Bukan membenturkan Adab Vs Adat,
sekedar untuk sebuah pilihan, bahkan sekedar wacana dibuat demi kepentingan nafsi-nafsi namun sebuah kerekatan yang menyatu bagaikan satu kesatuan yang utuh. Seantero
Nusantara kita berkepentingan dan sangat mendesak agar kita hidupkan, menggugah
proses-proses kearifan lokal yang tertanam dalam semangat dari para wali-wali
Allah yang menginjakan kaki di bumi Nusantara ini. Nuansa Mayor Karifan lokal Nusantara bersumber dari ajaran Samawi. Kesemuanya itu menjadi klop
karena dimanapun keberadaan kemajemukan
itu nyata adanya di jejak jejak khasanah Islam yang tak terbantahkan.
Kerisis kepercayaan adalah salah
satu akibat dari terabaikannya dua sumbu kekuatan Agama dan Budaya Nusantara.
Kita melihat semakin apatisnya masyarakat kita sehingga ketidak pedulian itu
menjadi momok bahkan menjadi terdegradasinya kekuatan moral individu dan
masyarakat.
Oleh karena itu disini saya
memberikan judul diatas agar kita senantiasa mengingat bahwa pentingnya menjaga
adab menjadi adat budaya masyarakat madani. Selalulah menjaga adab maka
terbentuklah Peradaban yang Agung. Proses itu tentunya bukanlah bimsalabim para Ulama memproritaskan di lakukan jika mencari Ilmu maka sebelum melakukan adab adab orang yang
hidup dibumi Allah tidak cukup hanya duapuluh tahun . Bahkan Hampir hampir adab
itu merupakan dua pertiga agama (Islam). Yang dimasud Adab itu adalah
menjalankan apa saja yang dianggap baik menurut Allah dan utusan Nya baik
berupa ucapan dan perbuatan lahir dan bhatin.
Dalam kitab Klasik “Awariful Ma’arif”
karya Imam Suhrawardi, ia mengatakan Adab itu membersihkan anggota tubuh lahir
bhatin dari sifat-sifat yang tidak diridhoi Allah Ta’ala.
Adab terbagi menjadi empat yaitu :
·
Adab Syar’i melaksanakan perintah perintah Allah dan mejauhi
larangan-larangannya.
· Adab Thabi’i Melaksanakan
apa yang dianggap baik masyarakat umum, seperti dermawan, kasih sayang, rendah hati dsb.
·
Adab Kasybi
mengetahui ilmu-ilmu alat, seperti Ilmu Sharaf ,imu Nahwu, ilmu Bhalagah dan
sebagainya.
· Adab Sufi membatasi
panca indra, jangan sampai di gunakan untuk berbuat apa yang tidak diridhoi
Allah, serta menjaga , mengawasi keuar masuknya nafas, jangan sampai lupa
kepada Allah.
Barang siapa membuat seenaknya
masalah adab niscaya ia kembali ketempat datang, artinya ia tidak bisa
meningkat untuk mencapai apa yang dicita-citakan. Yakni wushul (Sampai) kepada
Allah.
Barang siapa yang tidak mempunyai
Adab maka berarti ia tidak mempunyai agama, tidak mempunyai iman dan tahuid.
Artinya tidak membekas dalam dirinya Misalnya Solat dengan memenuhi adab-adab
solat tentunya akan memberikan pengaruh padanya “ Sesungguhnya solat itu
mencegah dari perbuatan keji dan mungkar” demikian sebaliknya akan berdampak
buruk pula
Hamba itu bisa sampai dengan
ibadahnya ke surga, tetapi ia tidak bisa sampai kehadirat Allah ta’ala kecuali
dengan adab-adab dalam ibadah. Adab-adab dalam ibadah yaitu apa saja yang
disunahkan dalam kitab-kitab fiqih, Oleh sebab itu kaum muslimin di anjurkan agar mengetahui dengan teliti sunah-sunah rasulullah Saw.
Kita dapat memeluk dan melaksanakan
ajaran islam karena Rasulullah, oleh karena itu, kita juga menjaga tata krama
terhadapnya, kita hendaknya mengikuti jalannya, sunah-sunahnya jangan sampai
membuat bid’ah. Kita harus mengerti benar apa saja Sunah-Sunahnya itu lalu kita
amalkan, terutama-murid-murid dan Guru tharekat. Karena itu, makna tharekat
adalah wushul kepada Allah, kata Tharekat itu juga berarti sebagai jalan yang
mengikuti Rasulullah.
Apakah dengan bagusnya pekerti
itu merupakan suatu hal yang dicapai dengan sambil lalu! Akhlak yang baik itu,
selain membutuhkan ilmu yang rumit, juga membutuhkan latihan latihan yang tidak
pendek waktunya, sebagaimana diawal tulisan diatas.
Sebuah renungan bagi kita bahwa ketika kita
merasa sudah mumpuni atau merasa diri sudah sempurna maka itu tak lebih hanya
permainan setan belaka sehingga ia tak merasa bahkan tak mengiranya terperdaya.
Sering kita mendengar kata Akhlak
namun belum memahami secara utuh, disini yang dimaksud akhlak adalah jamak dari
khuluk yang berarti pekerti. Maksudnya adalah sifat yang sudah terpatri yang
berakar dalam hati, kapan saja dibutuhkan oleh pemiliknya mudah terwujud dalam
kenyataan. Khuluk ada pembawaanya sejak
lahir maupun setelah diperjuangkan dengan melatih diri yang lajim disebut
riyadlah menundukkan nafsu, hingga menurut
pada yang Haq, contohnya apabila
seseorang ingin sifat zuhud, maka ia rajin melatihnya dengan bersedekah
yang dimilikinya. Hingga latihan ini terus- menerus dilakukan, sampai segala
kepentingan dunia tidak lagi mampu mempengaruhi dirinya.
Demikianlah pentingnya Adab ini bagi kita pribadi maupun masyarakat , terutama
generasi penerus bangsa ini, yang tentunya akan meneruskan estafeta
kepemimpinan. Diperlukan keberanian moral adab yang hakiki sebagaimana uraian
diatas menjadi suatu pijakan bagi kita bersama untuk memacunya mendorongnya
agar menjadi Insan Kamil, derajat yang tinggi, bukan sekedar banyaknya amal,
melainkan tata krama dan bagusnya budi pekerti.