usha pertanian dan memuji jalan kodrat, hingga melarang pemerintah untuk mencmpuri berputarnya roda perekonomian. Menurut mereka hanya alam yang ada isinya, maka pertanian dianggap sebagi dsar pokok dari kehidupan perekonomian yang mendtngkan manfaat bukan adalah pertanin, bukan perdagngan (ajrn Marktilisme). Pertanian merupakan sumber kemkmuran yang sunguh-sungguh. Sebb, hanya pertninsj yng dpat mendatangkan hasil lebih diatas pembiayaan. Karena lain-lain usaha manusia itu tidak ada yng dapat mendatangkan hasil lebih, maka hanya pertanian yng harus membayar pajak. Karen kaum petani yang paling produktif, maka quenay menganjurkan agar kebijakan-kebijakan yng dimbil oleh pemerintah harus ditujukan terutama untuk mneningkatkan taraf hidup para petani.
Kemakmuran negara dari dahulu sering ditandai oleh tingginya tingkat efektifitas pertanian. Dinegaar yang miskin umumnya lebih 60 persen penduduknya bekerja untuk menghasilkan bahan makanan, sedangkan dinegara-negaar yng relatif kaya jumlah mereka hanya berkisar 12-15 persen saja dan jumlah produksi bahan maakanan sering melebihio kebutuhan dlm negeri sendiri, sehingga dapat di eksport kenegara-negara lain Karena itu negra-negara maju dapat membebaskan sebagian penduduknya dri sector pertnian dn bekerja di sector industri sekuder dan tersier. Ini menunjukn kemmpuan petni dlm menghidupi bangsanya.
Negara dengan kondisi iklim yang cukup baik untuk pertanian cenderung berpenduduk banyak. Itulah sebabnya mengapa delta-delta yang luas dicina dan india berpenduduk banyak dn mengapa pulau jawa di Indonesia dan beberapa bagian di Luzon filiphina berpenduduk sangt padat . Sektor pertanian adalah sumb er ketersediaan pangan dan bahan mentah yng diperlukan dlam proses modernisasi sebuah negara. Dalam perekonomian negara yang sedang berkembangpendatan yang diperoleh dri sector pertanian menjadi dasar permintaan akn produksi industri. Surplus pendptan petani dri barang yang mereka hasilkan menjadi dasar pengeluaran untuk sandang, perumahan dan alat perlengkapan termasuk berbagai barabf sederhana untuk keperluan petani, upuk, pestisida dn juga mesin- mesin. Terdapat beberp contoh negara yang menggantungkan perolehan devisa international pada ekspor pertanian, misalnya Malaysia bergatung pada kter kelp dbn sawit sert hasil hutan. Filiphina bergantung pada gula, kelapa serat pisang-pisangan, Thailand bergntung pada beras jagung dn buah-buahan. Sebelum minyak bumi booming pendapatn ekspor indonsesia pad tahun 70an Indonesia bergantung pada pendapatan dari karet kopi dn kopra. Salah satu peranan sector pertanian dalamPDB yang sekaligus dapat menunjukan kemampuan dalaam menciptakan lapangn kerja. Walaupun telah terjadi transformsi structural pada perekonomian nasional, hingga saat ini perna sector pertbnianb masih menyumbang hamper 25 persen terhadap PDB( produk domestic Bruto).
Untuk menjdikn sector pertanian sebagai induk pembnguan, maka hal itu baru mmungkin terjadi apabila pemerintah mampu membina keterkaitan sector pertnian dengan sector industri dan sector lain dlm ekonomi. Kererkaitan yng dibina antara sector industri dengan pertanian- sector industri yang memproduksi ribun macm barang-barang konsumsi rakyat dengan menggunakan bahan-bahan mentah pertanian dn masing-masing sector itu mampu melibatkan banyak orng dalam proses produksinya. Merupakan proses peningkatan daya beli yang kukuh dida lm negeri. Untuk itu pemerintah harus mengembangkan sector ekonomi yang memiliki keunggulan komperatif dalam pasar global dengan ekonomi yang recource based, terutaama yang berbasis sumber pertanian.
Sektor tradisional dn informal akan mendapat perhatian, karena sector ini dianggap membuka lapangan kerja dalam berbagai kelebihnnya antara lain sifat kemandiriannya cukup besar, daya tahan tinggi, bersifat padat karya serta mampu menyediakan barang dengan harga rendah.
Disamping pertanian, Alquran juga menyinggung tentang Hutan, hutan tumbuh diderah basah yang banyak turun hujan. Hutan terdiri atas pepohonan yang batangnya menjulang tinggi keatas dengan cabang, ranting dan daun. Dedaunan juga berperan penting mengambil udara yang berisi oksigen dn karbondioksida akar dan cabang dan beranting menghujam ketanah untuk mengabil air dan bahan makanan. Akar juga berperan sebagai penahan pohon agar tidak tumbang. Pohon pun menjdi kokoh. Dalam hal ini Allah telah memberikan ilustrasi dan analogi kepada manusia bahwa kata-kata yang baik ibarat akar sebatang pohon yang kokoh. Dan juga filosofi Budaya pakpak menyatakan "Tunande I kayu temas “ mengisyaratkan kita bersandar pada kayu yang kokoh artinya kita senantisa merenungkan dari apa yang telah diajarkan oleh rasulullah melalui Alquran menyebutkan “ Tidaklah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan? Kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya kokoh dan cabangnya menjulang kelangit.(QS Ibrahim/14:24)
Kawasan Hutan di Indonesia di bagi kedalam hutan lindung (30,4juta hektar) pelestrian alam (18.7 juta hektar) kawasan hutan produksi terbatas (30,4 juta hektar) kawasan hutan Produksi tetap(33,1 juta hektr) seluruhnya berjumlah 113 juta hektar. Dengan adanya hutan persediaan air akan terjamin, hidup satwa liar akan berlangsung dengan baik, dapat dimanfaatkan untuk rekreasi dn mungkin juga menghasilkan bahan tambang. Menurut fungsi hutan di Indonesia di bagi menjadi hutan lindung, hutan produksi, hutan wisata dan suaka.
Untuk itu dituntut pengelolan yang sungguh sungguh dan professional dan bertanggung jawab tidak hanya dari segi finansialnya, tetapi juga pengelolaan sumber hutan secara utuh. Pengelolan hutan ini diarahkan pada tercapainya keseimbangan antara penggunaan dan pengembangan hutan sebagi bagian dari pengelolan sumber daya alam dan mineral.