Berikut beberapa manfaat bisa kita dapatkan dari berdzikir :
1.Membuat hati menjadi tenang.
Allah berfirman,
”Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (Ar Ra’d : 28)
Banyak orang yang ketika mendapat kesulitan maka mereka mencari cara–cara yang salah untuk dapat mencapai ketenangan hidup. Diantaranya dengan mendengarkan musik yang diharamkan Allah, meminum khamr atau bir atau obat terlarang lainnya. Mereka berharap agar bisa mendapatkan ketenangan. Yang mereka dapatkan bukanlah ketenangan yang hakiki, tetapi ketenangan yang semu. Karena cara–cara yang mereka tempuh dilarang oleh Allah dan Rasul–Nya.
Ingatlah firman Allah Jalla wa ’Ala di atas, sehingga bila kita mendapat musibah atau kesulitan yang membuat hati menjadi gundah, maka ingatlah Allah, insya Allah hati menjadi tenang.
2.Mendapatkan pengampunan dan pahala yang besar.
“Laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah Telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (Al Ahzab : 35)
3.Dengan mengingat Allah, maka Allah akan ingat kepada kita.
Allah berfirman,
“Karena itu, ingatlah kamu kepada Ku, niscaya Aku ingat (pula) kepadamu (dengan memberikan rahmat dan pengampunan)”. (Al Baqarah : 152)
4.Dzikir itu diperintahkan oleh Allah agar kita berdzikir sebanyak–banyaknya.
Firman Allah ‘Azza wa Jalla
“Hai orang–orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak–banyaknya. Dan bertasbihlah kepada – Nya di waktu pagi dan petang.” (Al Ahzab : 41 – 42)
5.Banyak menyebut nama Allah akan menjadikan kita beruntung.
“Dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung.” (Al Anfal : 45)
Pada Al Qur’an dan terjemahan cetakan Al Haramain terdapat footnote bahwa menyebut nama Allah sebanyak – banyaknya, maksudnya adalah memperbanyak dzikir dan doa.
6.Dzikir kepada Allah merupakan pembeda antara orang mukmin dan munafik, karena sifat orang munafik adalah tidak mau berdzikir kepada Allah kecuali hanya sedikit saja. (Khalid Al Husainan, Aktsaru min Alfi Sunnatin fil Yaum wal Lailah, Daar Balansiyah lin Nasyr wat Tauzi’, Riyadh, Terj. Zaki Rahmawan, Lebih dari 1000 Amalan Sunnah Dalam Sehari Semalam, Pustaka Imam Asy Syafi’i, Bogor, Cetakan I, Juni 2004 M, hal. 158).
Allah berfirman,
“Sesungguhnya orang – orang munafik itu menipu Allah dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat, mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya’ (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.” (An Nisaa’ : 142)
7.Dzikir merupakan amal ibadah yang paling mudah dilakukan.
Banyak amal ibadah yang sebetulnya mudah untuk kita lakukan. Semisal :
- Membaca basmillah ketika akan makan / minum
- Membaca doa keluar / masuk kamar mandi
- Membaca dzikir – dzikir sewaktu pagi dan petang
- Membaca doa keluar / masuk rumah
- Membaca doa ketika turun hujan
- Membaca dzikir setelah hujan turun
- Membaca doa ketika berjalan menuju masjid
- Membaca dzikir ketika masuk / keluar masjid
- Membaca hamdalah ketika bersin
- Membaca dzikir – dzikir ketika akan tidur
- Membaca doa ketika bangun tidur
Dan lain–lain banyak sekali amalan yang mudah kita lakukan. Bila kita tinggalkan, maka rugilah kita berapa banyak ganjaran yang harusnya kita dapat, tetapi tidak kita peroleh padahal itu mudah untuk diraih. Coba saja hitung berapa banyak kita keluar masuk kamar mandi dalam sehari?
DZIKIR HARUS SESUAI DENGAN ATURAN ISLAM
Dzikir adalah perkara ibadah, maka dari itu dzikir harus mengikuti aturan Islam. Ada dzikir – dzikir yang sifatnya mutlak, jadi boleh dibaca kapan saja, dimana saja, dan dalam jumlah berapa saja karena memang tidak perlu dihitung.
Tetapi ada juga dzikir – dzikir yang terkait dengan tempat, misal bacaan – bacaan dzikir ketika mengelilingi (thawaf) di Ka’bah. Ada juga dzikir yang terkait dengan waktu, misal bacaan dzikir turun hujan. Juga ada dzikir yang terkait dengan bilangan, misal membaca tasbih, tahmid, dan takbir dengan jumlah tertentu (33 kali) setelah shalat wajib. Tentu tidak boleh ditambah – tambah kecuali ada dalil yang menerangkannya.
Kalau seseorang membuat sendiri aturan – aturan dzikir yang tidak diterangkan oleh Islam, maka berarti dia telah membuat jalan yang baru yang tertolak. Karena sesungguhnya jalan – jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah itu telah diterangkan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam. Patutkah kita menempuh jalan baru selain jalan yang telah diterangkan oleh Rasul Allah Shallallahu ‘alaihi wa sallam? Tentu tidak, karena Agama Islam ini telah sempurna. Kita harus mencukupkan dengan jalan yang telah diterangkan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam.
Referensi :
1.Al Qur’an
2.Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Dzikir Pagi dan Petang dan Sesudah Marhaban Ya Ramadhan August 11, 2010 New Google SEO Bandung, Indonesia
1.Membuat hati menjadi tenang.
Allah berfirman,
”Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (Ar Ra’d : 28)
Banyak orang yang ketika mendapat kesulitan maka mereka mencari cara–cara yang salah untuk dapat mencapai ketenangan hidup. Diantaranya dengan mendengarkan musik yang diharamkan Allah, meminum khamr atau bir atau obat terlarang lainnya. Mereka berharap agar bisa mendapatkan ketenangan. Yang mereka dapatkan bukanlah ketenangan yang hakiki, tetapi ketenangan yang semu. Karena cara–cara yang mereka tempuh dilarang oleh Allah dan Rasul–Nya.
Ingatlah firman Allah Jalla wa ’Ala di atas, sehingga bila kita mendapat musibah atau kesulitan yang membuat hati menjadi gundah, maka ingatlah Allah, insya Allah hati menjadi tenang.
2.Mendapatkan pengampunan dan pahala yang besar.
“Laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah Telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (Al Ahzab : 35)
3.Dengan mengingat Allah, maka Allah akan ingat kepada kita.
Allah berfirman,
“Karena itu, ingatlah kamu kepada Ku, niscaya Aku ingat (pula) kepadamu (dengan memberikan rahmat dan pengampunan)”. (Al Baqarah : 152)
4.Dzikir itu diperintahkan oleh Allah agar kita berdzikir sebanyak–banyaknya.
Firman Allah ‘Azza wa Jalla
“Hai orang–orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak–banyaknya. Dan bertasbihlah kepada – Nya di waktu pagi dan petang.” (Al Ahzab : 41 – 42)
5.Banyak menyebut nama Allah akan menjadikan kita beruntung.
“Dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung.” (Al Anfal : 45)
Pada Al Qur’an dan terjemahan cetakan Al Haramain terdapat footnote bahwa menyebut nama Allah sebanyak – banyaknya, maksudnya adalah memperbanyak dzikir dan doa.
6.Dzikir kepada Allah merupakan pembeda antara orang mukmin dan munafik, karena sifat orang munafik adalah tidak mau berdzikir kepada Allah kecuali hanya sedikit saja. (Khalid Al Husainan, Aktsaru min Alfi Sunnatin fil Yaum wal Lailah, Daar Balansiyah lin Nasyr wat Tauzi’, Riyadh, Terj. Zaki Rahmawan, Lebih dari 1000 Amalan Sunnah Dalam Sehari Semalam, Pustaka Imam Asy Syafi’i, Bogor, Cetakan I, Juni 2004 M, hal. 158).
Allah berfirman,
“Sesungguhnya orang – orang munafik itu menipu Allah dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat, mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya’ (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.” (An Nisaa’ : 142)
7.Dzikir merupakan amal ibadah yang paling mudah dilakukan.
Banyak amal ibadah yang sebetulnya mudah untuk kita lakukan. Semisal :
- Membaca basmillah ketika akan makan / minum
- Membaca doa keluar / masuk kamar mandi
- Membaca dzikir – dzikir sewaktu pagi dan petang
- Membaca doa keluar / masuk rumah
- Membaca doa ketika turun hujan
- Membaca dzikir setelah hujan turun
- Membaca doa ketika berjalan menuju masjid
- Membaca dzikir ketika masuk / keluar masjid
- Membaca hamdalah ketika bersin
- Membaca dzikir – dzikir ketika akan tidur
- Membaca doa ketika bangun tidur
Dan lain–lain banyak sekali amalan yang mudah kita lakukan. Bila kita tinggalkan, maka rugilah kita berapa banyak ganjaran yang harusnya kita dapat, tetapi tidak kita peroleh padahal itu mudah untuk diraih. Coba saja hitung berapa banyak kita keluar masuk kamar mandi dalam sehari?
DZIKIR HARUS SESUAI DENGAN ATURAN ISLAM
Dzikir adalah perkara ibadah, maka dari itu dzikir harus mengikuti aturan Islam. Ada dzikir – dzikir yang sifatnya mutlak, jadi boleh dibaca kapan saja, dimana saja, dan dalam jumlah berapa saja karena memang tidak perlu dihitung.
Tetapi ada juga dzikir – dzikir yang terkait dengan tempat, misal bacaan – bacaan dzikir ketika mengelilingi (thawaf) di Ka’bah. Ada juga dzikir yang terkait dengan waktu, misal bacaan dzikir turun hujan. Juga ada dzikir yang terkait dengan bilangan, misal membaca tasbih, tahmid, dan takbir dengan jumlah tertentu (33 kali) setelah shalat wajib. Tentu tidak boleh ditambah – tambah kecuali ada dalil yang menerangkannya.
Kalau seseorang membuat sendiri aturan – aturan dzikir yang tidak diterangkan oleh Islam, maka berarti dia telah membuat jalan yang baru yang tertolak. Karena sesungguhnya jalan – jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah itu telah diterangkan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam. Patutkah kita menempuh jalan baru selain jalan yang telah diterangkan oleh Rasul Allah Shallallahu ‘alaihi wa sallam? Tentu tidak, karena Agama Islam ini telah sempurna. Kita harus mencukupkan dengan jalan yang telah diterangkan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam.
Referensi :
1.Al Qur’an
2.Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Dzikir Pagi dan Petang dan Sesudah Marhaban Ya Ramadhan August 11, 2010 New Google SEO Bandung, Indonesia
Dr. Tagatat Tajasen berkata “Laa ilaaha Illallah Muhammadarosulullah”
Dr. Tajasen sedang mengucap dua kalimat syahadat yang menjadikannya seorang Muslim. Peristiwa ini terjadi ketika berlangsungnya Konferensi Kesehatan Kedelapan di Riyadh Arab Saudi. Beliau ialah Profesor Tejatat Tejasen, Pimpinan Departemen Anatomi dari Universitas Chiang Mai di Thailand. Sebelumnya, beliau bertugas sebagai Dekan Fakultas Kedokteran di universitas yang sama.
Mengapa beliau mau mengucapkan dua kalimat Syahadat ?
Sheikh Abdul-Majid A. Zindani memberitahukan kepada Profesor Tejasen beberapa ayat-ayat Al-Quran dan hadis-hadis yang ada kaitannya dengan keahlian beliau di bidang anatomi. Beliau memberi komentar bahwa kitab-kitab Buddha juga memgandung keterangan yang tepat mengenai tahap-tahap perkembangan embrio. Kami beritahu beliau bahwa kami amat berminat dan tidak sabar ingin melihat keterangan-keterangan itu dan mengenali kitab-kitab tersebut. Setahun kemudian, Profesor Tejasen kembali ke Universitas King Abdul Aziz sebagai penguji luar. Kami mengingatkan beliau mengenai pernyataan yang beliau keluarkan setahun yang lalu. Namun, beliau meminta maaf dan berkata sebenarnya beliau membuat pernyataan itu tanpa melakukan cross check terlebih dahulu. Walaubagaimanapun, bila kitab-kitab Buddha tersebut diperiksa, beliau tidak menemui penjelasan yang berkaitan dengan perkembangan embrio.
Setelah itu, Sheikh Abdul-Majid A. Zindani menunjukkan kepada beliau suatu pernyataan yang ditulis oleh Profesor Keith Moore mengenai keserasian antara kajian embrio modern dengan keterangan-keterangan di dalam Al-Quran dan Hadis. Kami bertanya pada Profesor Tejasen apakah beliau mengenali Profesor Keith Moore. Beliau menjawab bahwa beliau memang mengenalnya, sambil menambahkan bahwa Profesor Moore ialah salah seorang dari ahli sains terkemuka di bidang pengkajian embrio.
Setelah meneliti artikel itu, Profesor Tejasen merasa amat kagum. Kami bertanya kepada beliau beberapa hal yang berhubungan dengan bidang keahliannya. Salah satunya adalah hal yang berkaitan dengan penemuan modern dalam bidang pengkajian kulit (dermatology) yaitu mengenai indera perasa pada kulit. Jawab Dr. Tejasen: “Kulit anda memiliki fungsi-fungsi, ini untuk menolong dan melindungi anda. Dan kulit berfungsi sebagai indera perasa ketika panas/dingin. Panas/dingin tidak akan dirasakan oleh tubuh manusia kecuali hanya di bagian kulit saja. Dan pada organ kulit ini terdapat syaraf-syaraf perasa yang bisa merasakan panas atau pun dingin. Bila lapisan kulit terbakar agak dalam – sampai syaraf perasa juga ikut terbakar, maka anda sudah tidak akan merasakan rasa sakit lagi”.
Selanjutnya Dr. Tejasen diberitahu oleh Sheikh Abdul-Majid A. Zindani: “Anda akan tertarik untuk mengetahui bahwa di dalam kitab ini, Kitab Suci Al-Quran, terdapat satu rujukan yang telah ada sejak 1400 tahun yang lalu menerangkan tentang saat penyiksaan terhadap orang kafir dalam api neraka, dan ia menyatakan apabila kulit mereka telah musnah, Allah akan menciptakan kulit baru kepada mereka supaya mereka terus merasakan penyiksaan yang disebabkan oleh api neraka. Pernyataan ini menggambarkan dan membayangkan pengetahuan mengenai batas akhir rasa sakit yang dirasakan oleh kulit.
”Sesungguhnya orang-orang yang kafir (mengingkari) ayat-ayat kami (Al-Qur'an), Kami pasti akan memasukkan mereka ke dalam Neraka, maka setiap kali hangus kulit mereka, kami ganti kulit merek atersebut dengan kulit yang baru sehingga mereka merasakan adzab yang pedih “(Q.S. An-Nisaa : 56)
Selanjutnya Sheikh Abdul-Majid A. Zindani melanjutkan lagi pertanyaannya : “Apakah anda setuju bahwa pernyataan diatas adalah suatu rujukan yang dibuat 1400 tahun yang lalu untuk menggambarkan batas akhir rasa sakit yang dirasakan kulit?. Dr. Tejasen menjawab : “Ya, saya setuju”
Kulit ialah indera perasa satu diantaranya adalah untuk merasakan panas akibat terbakar. Bila kulit terbakar seluruhnya – sampai ke pusat syaraf perasa – maka akan hilanglah rasa sakit itu, sebab syaraf-syaraf perasa kulit telah mati. Oleh sebab itulah Allah menghukum orang-orang kafir di Hari Pembalasan kelak dengan mengembalikan kulit-kulit mereka setiap masa, seperti yang difirmankan Yang Maha Suci Lagi Maha Terpuji di dalam ayat Al-Quran tersebut diatas.
Sheikh Abdul-Majid A. Zindani selanjutnya bertanya kepada beliau sebagai berikut: “Mungkinkan ayat tersebut disampaikan kepada Nabi Muhammad dari nara sumber manusia?' Profesor Tejasen setuju bahwa ayat-ayat tersebut tidak mungkin berasal dari manusia, karena 1400 tahun ilmu “dermatology” belum ada. Selanjutnya Profesor Tejasen bertanya tentang sumber ilmu itu dan dari mana NabiMuhammad menerimanya?
Sheikh Abdul-Majid A. Zindani menjawab, "Dari Allah, Yang Maha Terpuji Lagi Maha Suci." Kemudian beliau bertanya lagi: "Tetapi siapa Allah? itu"
Sheikh Abdul-Majid A. Zindani kemudian menjawab: ”Dialah pencipta Alam Semesta dan semua yang ada di dalamnya. Jika anda adalah ahli dermatology, maka keahlian anda juga berasal dari Dia, Dialah yang membentuk otak dan akal anda, sehingga anda menjadi seorang pakar dibidang Dermatology, Dialah Yang Maha Pintar”.
Profesor Tejasen setuju dengan apa yang dikatakan oleh Sheikh Abdul-Majid A. Zindani. Kemudian beliau kembali ke negara asalnya, di negara asalnya beliau menyampaikan hasil diskusinya dengan Sheikh Abdul-Majid A. Zindani kepada para mahasiswanya, lima dari mahasiswanya memeluk Islam setelah menelaah apa yang disampaikan oleh Profesor Tejasen. Setelah itu, ketika Konferensi Kesehatan Saudi Kedelapan di Riyadh Saudi Arabia, Profesor Tejasen menghadiri beberapa sidang yang mebahas ilmu pengobatan yang terdapat di dalam Al-Quran dan Hadis.
Professor Tejasen menghabiskan empat hari bersama-sama beberapa orang cendikiawan, termasuk Muslim dan Non-Muslim, berdiskusi tentang fenonema yang ditemukan dalam Al-Quran dan Hadis ini. Pada akhir diskusi Profesor Tejasen berdiri dan berkata:
”Sejak tiga tahun lalu saya berminat mempelajari Al-Quran, yang diberikan kepada saya oleh Sheikh Abdul-Majid A. Zindani, saya telah mendapat skrip terakhir Profesor Keith Moore dari Sheikh . Beliau meminta saya menterjemahkan skrip itu ke dalam bahasa Thai dan memberikan beberapa pengarahan kepada kaum Muslim di Thailand. Saya telah melaksanakan permintaannya. Anda dapat melihatnya dalam pita video yang saya hadiahkan kepada Sheikh. Dari kajian yang saya lakukan dan dari apa yang saya pelajari sepanjang konferensi ini, saya percaya semua yang tertulis di dalam Al-Quran 1400 tahun yang lalu adalah suatu kebenaran, yang dapat dibuktikan secara ilmiah. Mengingat bahwa Nabi Muhammad tidak bisa membaca mahupun menulis, Nabi Muhammad mestilah seorang utusan yang menyampaikan kebenaran ini yang telah disampaikan kepadanya sebagai ilmu oleh Tuhan Yang Satu Yang Maha Pencipta. Pencipta ini ialah Allah. Oleh itu, setelah saya pertimbangkan secara mendalam, maka inilah saatnya saya mengucapkan Laa ilaaha Illallah, bahwa tidak tuhan yang berhak disembah selain Allah, Muhammadarasulullah , dan Muhammad itu Utusan Allah
“Saya bukan saja belajar mengenai ilmu pengetahuan di bidang saya dalam pertemuan ini, tetapi juga berpluang bertemu dengan para ahli lainnya, dan berkenalan dengan kawan-kawan baru di kalangan para peserta. Masalah yang paling berharga yang saya dapat dari pertemuan ini ialah 'Laa ilaaha Illallah, Muhammadarasulullah', dan menjadi seorang Muslim”
Sumber : "Quranic Studies - On the Sensory Characteristic of the Skin" Marhaban Ya Ramadhan August 11, 2010 New Google SEO Bandung, Indonesia
Dr. Tajasen sedang mengucap dua kalimat syahadat yang menjadikannya seorang Muslim. Peristiwa ini terjadi ketika berlangsungnya Konferensi Kesehatan Kedelapan di Riyadh Arab Saudi. Beliau ialah Profesor Tejatat Tejasen, Pimpinan Departemen Anatomi dari Universitas Chiang Mai di Thailand. Sebelumnya, beliau bertugas sebagai Dekan Fakultas Kedokteran di universitas yang sama.
Mengapa beliau mau mengucapkan dua kalimat Syahadat ?
Sheikh Abdul-Majid A. Zindani memberitahukan kepada Profesor Tejasen beberapa ayat-ayat Al-Quran dan hadis-hadis yang ada kaitannya dengan keahlian beliau di bidang anatomi. Beliau memberi komentar bahwa kitab-kitab Buddha juga memgandung keterangan yang tepat mengenai tahap-tahap perkembangan embrio. Kami beritahu beliau bahwa kami amat berminat dan tidak sabar ingin melihat keterangan-keterangan itu dan mengenali kitab-kitab tersebut. Setahun kemudian, Profesor Tejasen kembali ke Universitas King Abdul Aziz sebagai penguji luar. Kami mengingatkan beliau mengenai pernyataan yang beliau keluarkan setahun yang lalu. Namun, beliau meminta maaf dan berkata sebenarnya beliau membuat pernyataan itu tanpa melakukan cross check terlebih dahulu. Walaubagaimanapun, bila kitab-kitab Buddha tersebut diperiksa, beliau tidak menemui penjelasan yang berkaitan dengan perkembangan embrio.
Setelah itu, Sheikh Abdul-Majid A. Zindani menunjukkan kepada beliau suatu pernyataan yang ditulis oleh Profesor Keith Moore mengenai keserasian antara kajian embrio modern dengan keterangan-keterangan di dalam Al-Quran dan Hadis. Kami bertanya pada Profesor Tejasen apakah beliau mengenali Profesor Keith Moore. Beliau menjawab bahwa beliau memang mengenalnya, sambil menambahkan bahwa Profesor Moore ialah salah seorang dari ahli sains terkemuka di bidang pengkajian embrio.
Setelah meneliti artikel itu, Profesor Tejasen merasa amat kagum. Kami bertanya kepada beliau beberapa hal yang berhubungan dengan bidang keahliannya. Salah satunya adalah hal yang berkaitan dengan penemuan modern dalam bidang pengkajian kulit (dermatology) yaitu mengenai indera perasa pada kulit. Jawab Dr. Tejasen: “Kulit anda memiliki fungsi-fungsi, ini untuk menolong dan melindungi anda. Dan kulit berfungsi sebagai indera perasa ketika panas/dingin. Panas/dingin tidak akan dirasakan oleh tubuh manusia kecuali hanya di bagian kulit saja. Dan pada organ kulit ini terdapat syaraf-syaraf perasa yang bisa merasakan panas atau pun dingin. Bila lapisan kulit terbakar agak dalam – sampai syaraf perasa juga ikut terbakar, maka anda sudah tidak akan merasakan rasa sakit lagi”.
Selanjutnya Dr. Tejasen diberitahu oleh Sheikh Abdul-Majid A. Zindani: “Anda akan tertarik untuk mengetahui bahwa di dalam kitab ini, Kitab Suci Al-Quran, terdapat satu rujukan yang telah ada sejak 1400 tahun yang lalu menerangkan tentang saat penyiksaan terhadap orang kafir dalam api neraka, dan ia menyatakan apabila kulit mereka telah musnah, Allah akan menciptakan kulit baru kepada mereka supaya mereka terus merasakan penyiksaan yang disebabkan oleh api neraka. Pernyataan ini menggambarkan dan membayangkan pengetahuan mengenai batas akhir rasa sakit yang dirasakan oleh kulit.
”Sesungguhnya orang-orang yang kafir (mengingkari) ayat-ayat kami (Al-Qur'an), Kami pasti akan memasukkan mereka ke dalam Neraka, maka setiap kali hangus kulit mereka, kami ganti kulit merek atersebut dengan kulit yang baru sehingga mereka merasakan adzab yang pedih “(Q.S. An-Nisaa : 56)
Selanjutnya Sheikh Abdul-Majid A. Zindani melanjutkan lagi pertanyaannya : “Apakah anda setuju bahwa pernyataan diatas adalah suatu rujukan yang dibuat 1400 tahun yang lalu untuk menggambarkan batas akhir rasa sakit yang dirasakan kulit?. Dr. Tejasen menjawab : “Ya, saya setuju”
Kulit ialah indera perasa satu diantaranya adalah untuk merasakan panas akibat terbakar. Bila kulit terbakar seluruhnya – sampai ke pusat syaraf perasa – maka akan hilanglah rasa sakit itu, sebab syaraf-syaraf perasa kulit telah mati. Oleh sebab itulah Allah menghukum orang-orang kafir di Hari Pembalasan kelak dengan mengembalikan kulit-kulit mereka setiap masa, seperti yang difirmankan Yang Maha Suci Lagi Maha Terpuji di dalam ayat Al-Quran tersebut diatas.
Sheikh Abdul-Majid A. Zindani selanjutnya bertanya kepada beliau sebagai berikut: “Mungkinkan ayat tersebut disampaikan kepada Nabi Muhammad dari nara sumber manusia?' Profesor Tejasen setuju bahwa ayat-ayat tersebut tidak mungkin berasal dari manusia, karena 1400 tahun ilmu “dermatology” belum ada. Selanjutnya Profesor Tejasen bertanya tentang sumber ilmu itu dan dari mana NabiMuhammad menerimanya?
Sheikh Abdul-Majid A. Zindani menjawab, "Dari Allah, Yang Maha Terpuji Lagi Maha Suci." Kemudian beliau bertanya lagi: "Tetapi siapa Allah? itu"
Sheikh Abdul-Majid A. Zindani kemudian menjawab: ”Dialah pencipta Alam Semesta dan semua yang ada di dalamnya. Jika anda adalah ahli dermatology, maka keahlian anda juga berasal dari Dia, Dialah yang membentuk otak dan akal anda, sehingga anda menjadi seorang pakar dibidang Dermatology, Dialah Yang Maha Pintar”.
Profesor Tejasen setuju dengan apa yang dikatakan oleh Sheikh Abdul-Majid A. Zindani. Kemudian beliau kembali ke negara asalnya, di negara asalnya beliau menyampaikan hasil diskusinya dengan Sheikh Abdul-Majid A. Zindani kepada para mahasiswanya, lima dari mahasiswanya memeluk Islam setelah menelaah apa yang disampaikan oleh Profesor Tejasen. Setelah itu, ketika Konferensi Kesehatan Saudi Kedelapan di Riyadh Saudi Arabia, Profesor Tejasen menghadiri beberapa sidang yang mebahas ilmu pengobatan yang terdapat di dalam Al-Quran dan Hadis.
Professor Tejasen menghabiskan empat hari bersama-sama beberapa orang cendikiawan, termasuk Muslim dan Non-Muslim, berdiskusi tentang fenonema yang ditemukan dalam Al-Quran dan Hadis ini. Pada akhir diskusi Profesor Tejasen berdiri dan berkata:
”Sejak tiga tahun lalu saya berminat mempelajari Al-Quran, yang diberikan kepada saya oleh Sheikh Abdul-Majid A. Zindani, saya telah mendapat skrip terakhir Profesor Keith Moore dari Sheikh . Beliau meminta saya menterjemahkan skrip itu ke dalam bahasa Thai dan memberikan beberapa pengarahan kepada kaum Muslim di Thailand. Saya telah melaksanakan permintaannya. Anda dapat melihatnya dalam pita video yang saya hadiahkan kepada Sheikh. Dari kajian yang saya lakukan dan dari apa yang saya pelajari sepanjang konferensi ini, saya percaya semua yang tertulis di dalam Al-Quran 1400 tahun yang lalu adalah suatu kebenaran, yang dapat dibuktikan secara ilmiah. Mengingat bahwa Nabi Muhammad tidak bisa membaca mahupun menulis, Nabi Muhammad mestilah seorang utusan yang menyampaikan kebenaran ini yang telah disampaikan kepadanya sebagai ilmu oleh Tuhan Yang Satu Yang Maha Pencipta. Pencipta ini ialah Allah. Oleh itu, setelah saya pertimbangkan secara mendalam, maka inilah saatnya saya mengucapkan Laa ilaaha Illallah, bahwa tidak tuhan yang berhak disembah selain Allah, Muhammadarasulullah , dan Muhammad itu Utusan Allah
“Saya bukan saja belajar mengenai ilmu pengetahuan di bidang saya dalam pertemuan ini, tetapi juga berpluang bertemu dengan para ahli lainnya, dan berkenalan dengan kawan-kawan baru di kalangan para peserta. Masalah yang paling berharga yang saya dapat dari pertemuan ini ialah 'Laa ilaaha Illallah, Muhammadarasulullah', dan menjadi seorang Muslim”
Sumber : "Quranic Studies - On the Sensory Characteristic of the Skin" Marhaban Ya Ramadhan August 11, 2010 New Google SEO Bandung, Indonesia
Salman Al-Farisi Radhiallaahu 'Anhu
( Pencari Kebenaran )
Dari Persi datangnya pahlawan kali ini. Dan dari Persi pula Agama Islam nanti dianut oleh orang-orang Mu'min yang tidak sedikit jumlahnya, dari kalangan mereka muncul pribadi-pribadi istimewa yang tiada taranya, baik dalam bidang kedalam ilmu pengetahuan dan ilmuan dan keagamaan, maupun keduniaan.
Dan memang, salah satu dari keistimewaan dan kebesaran al-Islam ialah, setiap ia memasuki suatu negeri dari negeri-negeri Allah, maka dengan keajaiban luar biasa dibangkitkannya setiap keahlian, digerakkannya segala kemampuan serta digalinya bakat-bakat terpendam dari warga dan penduduk negeri itu, hingga bermunculanlah filosof-filosof Islam, dokter-dokter Islam, ahli-ahli falak Islam, ahli-ahli fiqih Islam, ahli-ahli ilmu pasti Islam dan penemu-penemu mutiara Islam .
Ternyata bahwa pentolan-pentolan itu berasal dari setiap penjuru dan muncul dari setiap bangsa, hingga masa-masa pertama perkembangan Islam penuh dengan tokoh-tokoh luar biasa dalam segala lapangan, baik cita maupun karsa, yang berlainan tanah air dan suku bangsanya, tetapi satu Agama. Dan perkembangan yang penuh berkah dari Agama ini telah lebih dulu dikabarkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, bahkan beliau telah menerima janji yang benar dari Tuhannya Yang Maha Besar lagi Maha Mengetahui. Pada suatu hari diangkatlah baginya jarak pemisah dari tempat dan waktu, hingga disaksikannyalah dengan mata kepala panji-panji Islam berkibar di kota-kota di muka bumi, serta di istana dan mahligai-mahligai para penduduknya.
Salman radhiyallahu 'anhu sendiri turut menvaksikan hal tersebut, karena ia memang terlibat dan mempunyai hubungan erat dengan kejadian itu. Peristiwa itu terjadi waktu perang Khandaq, yaitu pada tahun kelima Hijrah. Beberapa orang pemuka Yahudi pergi ke Mekah menghasut orang-orang musyrik dan golongan-golongan kuffar agar bersekutu menghadapi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan Kaum Muslimin, serta mereka berjanji akan memberikan bantuan dalam perang penentuan vang akan menumbangkan serta mencabut urat akar Agama baru ini.
Siasat dan taktik perang pun diaturlah secara licik, bahwa tentara Quraisy dan Ghathfan akan menyerang kota Madinah dari luar, sementara Bani Quraidlah (Yahudi) akan menyerang-nya dari dalam -- yaitu dari belakang barisan Kaum Muslimim sehingga mereka akan terjepit dari dua arah, karenanya mereka akan hancur lumat dan hanya tinggal nama belaka.
Demikianlah pada suatu hari Kaum Muslimin tiba-tiba melihat datangnya pasukan tentara yang besar mendekati kota Madinah, membawa perbekalan banyak dan persenjataan lengkap untuk menghancurkan. Kaum Muslimin panik dan mereka bagaikan kehilangan akal melihat hal yang tidak diduga-duga itu. Keadaan mereka dilukiskan oleh al-Quran sebagai berikut:
Ketika mereka datang dari sebelah atas dan dari arah bawahmu, dan tatkala pandangan matamu telah berputar liar, seolah-olah hatimu telah nakh sampai kerongkongan, dan kamu menaruh sangkaan yang bukan-bukan terhadap Allah. (Q.S. 33 al-Ahzab:l0)
Dua puluh empat ribu orang prajurit di bawah pimpinan Abu Sufyan dan Uyainah bin Hishn menghampiri kota Madinah dengan maksud hendak mengepung dan melepaskan pukulan menentukan yang akan menghabisi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, Agama serta para shahabatnya.
Pasukan tentara ini tidak saja terdiri dari orang-orang Quraisy, tetapi juga dari berbagai kabilah atau suku yang menganggap Islam sebagai lawan yang membahayakan mereka. Dan peristiwa ini merupakan percobaan akhir dan menentukan dari fihak musuh-musuh Islam, baik dari perorangan, maupun dari suku dan golongan.
Kaum Muslimin menginsafi keadaan mereka yang gawat ini, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam-pun mengumpulkan para shahabatnya untuk bermusyawarah. Dan tentu saja mereka semua setuju untuk bertahan dan mengangkat senjata, tetapi apa yang harus mereka lakukan untuk bertahan itu?
Ketika itulah tampil seorang yang tinggi jangkung dan berambut lebat, seorang yang disayangi dan amat dihormati oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam Itulah dia Salman al-Farisi radhiyallahu 'anhu!' Dari tempat ketinggian ia melayangkan pandang meninjau sekitar Madinah, dan sebagai telah dikenalnya juga didapatinya kota itu di lingkung gunung dan bukit-bukit batu yang tak ubah bagai benteng juga layaknya. Hanya di sana terdapat pula daerah terbuka, luas dan terbentang panjang, hingga dengan mudah akan dapat diserbu musuh untuk memasuki benteng pertahanan.
Di negerinya Persi, Salman radhiyallahu 'anhu telah mempunyai pengalaman luas tentang teknik dan sarana perang, begitu pun tentang siasat dan liku-likunya. Maka tampillah ia mengajukan suatu usul kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yaitu suatu rencana yang belum pernah dikenal oleh orang-orang Arab dalam peperangan mereka selama ini. Rencana itu berupa penggalian khandaq atau parit perlindungan sepanjang daerah terbuka keliling kota.
Dan hanya Allah yang lebih mengetahui apa yang akan dialami Kaum Muslimin dalam peperangan itu seandainya mereka tidak menggali parit atau usul Salman radhiyallahu 'anhu tersebut.
Demi Quraisy menyaksikan parit terbentang di hadapannya, mereka merasa terpukul melihat hal yang tidak disangka-sangka itu, hingga tidak kurang sebulan lamanya kekuatan mereka bagai terpaku di kemah-kemah karena tidak berdaya menerobos kota.
Dan akhirnya pada suatu malam Allah Ta'ala mengirim angin topan yang menerbangkan kemah-kemah dan memporak-porandakan tentara mereka. Abu Sufyan pun menyerukan kepada anak buahnya agar kembali pulang ke kampung mereka ... dalam keadaan kecewa dan berputus asa serta menderita kekalahan pahit ...
Sewaktu menggali parit, Salman radhiyallahu 'anhu tidak ketinggalan bekerja bersama Kaum Muslimin yang sibuk menggali tanah. Juga Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ikut membawa tembilang dan membelah batu. Kebetulan di tempat penggalian Salman radhiyallahu 'anhu bersama kawan-kawannya, tembilang mereka terbentur pada sebuah batu besar.
Salman radhiyallahu 'anhu seorang yang berperawakan kukuh dan bertenaga besar. Sekali ayun dari lengannya yang kuat akan dapat membelah batu dan memecahnya menjadi pecahan-pecahan kecil. Tetapi menghadapi batu besar ini ia tak berdaya, sedang bantuan dari teman-temannya hanya menghasilkan kegagalan belaka.
Salman radhiyallahu 'anhu pergi mendapatkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan minta idzin mengalihkan jalur parit dari garis semula, untuk menghindari batu besar yang tak tergoyahkan itu. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pun pergi bersama Salman radhiyallahu 'anhu untuk melihat sendiri keadaan tempat dan batu besar tadi. Dan setelah menyaksikannya, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam meminta sebuah tembilang dan menyuruh para shahabat mundur dan menghindarkan diri dari pecahan-pecahan batu itu nanti....
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam lalu membaca basmalah dan mengangkat kedua tangannya yang mulia yang sedang memegang erat tembilang itu, dan dengan sekuat tenaga dihunjamkannya ke batu besar itu. Kiranya batu itu terbelah dan dari celah belahannya yang besar keluar lambaian api yang tinggi dan menerangi. "Saya lihat lambaian api itu menerangi pinggiran kota Madinah", kata Salman radhiyallahu 'anhu, sementara Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengucapkan takbir, sabdanya:
Allah Maha Besar! Ahu telah dikaruniai hunci-kunci istana negeri Persi, dan dari lambaian api tadi nampak olehku dengan nyata istana-istana kerajaan Hirah begitu pun kota-kota maharaja Persi dan bahwa ummatku akan menguasai semua itu.
Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengangkat tembilang itu kembali dan memukulkannya ke batu untuk kedua kalinya. Maka tampaklah seperti semula tadi. Pecahan batu besar itu menyemburkan lambaian api yang tinggi dan menerangi, sementara Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bertakbir sabdanya:
Allah Maha Besar! Ahu telah dikaruniai kunci-kunci negeri Romawi, dan tampak nyata olehku istana-istana merahnya, dan bahwa ummatku akan menguasainya.
Kemudian dipukulkannya untuk ketiga kali, dan batu besar itu pun menyerah pecah berderai, sementara sinar yang terpancar daripadanya amat nyala dan terang temarang. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pun mengucapkan la ilaha illallah diikuti dengan gemuruh oleh kaum Muslimin. Lalu diceritakanlah oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bahwa beliau sekarang melihat istana-istana dan mahligai-mahligai di Syria maupun Shan'a, begitu pun di daerah-daerah lain yang suatu ketika nanti akan berada di bawah naungan bendera Allah yang berkibar. Maka dengan keimanan penuh Kaum Muslimin pun serentak berseru:
Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya .... Dan benarlah Allah dan Rasul-Nya.
Salman radhiyallahu 'anhu adalah orang yang mengajukan saran untuk membuat parit. Dan dia pulalah penemu batu yang telah memancarkan rahasia-rahasia dan ramalan-ramalan ghaib, yakni ketika ia meminta tolong kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam Ia berdiri di samping Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menyaksikan cahaya dan mendengar berita gembira itu. Dan dia masih hidup ketika ramalan itu menjadi kenyataan, dilihat bahkan dialami dan dirasakannya sendiri. Dilihatnya kota-kota di Persi dan Romawi, dan dilihatnya mahligai istana di Shan'a, di Mesir, di Syria dan di Irak. Pendeknya disaksikan dengan mata kepalanya bahwa seluruh permukaan bumi seakan berguncang keras, karena seruan mempesona penuh berkah yang berkumandang dari puncak menara-menara tinggi di setiap pelosok, memancarkan sinar hidayah Allah ....Nah, itulah dia sedang duduk di bawah naungan sebatang pohon yang rindang berdaun rimbun, di muka rumahnya di kota Madain; sedang menceriterakan kepada shahabat-shahabatnya perjuangan berat yang dialaminya demi mencari kebenaran, dan mengisahkan kepada mereka bagaimana ia meninggalkan agama nenek moyangnya bangsa Persi, masuk ke dalam agama Nashrani dan dari sana pindah ke dalam Agama Islam. Betapa ia telah meninggalkan kekayaan berlimpah dari orang tuanya dan menjatuhkan dirinya ke dalam lembah kemiskinan demi kebebasan fikiran dan jiwanya .. .! Betapa ia dijual di pasar budak dalam mencari kebenaran itu, bagaimana ia berjumpa dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan iman kepadanya ...!
Marilah kita dekati majlisnya yang mulia dan kita dengarkan kisah menakjubkan yang diceriterakannya!
"Aku berasal dari Isfahan, warga suatu desa yang bernama "Ji". Bapakku seorang bupati di daerah itu, dan aku merupakan makhluq Allah yang paling disayanginya. Aku membaktikan diri dalam agama majusi, hingga diserahi tugas sebagai penjaga api yang bertanggung jawab atas nyalanya dan tidak membiarkannya padam.
Bapakku memiliki sebidang tanah, dan pada suatu hari aku disuruhnya ke sana. Dalam perjalanan ke tempat tujuan, aku lewat di sebuah gereja milik kaum Nashrani. Kudengar mereka sedang sembahyang, maka aku masuk ke dalam untuk melihat apa yang mereka lakukan. Aku kagum melihat cara mereka sembahyang, dan kataku dalam hati: "Ini lebih baik dari apa yang aku anut selama ini!" Aku tidak beranjak dari tempat itu sampai matahari terbenam, dan tidak jadi pergi ke tanah milik bapakku serta tidak pula kembali pulang, hingga bapak mengirim orang untuk menyusulku.
Karena agama mereka menarik perhatianku, kutanyakan kepada orang-orang Nashrani dari mana asal-usul agama mereka. "Dari Syria",ujar mereka.
Ketika telah berada di hadapan bapakku, kukatakan kepadanya: "Aku lewat pada suatu kaum yang sedang melakukan upacara sembahyang di gereja. Upacara mereka amat mengagumkanku. Kulihat pula agama mereka lebih baik dari agama kita". Kami pun bersoal-jawab melakukan diskusi dengan bapakku dan berakhir dengan dirantainya kakiku dan dipenjarakannya diriku ....
Kepada orang-orang Nashrani kukirim berita bahwa aku telah menganut agama mereka. Kuminta pula agar bila datang rombongan dari Syria, supaya aku diberi tahu sebelum mereka kembali, karena aku akan ikut bersama mereka ke sana. Permintaanku itu mereka kabulkan, maka kuputuskan rantai. Lalu meloloskan diri dari penjara dan menggabungkan diri kepada rombongan itu menuju Syria.
Sesampainya di sana kutanyakan seorang ahli dalam agama itu, dijawabnya bahwa ia adalah uskup pemilik gereja. Maka datanglah aku kepadanya, kuceriterakan keadaanku. Akhirnya tinggallah aku bersamanya sebagai pelayan, melaksanakan ajaran mereka dan belajar, Sayang uskup ini seorang yang tidak baik beragamanya, karena dikumpulkannya sedekah dari orang-orang dengan alasan untuk dibagikan, ternyata disimpan untuk dirinya pribadi. Kemudian uskup itu wafat ....dan mereka mengangkat orang lain sebagai gantinya. Dan kulihat tak seorang pun yang lebih baik beragamanya dari uskup baru ini. Aku pun mencintainya demikian rupa, sehingga hatiku merasa tak seorang pun yang lebih kucintai sebelum itu dari padanya.
Dan tatkala ajalnya telah dekat, tanyaku padanya: "Sebagai anda maklumi, telah dekat saat berlakunya taqdir Allah atas diri anda. Maka apakah yang harus kuperbuat, dan siapakah sebaiknya yang harus kuhubungi. "Anakku!", ujamya: "tak seorang pun menurut pengetahuanku yang sama langkahnya dengan aku, kecuali seorang pemimpin yang tinggal di Mosul".
Lalu tatkala ia wafat aku pun berangkat ke Mosul dan menghubungi pendeta yang disebutkannya itu. Kuceriterakan kepadanya pesan dari uskup tadi dan aku tinggal bersamanya selama waktu yang dikehendaki Allah.
Kemudian tatkala ajalnya telah dekat pula, kutanyakan kepadanya siapa yang harus kuturuti. Ditunjukkannyalah orang shalih yang tinggal di Nasibin. Aku datang kepadanya dan ku ceriterakan perihalku, lalu tinggal bersamanya selama waktu yang dikehendaki Allah pula.
Tatkala ia hendak meninggal, kubertanya pula kepadanya. Maka disuruhnya aku menghubungi seorang pemimpin yang tinggal di 'Amuria, suatu kota yang termasuk wilayah Romawi.
Aku berangkat ke sana dan tinggal bersamanya, sedang sebagai bekal hidup aku berternak sapi dan kambing beberapa ekor banyaknya.
Kemudian dekatlah pula ajalnya dan kutanyakan padanya kepada siapa aku dipercayakannya. Ujarnya: "Anakku.' Tak seorang pun yang kukenal serupa dengan kita keadaannya dan dapat kupercayakan engkau padanya. Tetapi sekarang telah dekat datangnya masa kebangkitan seorang Nabi yang mengikuti agama Ibrahim secara murni. la nanti akan hijrah he suatu tempat yang ditumbuhi kurma dan terletak di antara dua bidang tanah berbatu-batu hitam. Seandainya kamu dapat pergi ke sana, temuilah dia, la mempunyai tanda-tanda yang jelas dan gamblang: ia tidak mau makan shadaqah, sebaliknya bersedia menerima hadiah dan di pundaknya ada cap kenabian yang bila kau melihatnya, segeralah kau mengenalinya':
Kebetulan pada suatu hari lewatlah suatu rombongan berkendaraan, lalu kutanyakan dari mana mereka datang. Tahulah aku bahwa mereka dari jazirah Arab, maka kataku kepada mereka: "Maukah kalian membawaku ke negeri kalian, dan sebagai imbalannya kuberikan kepada kalian sapi-sapi dan kambing-kambingku ini?" "Baiklah", ujar mereka.
Demikianlah mereka membawaku serta dalam perjalanan hingga sampai di suatu negeri yang bernama Wadil Qura. Di sana aku mengalami penganiayaan, mereka menjualku kepada seorang yahudi. Ketika tampak olehku banyak pohon kurma, aku berharap kiranya negeri ini yang disebutkan pendeta kepadaku dulu, yakni yang akan menjadi tempat hijrah Nabi yang ditunggu. Ternyata dugaanku meleset.
Mulai saat itu aku tinggal bersama orang yang membeliku, hingga pada suatu hari datang seorang yahudi Bani Quraizhah yang membeliku pula daripadanya. Aku dibawanya ke Madinah, dan demi Allah baru saja kulihat negeri itu, aku pun yakin itulah negeri yang disebutkan dulu.
Aku tinggal bersama yahudi itu dan bekerja di perkebunan kurma milik Bani Quraizhah, hingga datang saat dibangkitkannya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang datang ke Madinah dan singgah pada Bani 'Amar bin 'Auf di Quba.
Pada suatu hari, ketika aku berada di puncak pohon kurma sedang majikanku lagi duduk di bawahnya, tiba-tiba datang seorang yahudi saudara sepupunya yang mengatakan padanya:
"Bani Qilah celaka! Mereka berkerumun mengelilingi seorang laki-laki di Quba yang datang dari Mekah dan mengaku sebagai Nabi Demi Allah, baru saja ia mengucapkan kata-kata itu, tubuhku-pun bergetar keras hingga pohon kurma itu bagai bergoncang dan hampir saja aku jatuh menimpa majikanku. Aku segera turun dan kataku kepada orang tadi: "Apa kata anda?" Ada berita apakah?" Majikanku mengangkat tangan lalu meninjuku sekuatnya, serta bentaknya: "Apa urusanmu dengan ini, ayoh kembali ke pekerjaanmu!" Maka aku pun kembalilah bekerja ...
Setelah hari petang, kukumpulkan segala yang ada padaku, lalu keluar dan pergi menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam di Quba. Aku masuk kepadanya ketika beliau sedang duduk bersama beberapa orang anggota rombongan. Lalu kataku kepadanya: "Tuan-tuan adalah perantau yang sedang dalam kebutuhan. Kebetulan aku mempunyai persediaan makanan yang telah kujanjikan untuk sedeqah. Dan setelah mendengar keadaan tuan-tuan, maka menurut hematku, tuan-tuanlah yang lebih layak menerimanya, dan makanan itu kubawa ke sini". Lalu makanan itu kutaruh di hadapannya.
"Makanlah dengan nama Allah". sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kepada para shahabatnya, tetapi beliau tak sedikit pun mengulurkan tangannya menjamah makanan itu. "Nah, demi Allah!" kataku dalam hati, inilah satu dari tanda-tandanya ... bahwa ia tah mau memakan harta sedeqah':
Aku kembali pulang, tetapi pagi-pagi keesokan harinya aku kembali menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sambil membawa makanan, serta kataku kepadanya: "Kulihat tuan tak hendak makan sedeqah, tetapi aku mempunyai sesuatu yang ingin kuserahkan kepada tuan sebagai hadiah'', lalu kutaruh makanan di hadapannya. Maka sabdanya kepada shahabatnya: 'Makanlah dengan menyebut nama Allah ! ' Dan beliaupun turut makan bersama mereka. "Demi Allah': kataku dalam hati, inilah tanda yang kedua, bahwa ia bersedia menerima hadiah ':
Aku kembali pulang dan tinggal di tempatku beberapa lama. Kemudian kupergi mencari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan kutemui beliau di Baqi', sedang mengiringkan jenazah dan dikelilingi oleh shahabat-shahabatnya. Ia memakai dua lembar kain lebar, yang satu dipakainya untuk sarung dan yang satu lagi sebagai baju.
Kuucapkan salam kepadanya dan kutolehkan pandangan hendak melihatnya. Rupanya ia mengerti akan maksudku, maka disingkapkannya kain burdah dari lehernya hingga nampak pada pundaknya tanda yang kucari, yaitu cap henabian sebagai disebutkan oleh pendeta dulu.
Melihat itu aku meratap dan menciuminya sambil menangis. Lalu aku dipanggil menghadap oleh Rasulullah. Aku duduk di hadapannya, lalu kuceriterakan kisahku kepadanya sebagai yang telah kuceriterakan tadi.
Kemudian aku masuk Islam, dan perbudakan menjadi penghalang bagiku untuk menyertai perang Badar dan Uhud. Lalu pada suatu hari Rasulullah menitahkan padaku:'Mintalah pada majihanmu agar ia bersedia membebashanmu dengan menerima uang tebusan."
Maka kumintalah kepada majikanku sebagaimana dititahkan Rasulullah, sementara Rasulullah menyuruh para shahabat untuk membantuku dalam soal keuangan.
Demikianlah aku dimerdekakan oleh Allah, dan hidup sebagai seorang Muslim yang bebas merdeka, serta mengambil bagian bersama Rasulullah dalam perang Khandaq dan peperangan lainnya.
Dengan kalimat-kalimat yang jelas dan manis, Salman radhiyallahu 'anhu menceriterakan kepada kita usaha keras dan perjuangan besar serta mulia untuk mencari hakikat keagamaan, yang akhirnya dapat sampai kepada Allah Ta'ala dan membekas sebagai jalan hidup yang harus ditempuhnya ....
Corak manusia ulung manakah orang ini? Dan keunggulan besar manakah yang mendesak jiwanya yang agung dan melecut kemauannya yang keras untuk mengatasi segala kesulitan dan membuatnya mungkin barang yang kelihatan mustahil? Kehausan dan kegandrungan terhadap kebenaran manakah yang telah menyebabkan pemiliknya rela meninggalkan kampung halaman berikut harta benda dan segala macam kesenangan, lalu pergi menempuh daerah yang belum dikenal -- dengan segala halangan dan beban penderitaan -- pindah dari satu daerah ke daerah lain, dari satu negeri ke negeri lain, tak kenal letih atau lelah, di samping tak lupa beribadah secara tekun ...?
Sementara pandangannya yang tajam selalu mengawasi manusia, menyelidiki kehidupan dan aliran mereka yang berbeda, sedang tujuannya yang utama tak pernah beranjak dari semula, yang tiada lain hanya mencari kebenaran. Begitu pun pengurbanan mulia yang dibaktikannya demi mencapai hidayah Allah, sampai ia diperjual belikan sebagai budak belian ...Dan akhirnya ia diberi Allah ganjaran setimpal hingga dipertemukan dengan al-Haq dan dipersuakan dengan Rasul-Nya, lalu dikaruniai usia lanjut, hingga ia dapat menyaksikan dengan kedua matanya bagaimana panji-panji Allah berkibaran di seluruh pelosok dunia, sementara ummat Islam mengisi ruangan dan sudut-sudutnya dengan hidayah dan petunjuk Allah, dengan kemakmuran dan keadilan.. .!
Bagaimana akhir kesudahan yang dapat kita harapkan dari seorang tokoh yang tulus hati dan keras kemauannya demikian rupa? Sungguh, keislaman Salman radhiyallahu 'anhu adalah keislamannya orang-orang utama dan taqwa. Dan dalam kecerdasan, kesahajaan dan kebebasan dari pengaruh dunia, maka keadaannya mirip sekali dengan Umar bin Khatthab.
Ia pernah tinggal bersama Abu Darda di sebuah rumah beberapa hari lamanya. Sedang kebiasaan Abu Darda beribadah di waktu malam dan shaum di waktu siang. Salman radhiyallahu 'anhu melarangnya berlebih-lebihan dalam beribadah seperti itu.
Pada suatu hari Salman radhiyallahu 'anhu bermaksud hendak mematahkan niat Abu Darda untuk shaum sunnat esok hari. Dia menyalahkannya: "Apakah engkau hendak melarangku shaum dan shalat karena Allah?" Maka jawab Salman radhiyallahu 'anhu: "Sesungguhnya kedua matamu mempunyai hak atas dirimu, demikian pula keluargamu mempunyai hak atas dirimu. Di samping engkau shaum, berbukalah; dan di samping melakukan shalat, tidurlah!"
Peristiwa itu sampai ke telinga Rasulullah, maka sabdanya: Sungguh Salman radhiyallahu 'anhu telah dipenuhi dengan ilmu.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sendiri sering memuji kecerdasan Salman radhiyallahu 'anhu serta ketinggian ilmunya, sebagaimana beliau memuji Agama dan budi pekertinya yang luhur. Di waktu perang Khandaq, kaum Anshar sama berdiri dan berkata: "Salman radhiyallahu 'anhu dari golongan kami". Bangkitlah pula kaum Muhajirin, kata mereka: "Tidak, ia dari golongan kami!" Mereka pun dipanggil oleh Rasurullah shallallahu 'alaihi wasallam, dan sabdanya: Salman adalah golongan kami, ahlul Bait.
Dan memang selayaknyalah jika Salman radhiyallahu 'anhu mendapat kehormatan seperti itu ...!
Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu menggelari Salman radhiyallahu 'anhu dengan "Luqmanul Hakim". Dan sewaktu ditanya mengenai Salman, yang ketika itu telah wafat, maka jawabnya: "Ia adalah seorang yang datang dari kami dan kembali kepada kami Ahlul Bait. Siapa pula di antara kalian yang akan dapat menyamai Luqmanul Hakim. Ia telah beroleh ilmu yang pertama begitu pula ilmu yang terakhir. Dan telah dibacanya kitab yang pertama dan juga kitab yang terakhir. Tak ubahnya ia bagai lautan yang airnya tak pernah kering".
Dalam kalbu para shahabat umumnya, pribadii Salman radhiyallahu 'anhu telah mendapat kedudukan mulia dan derajat utama. Di masa pemerintahan Khalifah Umar radhiyallahu 'anhu ia datang berkunjung ke Madinah. Maka Umar melakukan penyambutan yang setahu kita belum penah dilakukannya kepada siapa pun juga. Dikumpulkannya para shahabat dan mengajak mereka: "Marilah kita pergi menyambut Salman radhiyallahu 'anhu!" Lalu ia keluar bersama mereka menuju pinggiran kota Madinah untuk menyambutnya ...
Semenjak bertemu dengan Rasulullah dan iman kepadanya, Salman radhiyallahu 'anhu hidup sebagai seorang Muslim yang merdeka, sebagai pejuang dan selalu berbakti. Ia pun mengalami kehidupan masa Khalifah Abu Bakar radhiyallahu 'anhu; kemudian di masa Amirul Mu'minin Umar radhiyallahu 'anhu; lalu di masa Khalifah Utsman radhiyallahu 'anhu, di waktu mana ia kembali ke hadlirat Tuhannya.
Di tahun-tahun kejayaan ummat Islam, panji-panji Islam telah berkibar di seluruh penjuru, harta benda yang tak sedikit jumlahnya mengalir ke Madinah sebagai pusat pemerintahan baik sebagai upeti ataupun pajak untuk kemudian diatur pembagiannya menurut ketentuan Islam, hingga negara mampu memberikan gaji dan tunjangan tetap. Sebagai akibatnya banyaklah timbul masalah pertanggungjawaban secara hukum mengenai perimbangan dan cara pembagian itu, hingga pekerjaan pun bertumpuk dan jabatan tambah meningkat.
Maka dalam gundukan harta negara yang berlimpah ruah itu, di manakah kita dapat menemukan Salman radhiyallahu 'anhu? Di manakah kita dapat menjumpainya di saat kekayaan dan kejayaan, kesenangan dan kemakmuran itu ...?
Bukalah mata anda dengan baik! Tampaklah oleh anda seorang tua berwibawa duduk di sana di bawah naungan pohon, sedang asyik memanfaatkan sisa waktunya di samping berbakti untuk negara, menganyam dan menjalin daun kurma untuk dijadikan bakul atau keranjang.
Nah, itulah dia Salman radhiyallahu 'anhu Perhatikanlah lagi dengan cermat! Lihatlah kainnya yang pendek, karena amat pendeknya sampai terbuka kedua lututnya. Padahal ia seorang tua yang berwibawa, mampu dan tidak berkekurangan. Tunjangan yang diperolehnya tidak sedikit, antara empat sampai enam ribu setahun. Tapi semua itu disumbangkannya habis, satu dirham pun tak diambil untuk dirinya. Katanya: "Untuk bahannya kubeli daun satu dirham, lalu kuperbuat dan kujual tiga dirham.
Yang satu dirham kuambil untuk modal, satu dirham lagi untuk nafkah keluargaku, sedang satu dirham sisanya untuk shadaqah. Seandainya Umar bin Khatthab radhiyallahu 'anhu melarangku berbuat demikian, sekali-kali tiadalah akan kuhentikan!"
Lalu bagaimana wahai ummat Rasulullah? Betapa wahai peri kemanusiaan, di mana saja dan kapan saja? Ketika mendengar sebagian shahabat dan kehidupannya yang amat bersahaja, seperti Abu Bakar, Umar, Abu Dzar radhiyallahu 'anhum dan lain-lain; sebagian kita menyangka bahwa itu disebabkan suasana lingkungan padang pasir, di mana seorang Arab hanya dapat menutupi keperluan dirinya secara bersahaja.
Tetapi sekarang kita berhadapan dengan seorang putera Persi, suatu negeri yang terkenal dengan kemewahan dan kesenangan serta hidup boros, sedang ia bukan dari golongan miskin atau bawahan, tapi dari golongan berpunya dan kelas tinggi. Kenapa ia sekarang menolak harta, kekayaan dan kesenangan; bertahan dengan kehidupan bersahaja, tiada lebih dari satu dirham tiap harinya, yang diperoleh dari hasil jerih payahnya sendiri.. .? kenapa ditolaknya pangkat dan tak bersedia menerimanya?
Katanya: "Seandainya kamu masih mampu makan tanah asal tak membawahi dua orang manusia --, maka lakukanlah!" Kenapa ia menolak pangkat dan jabatan, kecuali jika mengepalai sepasukan tentara yang pergi menuju medan perang? Atau dalam suasana tiada seorang pun yang mampu memikul tanggung jawab kecuali dia, hingga terpaksa ia melakukannya dengan hati murung dan jiwa merintih? Lalu kenapa ketika memegang jabatan yang mesti dipikulnya, ia tidak mau menerima tunjangan yang diberikan padanya secara halal?
Diriwayatkan eleh Hisyam bin Hisan dari Hasan: "Tunjangan Salman radhiyallahu 'anhu sebanyak lima ribu setahun, (gambaran kesederhanaannya) ketika ia berpidato di hadapan tigapuluh ribu orang separuh baju luarnya (aba'ah) dijadikan alas duduknya dan separoh lagi menutupi badannya. Jika tunjangan keluar, maka dibagi-bagikannya sampai habis, sedang untuk nafqahnya dari hasil usaha kedua tangannya".
Kenapa ia melakukan perbuatan seperti itu dan amat zuhud kepada dunia, padahal ia seorang putera Persi yang biasa tenggelam dalam kesenangan dan dipengaruhi arus kemajuan? Marilah kita dengar jawaban yang diberikannya ketika berada di atas pembaringan menjelang ajalnya, sewaktu ruhnya yang mulia telah bersiap-siap untuk kembali menemui Tuhannya Yang Maha Tinggi lagi Maha Pengasih.
Sa'ad bin Abi Waqqash datang menjenguknya, lalu Salman radhiyallahu 'anhu menangis. "Apa yang anda tangiskan, wahai Abu Abdillah",') tanya Sa'ad, "padahal Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam wafat dalam keadaan ridla kepada anda?" "Demi Allah, ujar Salman radhiyallahu 'anhu, "daku menangis bukanlah karena takut mati ataupun mengharap kemewahan dunia, hanya Rasulullah telah menyampaikan suatu pesan kepada kita, sabdanya:
Hendaklah bagian masing-masingmu dari kekayaan dunia ini seperti bekal seorang pengendara, padahal harta milikku begini banyaknya"
Kata Sa'ad: "Saya perhatikan, tak ada yang tampak di sekelilingku kecuali satu piring dan sebuah baskom. Lalu kataku padanya: "Wahai Abu Abdillah, berilah kami suatu pesan yang akan kami ingat selalu darimu!" Maka ujamya: "Wahai Sa'ad!
Ingatlah Allah di kala dukamu, sedang kau derita.
Dan pada putusanmu jika kamu menghukumi.
Dan pada saat tanganmu melakukan pembagian".
Rupanya inilah yang telah mengisi kalbu Salman radhiyallahu 'anhu mengenai kekayaan dan kepuasan. Ia telah memenuhinya dengan zuhud terhadap dunia dan segala harta, pangkat dengan pengaruhnya; yaitu pesan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kepadanya dan kepada semua shahabatnya, agar mereha tidak dikuasai oleh dunia dan tidak mengambil bagian daripadanya, kecuali sekedar bekal seorang pengendara.
Salman radhiyallahu 'anhu telah memenuhi pesan itu sebaik-baiknya, namun air matanya masih jatuh berderai ketika ruhnya telah siap untuk berangkat; khawatir kalau-kalau ia telah melampaui batas yang ditetapkan. Tak terdapat di ruangannya kecuali sebuah piring wadah makannya dan sebuah baskom untuk tempat minum dan wudlu .:., tetapi walau demikian ia menganggap dirinya telah berlaku boros .... Nah, bukankah telah kami ceritakan kepada anda bahwa ia mirip sekali dengan Umar?
Pada hari-hari ia bertugas sebagai Amir atau kepala daerah di Madain, keadaannya tak sedikit pun berubah. Sebagai telah kita ketahui, ia menolak untuk menerima gaji sebagai amir, satu dirham sekalipun. Ia tetap mengambil nafkahnya dari hasil menganyam daun kurma, sedang pakaiannya tidak lebih dari sehelai baju luar, dalam kesederhanaan dan kesahajaannya tak berbeda dengan baju usangnya.
Pada suatu hari, ketika sedang berjalan di suatu jalan raya, ia didatangi seorang laki-laki dari Syria yang membawa sepikul buah tin dan kurma. Rupanya beban itu amat berat, hingga melelahkannya. Demi dilihat olehnya seorang laki-laki yang tampak sebagai orang biasa dan dari golongan tak berpunya, terpikirlah hendak menyuruh laki-laki itu membawa buah-buahan dengan diberi imbalan atas jerih payahnya bila telah sampai ke tempat tujuan. Ia memberi isyarat supaya datang kepadanya, dan Salman radhiyallahu 'anhu menurut dengan patuh. "Tolong bawakan barangku ini!", kata orang dari Syria itu. Maka barang itu pun dipikullah oleh Salman radhiyallahu 'anhu, lalu berdua mereka berjalan bersama-sama.
Di tengah perjalanan mereka berpapasan dengan satu rombongan. Salman radhiyallahu 'anhu memberi salam kepada mereka, yang dijawabnya sambil berhenti: "Juga kepada amir, kami ucapkan salam" "Juga kepada amir?" Amir mana yang mereka maksudkan?" tanya orang Syria itu dalam hati. Keheranannya kian bertambah ketika dilihatnya sebagian dari anggota rombongan segera menuju beban yang dipikul oleh Salman radhiyallahu 'anhu dengan maksud hendak menggantikannya, kata mereka: "Berikanlah kepada kami wahai amir!"
Sekarang mengertilah orang Syria itu bahwa kulinya tiada lain Salman al-Farisi radhiyallahu 'anhu, amir dari kota Madain. Orang itu pun menjadi gugup, kata-kata penyesalan dan permintaan maaf bagai mengalir dari bibirnya. Ia mendekat hendak menarik beban itu dari tangannya, tetapi Salman radhiyallahu 'anhu menolak, dan berkata sambil menggelengkan kepala: "Tidak, sebelum kuantarkan sampai ke rumahmu!
Suatu ketika Salman radhiyallahu 'anhu pernah ditanyai orang: Apa sebabnya anda tidak menyukai jabatan sebagai amir? Jawabnya: "Karena manis wahtu memegangnya tapi pahit waktu melepaskannya!"
Pada waktu yang lain, seorang shahabat memasuki rumah Salman radhiyallahu 'anhu, didapatinya ia sedang duduk menggodok tepung, maka tanya shahabat itu: Ke mana pelayan? Ujarnya: "Saya suruh untuk suatu keperluan, maka saya tak ingin ia harus melakukan dua pekerjaan sekaligus''
Apa sebenarnya yang kita sebut "rumah" itu? Baiklah kita ceritakan bagaimana keadaan rumah itu yang sebenamya. Ketika hendak mendirikan bangunan yang berlebihan disebut sebagai "rumah'' itu, Salman radhiyallahu 'anhu bertanya kepada tukangnya: "Bagaimana corak rumah yang hendak anda dirikan?" Kebetulan tukang bangunan ini seorang 'arif bijaksana, mengetahui kesederhanaan Salman radhiyallahu 'anhu dan sifatnya yang tak suka bermewah mewah. Maka ujarnya: "Jangan anda khawatir! rumah itu merupakan bangunan yang dapat digunakan bernaung di waktu panas dan tempat berteduh di waktu hujan. Andainya anda berdiri, maka kepala anda akan sampai pada langit-langitnya; dan jika anda berbaring, maka kaki anda akan terantuk pada dindingnya". "Benar", ujar Salman radhiyallahu 'anhu, "seperti itulah seharusnya rumah yang akan anda bangun!"
Tak satu pun barang berharga dalam kehidupan dunia ini yang digemari atau diutamakan oleh Salman radhiyallahu 'anhu sedikit pun, kecuali suatu barang yang memang amat diharapkan dan dipentingkannya, bahkan telah dititipkan kepada isterinya untuk disimpan di tempat yang tersembunyi dan aman.
Ketika dalam sakit yang membawa ajalnya, yaitu pada pagi hari kepergiannya, dipanggillah isterinya untuk mengambil titipannya dahulu. Kiranya hanyalah seikat kesturi yang diperolehnya waktu pembebasan Jalula dahulu. Barang itu sengaja disimpan untuk wangi-wangian di hari wafatnya. Kemudian sang isteri disuruhnya mengambil secangkir air, ditaburinya dengan kesturi yang dikacau dengan tangannya, lalu kata Salman radhiyallahu 'anhu kepada isterinya: "Percikkanlah air ini ke sekelilingku ... Sekarang telah hadir di hadapanku makhluq Allah') yang tiada dapat makan, hanyalah gemar wangi-wangian Setelah selesai, ia berkata kepada isterinya: "Tutupkanlah pintu dan turunlah!" Perintah itu pun diturut oleh isterinya.
Dan tak lama antaranya isterinya kembali masuk, didapatinya ruh yang beroleh barkah telah meninggalkan dunia dan berpisah dari jasadnya ... Ia telah mencapai alam tinggi, dibawa terbang oleh sayap kerinduan; rindu memenuhi janjinya, untuk bertemu lagi dengan Rasulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam dan dengan kedua shahabatnya Abu Bakar dan Umar, serta tokoh-tolroh mulia lainnya dari golongan syuhada dan orang-orang utama ....
Salman radhiyallahu 'anhu .... Lamalah sudah terobati hati rindunya Terasa puas, hapus haus hilang dahaga. Semoga Ridla dan Rahmat Allah menyertainya.
1) yang dimaksud makhluq Allah di sini, Malaikat. Marhaban Ya Ramadhan August 11, 2010 New Google SEO Bandung, Indonesia
( Pencari Kebenaran )
Dari Persi datangnya pahlawan kali ini. Dan dari Persi pula Agama Islam nanti dianut oleh orang-orang Mu'min yang tidak sedikit jumlahnya, dari kalangan mereka muncul pribadi-pribadi istimewa yang tiada taranya, baik dalam bidang kedalam ilmu pengetahuan dan ilmuan dan keagamaan, maupun keduniaan.
Dan memang, salah satu dari keistimewaan dan kebesaran al-Islam ialah, setiap ia memasuki suatu negeri dari negeri-negeri Allah, maka dengan keajaiban luar biasa dibangkitkannya setiap keahlian, digerakkannya segala kemampuan serta digalinya bakat-bakat terpendam dari warga dan penduduk negeri itu, hingga bermunculanlah filosof-filosof Islam, dokter-dokter Islam, ahli-ahli falak Islam, ahli-ahli fiqih Islam, ahli-ahli ilmu pasti Islam dan penemu-penemu mutiara Islam .
Ternyata bahwa pentolan-pentolan itu berasal dari setiap penjuru dan muncul dari setiap bangsa, hingga masa-masa pertama perkembangan Islam penuh dengan tokoh-tokoh luar biasa dalam segala lapangan, baik cita maupun karsa, yang berlainan tanah air dan suku bangsanya, tetapi satu Agama. Dan perkembangan yang penuh berkah dari Agama ini telah lebih dulu dikabarkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, bahkan beliau telah menerima janji yang benar dari Tuhannya Yang Maha Besar lagi Maha Mengetahui. Pada suatu hari diangkatlah baginya jarak pemisah dari tempat dan waktu, hingga disaksikannyalah dengan mata kepala panji-panji Islam berkibar di kota-kota di muka bumi, serta di istana dan mahligai-mahligai para penduduknya.
Salman radhiyallahu 'anhu sendiri turut menvaksikan hal tersebut, karena ia memang terlibat dan mempunyai hubungan erat dengan kejadian itu. Peristiwa itu terjadi waktu perang Khandaq, yaitu pada tahun kelima Hijrah. Beberapa orang pemuka Yahudi pergi ke Mekah menghasut orang-orang musyrik dan golongan-golongan kuffar agar bersekutu menghadapi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan Kaum Muslimin, serta mereka berjanji akan memberikan bantuan dalam perang penentuan vang akan menumbangkan serta mencabut urat akar Agama baru ini.
Siasat dan taktik perang pun diaturlah secara licik, bahwa tentara Quraisy dan Ghathfan akan menyerang kota Madinah dari luar, sementara Bani Quraidlah (Yahudi) akan menyerang-nya dari dalam -- yaitu dari belakang barisan Kaum Muslimim sehingga mereka akan terjepit dari dua arah, karenanya mereka akan hancur lumat dan hanya tinggal nama belaka.
Demikianlah pada suatu hari Kaum Muslimin tiba-tiba melihat datangnya pasukan tentara yang besar mendekati kota Madinah, membawa perbekalan banyak dan persenjataan lengkap untuk menghancurkan. Kaum Muslimin panik dan mereka bagaikan kehilangan akal melihat hal yang tidak diduga-duga itu. Keadaan mereka dilukiskan oleh al-Quran sebagai berikut:
Ketika mereka datang dari sebelah atas dan dari arah bawahmu, dan tatkala pandangan matamu telah berputar liar, seolah-olah hatimu telah nakh sampai kerongkongan, dan kamu menaruh sangkaan yang bukan-bukan terhadap Allah. (Q.S. 33 al-Ahzab:l0)
Dua puluh empat ribu orang prajurit di bawah pimpinan Abu Sufyan dan Uyainah bin Hishn menghampiri kota Madinah dengan maksud hendak mengepung dan melepaskan pukulan menentukan yang akan menghabisi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, Agama serta para shahabatnya.
Pasukan tentara ini tidak saja terdiri dari orang-orang Quraisy, tetapi juga dari berbagai kabilah atau suku yang menganggap Islam sebagai lawan yang membahayakan mereka. Dan peristiwa ini merupakan percobaan akhir dan menentukan dari fihak musuh-musuh Islam, baik dari perorangan, maupun dari suku dan golongan.
Kaum Muslimin menginsafi keadaan mereka yang gawat ini, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam-pun mengumpulkan para shahabatnya untuk bermusyawarah. Dan tentu saja mereka semua setuju untuk bertahan dan mengangkat senjata, tetapi apa yang harus mereka lakukan untuk bertahan itu?
Ketika itulah tampil seorang yang tinggi jangkung dan berambut lebat, seorang yang disayangi dan amat dihormati oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam Itulah dia Salman al-Farisi radhiyallahu 'anhu!' Dari tempat ketinggian ia melayangkan pandang meninjau sekitar Madinah, dan sebagai telah dikenalnya juga didapatinya kota itu di lingkung gunung dan bukit-bukit batu yang tak ubah bagai benteng juga layaknya. Hanya di sana terdapat pula daerah terbuka, luas dan terbentang panjang, hingga dengan mudah akan dapat diserbu musuh untuk memasuki benteng pertahanan.
Di negerinya Persi, Salman radhiyallahu 'anhu telah mempunyai pengalaman luas tentang teknik dan sarana perang, begitu pun tentang siasat dan liku-likunya. Maka tampillah ia mengajukan suatu usul kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yaitu suatu rencana yang belum pernah dikenal oleh orang-orang Arab dalam peperangan mereka selama ini. Rencana itu berupa penggalian khandaq atau parit perlindungan sepanjang daerah terbuka keliling kota.
Dan hanya Allah yang lebih mengetahui apa yang akan dialami Kaum Muslimin dalam peperangan itu seandainya mereka tidak menggali parit atau usul Salman radhiyallahu 'anhu tersebut.
Demi Quraisy menyaksikan parit terbentang di hadapannya, mereka merasa terpukul melihat hal yang tidak disangka-sangka itu, hingga tidak kurang sebulan lamanya kekuatan mereka bagai terpaku di kemah-kemah karena tidak berdaya menerobos kota.
Dan akhirnya pada suatu malam Allah Ta'ala mengirim angin topan yang menerbangkan kemah-kemah dan memporak-porandakan tentara mereka. Abu Sufyan pun menyerukan kepada anak buahnya agar kembali pulang ke kampung mereka ... dalam keadaan kecewa dan berputus asa serta menderita kekalahan pahit ...
Sewaktu menggali parit, Salman radhiyallahu 'anhu tidak ketinggalan bekerja bersama Kaum Muslimin yang sibuk menggali tanah. Juga Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ikut membawa tembilang dan membelah batu. Kebetulan di tempat penggalian Salman radhiyallahu 'anhu bersama kawan-kawannya, tembilang mereka terbentur pada sebuah batu besar.
Salman radhiyallahu 'anhu seorang yang berperawakan kukuh dan bertenaga besar. Sekali ayun dari lengannya yang kuat akan dapat membelah batu dan memecahnya menjadi pecahan-pecahan kecil. Tetapi menghadapi batu besar ini ia tak berdaya, sedang bantuan dari teman-temannya hanya menghasilkan kegagalan belaka.
Salman radhiyallahu 'anhu pergi mendapatkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan minta idzin mengalihkan jalur parit dari garis semula, untuk menghindari batu besar yang tak tergoyahkan itu. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pun pergi bersama Salman radhiyallahu 'anhu untuk melihat sendiri keadaan tempat dan batu besar tadi. Dan setelah menyaksikannya, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam meminta sebuah tembilang dan menyuruh para shahabat mundur dan menghindarkan diri dari pecahan-pecahan batu itu nanti....
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam lalu membaca basmalah dan mengangkat kedua tangannya yang mulia yang sedang memegang erat tembilang itu, dan dengan sekuat tenaga dihunjamkannya ke batu besar itu. Kiranya batu itu terbelah dan dari celah belahannya yang besar keluar lambaian api yang tinggi dan menerangi. "Saya lihat lambaian api itu menerangi pinggiran kota Madinah", kata Salman radhiyallahu 'anhu, sementara Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengucapkan takbir, sabdanya:
Allah Maha Besar! Ahu telah dikaruniai hunci-kunci istana negeri Persi, dan dari lambaian api tadi nampak olehku dengan nyata istana-istana kerajaan Hirah begitu pun kota-kota maharaja Persi dan bahwa ummatku akan menguasai semua itu.
Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengangkat tembilang itu kembali dan memukulkannya ke batu untuk kedua kalinya. Maka tampaklah seperti semula tadi. Pecahan batu besar itu menyemburkan lambaian api yang tinggi dan menerangi, sementara Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bertakbir sabdanya:
Allah Maha Besar! Ahu telah dikaruniai kunci-kunci negeri Romawi, dan tampak nyata olehku istana-istana merahnya, dan bahwa ummatku akan menguasainya.
Kemudian dipukulkannya untuk ketiga kali, dan batu besar itu pun menyerah pecah berderai, sementara sinar yang terpancar daripadanya amat nyala dan terang temarang. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pun mengucapkan la ilaha illallah diikuti dengan gemuruh oleh kaum Muslimin. Lalu diceritakanlah oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bahwa beliau sekarang melihat istana-istana dan mahligai-mahligai di Syria maupun Shan'a, begitu pun di daerah-daerah lain yang suatu ketika nanti akan berada di bawah naungan bendera Allah yang berkibar. Maka dengan keimanan penuh Kaum Muslimin pun serentak berseru:
Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya .... Dan benarlah Allah dan Rasul-Nya.
Salman radhiyallahu 'anhu adalah orang yang mengajukan saran untuk membuat parit. Dan dia pulalah penemu batu yang telah memancarkan rahasia-rahasia dan ramalan-ramalan ghaib, yakni ketika ia meminta tolong kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam Ia berdiri di samping Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menyaksikan cahaya dan mendengar berita gembira itu. Dan dia masih hidup ketika ramalan itu menjadi kenyataan, dilihat bahkan dialami dan dirasakannya sendiri. Dilihatnya kota-kota di Persi dan Romawi, dan dilihatnya mahligai istana di Shan'a, di Mesir, di Syria dan di Irak. Pendeknya disaksikan dengan mata kepalanya bahwa seluruh permukaan bumi seakan berguncang keras, karena seruan mempesona penuh berkah yang berkumandang dari puncak menara-menara tinggi di setiap pelosok, memancarkan sinar hidayah Allah ....Nah, itulah dia sedang duduk di bawah naungan sebatang pohon yang rindang berdaun rimbun, di muka rumahnya di kota Madain; sedang menceriterakan kepada shahabat-shahabatnya perjuangan berat yang dialaminya demi mencari kebenaran, dan mengisahkan kepada mereka bagaimana ia meninggalkan agama nenek moyangnya bangsa Persi, masuk ke dalam agama Nashrani dan dari sana pindah ke dalam Agama Islam. Betapa ia telah meninggalkan kekayaan berlimpah dari orang tuanya dan menjatuhkan dirinya ke dalam lembah kemiskinan demi kebebasan fikiran dan jiwanya .. .! Betapa ia dijual di pasar budak dalam mencari kebenaran itu, bagaimana ia berjumpa dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan iman kepadanya ...!
Marilah kita dekati majlisnya yang mulia dan kita dengarkan kisah menakjubkan yang diceriterakannya!
"Aku berasal dari Isfahan, warga suatu desa yang bernama "Ji". Bapakku seorang bupati di daerah itu, dan aku merupakan makhluq Allah yang paling disayanginya. Aku membaktikan diri dalam agama majusi, hingga diserahi tugas sebagai penjaga api yang bertanggung jawab atas nyalanya dan tidak membiarkannya padam.
Bapakku memiliki sebidang tanah, dan pada suatu hari aku disuruhnya ke sana. Dalam perjalanan ke tempat tujuan, aku lewat di sebuah gereja milik kaum Nashrani. Kudengar mereka sedang sembahyang, maka aku masuk ke dalam untuk melihat apa yang mereka lakukan. Aku kagum melihat cara mereka sembahyang, dan kataku dalam hati: "Ini lebih baik dari apa yang aku anut selama ini!" Aku tidak beranjak dari tempat itu sampai matahari terbenam, dan tidak jadi pergi ke tanah milik bapakku serta tidak pula kembali pulang, hingga bapak mengirim orang untuk menyusulku.
Karena agama mereka menarik perhatianku, kutanyakan kepada orang-orang Nashrani dari mana asal-usul agama mereka. "Dari Syria",ujar mereka.
Ketika telah berada di hadapan bapakku, kukatakan kepadanya: "Aku lewat pada suatu kaum yang sedang melakukan upacara sembahyang di gereja. Upacara mereka amat mengagumkanku. Kulihat pula agama mereka lebih baik dari agama kita". Kami pun bersoal-jawab melakukan diskusi dengan bapakku dan berakhir dengan dirantainya kakiku dan dipenjarakannya diriku ....
Kepada orang-orang Nashrani kukirim berita bahwa aku telah menganut agama mereka. Kuminta pula agar bila datang rombongan dari Syria, supaya aku diberi tahu sebelum mereka kembali, karena aku akan ikut bersama mereka ke sana. Permintaanku itu mereka kabulkan, maka kuputuskan rantai. Lalu meloloskan diri dari penjara dan menggabungkan diri kepada rombongan itu menuju Syria.
Sesampainya di sana kutanyakan seorang ahli dalam agama itu, dijawabnya bahwa ia adalah uskup pemilik gereja. Maka datanglah aku kepadanya, kuceriterakan keadaanku. Akhirnya tinggallah aku bersamanya sebagai pelayan, melaksanakan ajaran mereka dan belajar, Sayang uskup ini seorang yang tidak baik beragamanya, karena dikumpulkannya sedekah dari orang-orang dengan alasan untuk dibagikan, ternyata disimpan untuk dirinya pribadi. Kemudian uskup itu wafat ....dan mereka mengangkat orang lain sebagai gantinya. Dan kulihat tak seorang pun yang lebih baik beragamanya dari uskup baru ini. Aku pun mencintainya demikian rupa, sehingga hatiku merasa tak seorang pun yang lebih kucintai sebelum itu dari padanya.
Dan tatkala ajalnya telah dekat, tanyaku padanya: "Sebagai anda maklumi, telah dekat saat berlakunya taqdir Allah atas diri anda. Maka apakah yang harus kuperbuat, dan siapakah sebaiknya yang harus kuhubungi. "Anakku!", ujamya: "tak seorang pun menurut pengetahuanku yang sama langkahnya dengan aku, kecuali seorang pemimpin yang tinggal di Mosul".
Lalu tatkala ia wafat aku pun berangkat ke Mosul dan menghubungi pendeta yang disebutkannya itu. Kuceriterakan kepadanya pesan dari uskup tadi dan aku tinggal bersamanya selama waktu yang dikehendaki Allah.
Kemudian tatkala ajalnya telah dekat pula, kutanyakan kepadanya siapa yang harus kuturuti. Ditunjukkannyalah orang shalih yang tinggal di Nasibin. Aku datang kepadanya dan ku ceriterakan perihalku, lalu tinggal bersamanya selama waktu yang dikehendaki Allah pula.
Tatkala ia hendak meninggal, kubertanya pula kepadanya. Maka disuruhnya aku menghubungi seorang pemimpin yang tinggal di 'Amuria, suatu kota yang termasuk wilayah Romawi.
Aku berangkat ke sana dan tinggal bersamanya, sedang sebagai bekal hidup aku berternak sapi dan kambing beberapa ekor banyaknya.
Kemudian dekatlah pula ajalnya dan kutanyakan padanya kepada siapa aku dipercayakannya. Ujarnya: "Anakku.' Tak seorang pun yang kukenal serupa dengan kita keadaannya dan dapat kupercayakan engkau padanya. Tetapi sekarang telah dekat datangnya masa kebangkitan seorang Nabi yang mengikuti agama Ibrahim secara murni. la nanti akan hijrah he suatu tempat yang ditumbuhi kurma dan terletak di antara dua bidang tanah berbatu-batu hitam. Seandainya kamu dapat pergi ke sana, temuilah dia, la mempunyai tanda-tanda yang jelas dan gamblang: ia tidak mau makan shadaqah, sebaliknya bersedia menerima hadiah dan di pundaknya ada cap kenabian yang bila kau melihatnya, segeralah kau mengenalinya':
Kebetulan pada suatu hari lewatlah suatu rombongan berkendaraan, lalu kutanyakan dari mana mereka datang. Tahulah aku bahwa mereka dari jazirah Arab, maka kataku kepada mereka: "Maukah kalian membawaku ke negeri kalian, dan sebagai imbalannya kuberikan kepada kalian sapi-sapi dan kambing-kambingku ini?" "Baiklah", ujar mereka.
Demikianlah mereka membawaku serta dalam perjalanan hingga sampai di suatu negeri yang bernama Wadil Qura. Di sana aku mengalami penganiayaan, mereka menjualku kepada seorang yahudi. Ketika tampak olehku banyak pohon kurma, aku berharap kiranya negeri ini yang disebutkan pendeta kepadaku dulu, yakni yang akan menjadi tempat hijrah Nabi yang ditunggu. Ternyata dugaanku meleset.
Mulai saat itu aku tinggal bersama orang yang membeliku, hingga pada suatu hari datang seorang yahudi Bani Quraizhah yang membeliku pula daripadanya. Aku dibawanya ke Madinah, dan demi Allah baru saja kulihat negeri itu, aku pun yakin itulah negeri yang disebutkan dulu.
Aku tinggal bersama yahudi itu dan bekerja di perkebunan kurma milik Bani Quraizhah, hingga datang saat dibangkitkannya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang datang ke Madinah dan singgah pada Bani 'Amar bin 'Auf di Quba.
Pada suatu hari, ketika aku berada di puncak pohon kurma sedang majikanku lagi duduk di bawahnya, tiba-tiba datang seorang yahudi saudara sepupunya yang mengatakan padanya:
"Bani Qilah celaka! Mereka berkerumun mengelilingi seorang laki-laki di Quba yang datang dari Mekah dan mengaku sebagai Nabi Demi Allah, baru saja ia mengucapkan kata-kata itu, tubuhku-pun bergetar keras hingga pohon kurma itu bagai bergoncang dan hampir saja aku jatuh menimpa majikanku. Aku segera turun dan kataku kepada orang tadi: "Apa kata anda?" Ada berita apakah?" Majikanku mengangkat tangan lalu meninjuku sekuatnya, serta bentaknya: "Apa urusanmu dengan ini, ayoh kembali ke pekerjaanmu!" Maka aku pun kembalilah bekerja ...
Setelah hari petang, kukumpulkan segala yang ada padaku, lalu keluar dan pergi menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam di Quba. Aku masuk kepadanya ketika beliau sedang duduk bersama beberapa orang anggota rombongan. Lalu kataku kepadanya: "Tuan-tuan adalah perantau yang sedang dalam kebutuhan. Kebetulan aku mempunyai persediaan makanan yang telah kujanjikan untuk sedeqah. Dan setelah mendengar keadaan tuan-tuan, maka menurut hematku, tuan-tuanlah yang lebih layak menerimanya, dan makanan itu kubawa ke sini". Lalu makanan itu kutaruh di hadapannya.
"Makanlah dengan nama Allah". sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kepada para shahabatnya, tetapi beliau tak sedikit pun mengulurkan tangannya menjamah makanan itu. "Nah, demi Allah!" kataku dalam hati, inilah satu dari tanda-tandanya ... bahwa ia tah mau memakan harta sedeqah':
Aku kembali pulang, tetapi pagi-pagi keesokan harinya aku kembali menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sambil membawa makanan, serta kataku kepadanya: "Kulihat tuan tak hendak makan sedeqah, tetapi aku mempunyai sesuatu yang ingin kuserahkan kepada tuan sebagai hadiah'', lalu kutaruh makanan di hadapannya. Maka sabdanya kepada shahabatnya: 'Makanlah dengan menyebut nama Allah ! ' Dan beliaupun turut makan bersama mereka. "Demi Allah': kataku dalam hati, inilah tanda yang kedua, bahwa ia bersedia menerima hadiah ':
Aku kembali pulang dan tinggal di tempatku beberapa lama. Kemudian kupergi mencari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan kutemui beliau di Baqi', sedang mengiringkan jenazah dan dikelilingi oleh shahabat-shahabatnya. Ia memakai dua lembar kain lebar, yang satu dipakainya untuk sarung dan yang satu lagi sebagai baju.
Kuucapkan salam kepadanya dan kutolehkan pandangan hendak melihatnya. Rupanya ia mengerti akan maksudku, maka disingkapkannya kain burdah dari lehernya hingga nampak pada pundaknya tanda yang kucari, yaitu cap henabian sebagai disebutkan oleh pendeta dulu.
Melihat itu aku meratap dan menciuminya sambil menangis. Lalu aku dipanggil menghadap oleh Rasulullah. Aku duduk di hadapannya, lalu kuceriterakan kisahku kepadanya sebagai yang telah kuceriterakan tadi.
Kemudian aku masuk Islam, dan perbudakan menjadi penghalang bagiku untuk menyertai perang Badar dan Uhud. Lalu pada suatu hari Rasulullah menitahkan padaku:'Mintalah pada majihanmu agar ia bersedia membebashanmu dengan menerima uang tebusan."
Maka kumintalah kepada majikanku sebagaimana dititahkan Rasulullah, sementara Rasulullah menyuruh para shahabat untuk membantuku dalam soal keuangan.
Demikianlah aku dimerdekakan oleh Allah, dan hidup sebagai seorang Muslim yang bebas merdeka, serta mengambil bagian bersama Rasulullah dalam perang Khandaq dan peperangan lainnya.
Dengan kalimat-kalimat yang jelas dan manis, Salman radhiyallahu 'anhu menceriterakan kepada kita usaha keras dan perjuangan besar serta mulia untuk mencari hakikat keagamaan, yang akhirnya dapat sampai kepada Allah Ta'ala dan membekas sebagai jalan hidup yang harus ditempuhnya ....
Corak manusia ulung manakah orang ini? Dan keunggulan besar manakah yang mendesak jiwanya yang agung dan melecut kemauannya yang keras untuk mengatasi segala kesulitan dan membuatnya mungkin barang yang kelihatan mustahil? Kehausan dan kegandrungan terhadap kebenaran manakah yang telah menyebabkan pemiliknya rela meninggalkan kampung halaman berikut harta benda dan segala macam kesenangan, lalu pergi menempuh daerah yang belum dikenal -- dengan segala halangan dan beban penderitaan -- pindah dari satu daerah ke daerah lain, dari satu negeri ke negeri lain, tak kenal letih atau lelah, di samping tak lupa beribadah secara tekun ...?
Sementara pandangannya yang tajam selalu mengawasi manusia, menyelidiki kehidupan dan aliran mereka yang berbeda, sedang tujuannya yang utama tak pernah beranjak dari semula, yang tiada lain hanya mencari kebenaran. Begitu pun pengurbanan mulia yang dibaktikannya demi mencapai hidayah Allah, sampai ia diperjual belikan sebagai budak belian ...Dan akhirnya ia diberi Allah ganjaran setimpal hingga dipertemukan dengan al-Haq dan dipersuakan dengan Rasul-Nya, lalu dikaruniai usia lanjut, hingga ia dapat menyaksikan dengan kedua matanya bagaimana panji-panji Allah berkibaran di seluruh pelosok dunia, sementara ummat Islam mengisi ruangan dan sudut-sudutnya dengan hidayah dan petunjuk Allah, dengan kemakmuran dan keadilan.. .!
Bagaimana akhir kesudahan yang dapat kita harapkan dari seorang tokoh yang tulus hati dan keras kemauannya demikian rupa? Sungguh, keislaman Salman radhiyallahu 'anhu adalah keislamannya orang-orang utama dan taqwa. Dan dalam kecerdasan, kesahajaan dan kebebasan dari pengaruh dunia, maka keadaannya mirip sekali dengan Umar bin Khatthab.
Ia pernah tinggal bersama Abu Darda di sebuah rumah beberapa hari lamanya. Sedang kebiasaan Abu Darda beribadah di waktu malam dan shaum di waktu siang. Salman radhiyallahu 'anhu melarangnya berlebih-lebihan dalam beribadah seperti itu.
Pada suatu hari Salman radhiyallahu 'anhu bermaksud hendak mematahkan niat Abu Darda untuk shaum sunnat esok hari. Dia menyalahkannya: "Apakah engkau hendak melarangku shaum dan shalat karena Allah?" Maka jawab Salman radhiyallahu 'anhu: "Sesungguhnya kedua matamu mempunyai hak atas dirimu, demikian pula keluargamu mempunyai hak atas dirimu. Di samping engkau shaum, berbukalah; dan di samping melakukan shalat, tidurlah!"
Peristiwa itu sampai ke telinga Rasulullah, maka sabdanya: Sungguh Salman radhiyallahu 'anhu telah dipenuhi dengan ilmu.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sendiri sering memuji kecerdasan Salman radhiyallahu 'anhu serta ketinggian ilmunya, sebagaimana beliau memuji Agama dan budi pekertinya yang luhur. Di waktu perang Khandaq, kaum Anshar sama berdiri dan berkata: "Salman radhiyallahu 'anhu dari golongan kami". Bangkitlah pula kaum Muhajirin, kata mereka: "Tidak, ia dari golongan kami!" Mereka pun dipanggil oleh Rasurullah shallallahu 'alaihi wasallam, dan sabdanya: Salman adalah golongan kami, ahlul Bait.
Dan memang selayaknyalah jika Salman radhiyallahu 'anhu mendapat kehormatan seperti itu ...!
Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu menggelari Salman radhiyallahu 'anhu dengan "Luqmanul Hakim". Dan sewaktu ditanya mengenai Salman, yang ketika itu telah wafat, maka jawabnya: "Ia adalah seorang yang datang dari kami dan kembali kepada kami Ahlul Bait. Siapa pula di antara kalian yang akan dapat menyamai Luqmanul Hakim. Ia telah beroleh ilmu yang pertama begitu pula ilmu yang terakhir. Dan telah dibacanya kitab yang pertama dan juga kitab yang terakhir. Tak ubahnya ia bagai lautan yang airnya tak pernah kering".
Dalam kalbu para shahabat umumnya, pribadii Salman radhiyallahu 'anhu telah mendapat kedudukan mulia dan derajat utama. Di masa pemerintahan Khalifah Umar radhiyallahu 'anhu ia datang berkunjung ke Madinah. Maka Umar melakukan penyambutan yang setahu kita belum penah dilakukannya kepada siapa pun juga. Dikumpulkannya para shahabat dan mengajak mereka: "Marilah kita pergi menyambut Salman radhiyallahu 'anhu!" Lalu ia keluar bersama mereka menuju pinggiran kota Madinah untuk menyambutnya ...
Semenjak bertemu dengan Rasulullah dan iman kepadanya, Salman radhiyallahu 'anhu hidup sebagai seorang Muslim yang merdeka, sebagai pejuang dan selalu berbakti. Ia pun mengalami kehidupan masa Khalifah Abu Bakar radhiyallahu 'anhu; kemudian di masa Amirul Mu'minin Umar radhiyallahu 'anhu; lalu di masa Khalifah Utsman radhiyallahu 'anhu, di waktu mana ia kembali ke hadlirat Tuhannya.
Di tahun-tahun kejayaan ummat Islam, panji-panji Islam telah berkibar di seluruh penjuru, harta benda yang tak sedikit jumlahnya mengalir ke Madinah sebagai pusat pemerintahan baik sebagai upeti ataupun pajak untuk kemudian diatur pembagiannya menurut ketentuan Islam, hingga negara mampu memberikan gaji dan tunjangan tetap. Sebagai akibatnya banyaklah timbul masalah pertanggungjawaban secara hukum mengenai perimbangan dan cara pembagian itu, hingga pekerjaan pun bertumpuk dan jabatan tambah meningkat.
Maka dalam gundukan harta negara yang berlimpah ruah itu, di manakah kita dapat menemukan Salman radhiyallahu 'anhu? Di manakah kita dapat menjumpainya di saat kekayaan dan kejayaan, kesenangan dan kemakmuran itu ...?
Bukalah mata anda dengan baik! Tampaklah oleh anda seorang tua berwibawa duduk di sana di bawah naungan pohon, sedang asyik memanfaatkan sisa waktunya di samping berbakti untuk negara, menganyam dan menjalin daun kurma untuk dijadikan bakul atau keranjang.
Nah, itulah dia Salman radhiyallahu 'anhu Perhatikanlah lagi dengan cermat! Lihatlah kainnya yang pendek, karena amat pendeknya sampai terbuka kedua lututnya. Padahal ia seorang tua yang berwibawa, mampu dan tidak berkekurangan. Tunjangan yang diperolehnya tidak sedikit, antara empat sampai enam ribu setahun. Tapi semua itu disumbangkannya habis, satu dirham pun tak diambil untuk dirinya. Katanya: "Untuk bahannya kubeli daun satu dirham, lalu kuperbuat dan kujual tiga dirham.
Yang satu dirham kuambil untuk modal, satu dirham lagi untuk nafkah keluargaku, sedang satu dirham sisanya untuk shadaqah. Seandainya Umar bin Khatthab radhiyallahu 'anhu melarangku berbuat demikian, sekali-kali tiadalah akan kuhentikan!"
Lalu bagaimana wahai ummat Rasulullah? Betapa wahai peri kemanusiaan, di mana saja dan kapan saja? Ketika mendengar sebagian shahabat dan kehidupannya yang amat bersahaja, seperti Abu Bakar, Umar, Abu Dzar radhiyallahu 'anhum dan lain-lain; sebagian kita menyangka bahwa itu disebabkan suasana lingkungan padang pasir, di mana seorang Arab hanya dapat menutupi keperluan dirinya secara bersahaja.
Tetapi sekarang kita berhadapan dengan seorang putera Persi, suatu negeri yang terkenal dengan kemewahan dan kesenangan serta hidup boros, sedang ia bukan dari golongan miskin atau bawahan, tapi dari golongan berpunya dan kelas tinggi. Kenapa ia sekarang menolak harta, kekayaan dan kesenangan; bertahan dengan kehidupan bersahaja, tiada lebih dari satu dirham tiap harinya, yang diperoleh dari hasil jerih payahnya sendiri.. .? kenapa ditolaknya pangkat dan tak bersedia menerimanya?
Katanya: "Seandainya kamu masih mampu makan tanah asal tak membawahi dua orang manusia --, maka lakukanlah!" Kenapa ia menolak pangkat dan jabatan, kecuali jika mengepalai sepasukan tentara yang pergi menuju medan perang? Atau dalam suasana tiada seorang pun yang mampu memikul tanggung jawab kecuali dia, hingga terpaksa ia melakukannya dengan hati murung dan jiwa merintih? Lalu kenapa ketika memegang jabatan yang mesti dipikulnya, ia tidak mau menerima tunjangan yang diberikan padanya secara halal?
Diriwayatkan eleh Hisyam bin Hisan dari Hasan: "Tunjangan Salman radhiyallahu 'anhu sebanyak lima ribu setahun, (gambaran kesederhanaannya) ketika ia berpidato di hadapan tigapuluh ribu orang separuh baju luarnya (aba'ah) dijadikan alas duduknya dan separoh lagi menutupi badannya. Jika tunjangan keluar, maka dibagi-bagikannya sampai habis, sedang untuk nafqahnya dari hasil usaha kedua tangannya".
Kenapa ia melakukan perbuatan seperti itu dan amat zuhud kepada dunia, padahal ia seorang putera Persi yang biasa tenggelam dalam kesenangan dan dipengaruhi arus kemajuan? Marilah kita dengar jawaban yang diberikannya ketika berada di atas pembaringan menjelang ajalnya, sewaktu ruhnya yang mulia telah bersiap-siap untuk kembali menemui Tuhannya Yang Maha Tinggi lagi Maha Pengasih.
Sa'ad bin Abi Waqqash datang menjenguknya, lalu Salman radhiyallahu 'anhu menangis. "Apa yang anda tangiskan, wahai Abu Abdillah",') tanya Sa'ad, "padahal Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam wafat dalam keadaan ridla kepada anda?" "Demi Allah, ujar Salman radhiyallahu 'anhu, "daku menangis bukanlah karena takut mati ataupun mengharap kemewahan dunia, hanya Rasulullah telah menyampaikan suatu pesan kepada kita, sabdanya:
Hendaklah bagian masing-masingmu dari kekayaan dunia ini seperti bekal seorang pengendara, padahal harta milikku begini banyaknya"
Kata Sa'ad: "Saya perhatikan, tak ada yang tampak di sekelilingku kecuali satu piring dan sebuah baskom. Lalu kataku padanya: "Wahai Abu Abdillah, berilah kami suatu pesan yang akan kami ingat selalu darimu!" Maka ujamya: "Wahai Sa'ad!
Ingatlah Allah di kala dukamu, sedang kau derita.
Dan pada putusanmu jika kamu menghukumi.
Dan pada saat tanganmu melakukan pembagian".
Rupanya inilah yang telah mengisi kalbu Salman radhiyallahu 'anhu mengenai kekayaan dan kepuasan. Ia telah memenuhinya dengan zuhud terhadap dunia dan segala harta, pangkat dengan pengaruhnya; yaitu pesan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kepadanya dan kepada semua shahabatnya, agar mereha tidak dikuasai oleh dunia dan tidak mengambil bagian daripadanya, kecuali sekedar bekal seorang pengendara.
Salman radhiyallahu 'anhu telah memenuhi pesan itu sebaik-baiknya, namun air matanya masih jatuh berderai ketika ruhnya telah siap untuk berangkat; khawatir kalau-kalau ia telah melampaui batas yang ditetapkan. Tak terdapat di ruangannya kecuali sebuah piring wadah makannya dan sebuah baskom untuk tempat minum dan wudlu .:., tetapi walau demikian ia menganggap dirinya telah berlaku boros .... Nah, bukankah telah kami ceritakan kepada anda bahwa ia mirip sekali dengan Umar?
Pada hari-hari ia bertugas sebagai Amir atau kepala daerah di Madain, keadaannya tak sedikit pun berubah. Sebagai telah kita ketahui, ia menolak untuk menerima gaji sebagai amir, satu dirham sekalipun. Ia tetap mengambil nafkahnya dari hasil menganyam daun kurma, sedang pakaiannya tidak lebih dari sehelai baju luar, dalam kesederhanaan dan kesahajaannya tak berbeda dengan baju usangnya.
Pada suatu hari, ketika sedang berjalan di suatu jalan raya, ia didatangi seorang laki-laki dari Syria yang membawa sepikul buah tin dan kurma. Rupanya beban itu amat berat, hingga melelahkannya. Demi dilihat olehnya seorang laki-laki yang tampak sebagai orang biasa dan dari golongan tak berpunya, terpikirlah hendak menyuruh laki-laki itu membawa buah-buahan dengan diberi imbalan atas jerih payahnya bila telah sampai ke tempat tujuan. Ia memberi isyarat supaya datang kepadanya, dan Salman radhiyallahu 'anhu menurut dengan patuh. "Tolong bawakan barangku ini!", kata orang dari Syria itu. Maka barang itu pun dipikullah oleh Salman radhiyallahu 'anhu, lalu berdua mereka berjalan bersama-sama.
Di tengah perjalanan mereka berpapasan dengan satu rombongan. Salman radhiyallahu 'anhu memberi salam kepada mereka, yang dijawabnya sambil berhenti: "Juga kepada amir, kami ucapkan salam" "Juga kepada amir?" Amir mana yang mereka maksudkan?" tanya orang Syria itu dalam hati. Keheranannya kian bertambah ketika dilihatnya sebagian dari anggota rombongan segera menuju beban yang dipikul oleh Salman radhiyallahu 'anhu dengan maksud hendak menggantikannya, kata mereka: "Berikanlah kepada kami wahai amir!"
Sekarang mengertilah orang Syria itu bahwa kulinya tiada lain Salman al-Farisi radhiyallahu 'anhu, amir dari kota Madain. Orang itu pun menjadi gugup, kata-kata penyesalan dan permintaan maaf bagai mengalir dari bibirnya. Ia mendekat hendak menarik beban itu dari tangannya, tetapi Salman radhiyallahu 'anhu menolak, dan berkata sambil menggelengkan kepala: "Tidak, sebelum kuantarkan sampai ke rumahmu!
Suatu ketika Salman radhiyallahu 'anhu pernah ditanyai orang: Apa sebabnya anda tidak menyukai jabatan sebagai amir? Jawabnya: "Karena manis wahtu memegangnya tapi pahit waktu melepaskannya!"
Pada waktu yang lain, seorang shahabat memasuki rumah Salman radhiyallahu 'anhu, didapatinya ia sedang duduk menggodok tepung, maka tanya shahabat itu: Ke mana pelayan? Ujarnya: "Saya suruh untuk suatu keperluan, maka saya tak ingin ia harus melakukan dua pekerjaan sekaligus''
Apa sebenarnya yang kita sebut "rumah" itu? Baiklah kita ceritakan bagaimana keadaan rumah itu yang sebenamya. Ketika hendak mendirikan bangunan yang berlebihan disebut sebagai "rumah'' itu, Salman radhiyallahu 'anhu bertanya kepada tukangnya: "Bagaimana corak rumah yang hendak anda dirikan?" Kebetulan tukang bangunan ini seorang 'arif bijaksana, mengetahui kesederhanaan Salman radhiyallahu 'anhu dan sifatnya yang tak suka bermewah mewah. Maka ujarnya: "Jangan anda khawatir! rumah itu merupakan bangunan yang dapat digunakan bernaung di waktu panas dan tempat berteduh di waktu hujan. Andainya anda berdiri, maka kepala anda akan sampai pada langit-langitnya; dan jika anda berbaring, maka kaki anda akan terantuk pada dindingnya". "Benar", ujar Salman radhiyallahu 'anhu, "seperti itulah seharusnya rumah yang akan anda bangun!"
Tak satu pun barang berharga dalam kehidupan dunia ini yang digemari atau diutamakan oleh Salman radhiyallahu 'anhu sedikit pun, kecuali suatu barang yang memang amat diharapkan dan dipentingkannya, bahkan telah dititipkan kepada isterinya untuk disimpan di tempat yang tersembunyi dan aman.
Ketika dalam sakit yang membawa ajalnya, yaitu pada pagi hari kepergiannya, dipanggillah isterinya untuk mengambil titipannya dahulu. Kiranya hanyalah seikat kesturi yang diperolehnya waktu pembebasan Jalula dahulu. Barang itu sengaja disimpan untuk wangi-wangian di hari wafatnya. Kemudian sang isteri disuruhnya mengambil secangkir air, ditaburinya dengan kesturi yang dikacau dengan tangannya, lalu kata Salman radhiyallahu 'anhu kepada isterinya: "Percikkanlah air ini ke sekelilingku ... Sekarang telah hadir di hadapanku makhluq Allah') yang tiada dapat makan, hanyalah gemar wangi-wangian Setelah selesai, ia berkata kepada isterinya: "Tutupkanlah pintu dan turunlah!" Perintah itu pun diturut oleh isterinya.
Dan tak lama antaranya isterinya kembali masuk, didapatinya ruh yang beroleh barkah telah meninggalkan dunia dan berpisah dari jasadnya ... Ia telah mencapai alam tinggi, dibawa terbang oleh sayap kerinduan; rindu memenuhi janjinya, untuk bertemu lagi dengan Rasulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam dan dengan kedua shahabatnya Abu Bakar dan Umar, serta tokoh-tolroh mulia lainnya dari golongan syuhada dan orang-orang utama ....
Salman radhiyallahu 'anhu .... Lamalah sudah terobati hati rindunya Terasa puas, hapus haus hilang dahaga. Semoga Ridla dan Rahmat Allah menyertainya.
1) yang dimaksud makhluq Allah di sini, Malaikat. Marhaban Ya Ramadhan August 11, 2010 New Google SEO Bandung, Indonesia
Bulan Suci Bulan Taubat
Sesungguhnya Bulan Penuh Kemuliaan adalah bulan Ramadhan ada yang menyebutnya seribu bulan. Sebagai seorang mukmin yang ingin merengkuh ampunanNya, maka hendaknya memuliakan bulan Ramadhan. Memuliakan yang dimaksudkan ialah mengisi bulan ramadhan dengan amalan-amalan dan taubatan nasuha. sebab dikatakan bahwa bulan ramdhan adalah bulan yang penuh Rahmad dan pengampunan.
Dari Ibnu Abbas r.a bahwa nabi saw bersabda,” seandainya umatku tahu pasti mereka mengharap seluruh bulan dalam setahun menjadi bulan ramadhan. Sebab ia menghimpun segala kebaikan dan tat yang dikabulkan, doa-doa dipenuhi, segala perbuatan dosa diampuni,dan surga merindukan mereka”.
Hendaknya setiap muslim menyambut datangnya bulan ramadhan dengan penuh gembira dan senang hati, menyambut dengan penuh pengharapan untuk mendapatkan keberuntungan beribadah didalam bulan tersebut. Sebuah hadis menyinggung, barang siapa yang menyambut datangnya bulan ramadhan, maka Allah mengharamkan tubuhnya dari neraka.
Menurut sabda Nabi Saw bahwa malam pertama dibulan ramadhan, Allah berfirman” barang siapa menyintaiku, pasti akupun menyintainya, barang siapayang mencari rahmadku, pasti rahmadku mencarinya, dan barang sipa beristigfar kepadaku pasti aku mengampunnya berkat kemuliaan ramadhan”. Lalu Allah menyuruh malikat mulia mncatat amal, khusus dibulan ramadhan agar menulis amal kebaikan semata, tidak mencatat perbuatan jahat mereka (umat Muhammad) Allah menghapus dosa dosa yang terdahulu dari mereka.
Allah berjanji untuk menghapus dosa-dosa yang terdahulu, jika seseorang memanfaatkan waktu dibulan Ramadan dengan kegiatan yang baik, tentu akan mendapatkan semua yang dijanjikan Allah. Orang yang mau berpikir dan Paham akan pasti atau sudah pasti meningkatkan amalan ibadahnya karena menyadari, belum tentu ia bisa berjumpa pada bulan Ramadhan mendatang, Oleh sebab itu sangat beruntung sekali orang yang dapat bertemu dengan bulan Ramadhan dan mampu memanfaatkan sebaik mungkin.
Dalam Hadit lain di sebutkan, ketika awal hari (Hilal) bulan Ramadhan telah tampak, maka berserulah ‘Arsy dan para malaikat serta mahluk lainnya dengan keras,”Beruntunglah sekalian umat Muhammad denga kemuliaan disisi Allah swt, karena segenap mahluk memohon ampun bagi mereka, mulai dari mahluk besar seperti matahari, bulan, bintang-bintang dan burung burung dilangit, juga ikan-ikan dilautan, sehingga setiap hewan melata yang bernafas dimuka bumi semuanya tidak ketinggalan memohonkan ampunan buat mereka disiang dan malam hari, kecuali setan setan terkutuk. Maka Pagi pagi tiada seorangpun yang di biarkan hidup penuh dosa, mereka diampuni oleh Allah swt bahkan Allah berkata kepada para malaikat, Hadiahkanlah semua pahala shalawat dan tasbihmu selama bulan ramadhan bagi umat Muhammad saw.
Di ceritakan , pada jaman dahulu tersebutlah seorang berama sifulan. Seumur umur ia tak pernah sholat tetapi menjelang datangnya bulan ramadhan tergerak hatinya untuk berobat, manakala memasuki bulan itu sifulan mulai berhias diri denga pakaian yang bagus dan suci. Rambutnya dan kumisnya dicukur rapi. Ia benar-bear bertaubat dan dan beribadah. Setiap dan sepanjang malam ia tegak dan berdiri untuk menunikan shalat sunat dan menangis menyesali perbuatannya yang pernah dilakukan ia berjanji kepada Allah untuk tidak mengulanginya kembali dan akan mengisi usianya dengan amalan-amalan mulia. selama sebulan penuh digunakan waktunya hanya untuk beribadah kepada Allah.
“mengapa engkau lakukan itu? Padahal selama hidupmu engkau tak pernah tertarik untuk menjalankan amal ibadah? Tanya salah seorang temannya heran.
“Ketahuilah bahwa bulan ini merupakan bulan taubat, bulan penuh rahmad dan kebaikan, semoga dengan bertaubat dan beribadah, sebagaimana layaknya manusia berikhtiar, Allah mengampuni segala dosaku” jawab sifulan.
Semenjak bulan ramadhan itu sifulan tekun menjalankan amalan taat dan menjahui maksiat . Selang beberapa tahun kemudin ia meninggal dunia. Seorang temannya tersebut bermimpi, seolah bertemu dengan sifulan. “Balasan apakah yang selama ini kau rasakan
Dalam alam baka, dari Allah swt? Tanya seorang teman tersebut dalam mimpinya.
“Allah mengampuni segala dosaku dengan fadlalNya berkat menghormati bulan suci Ramadhan dan aku menyambutnya dengan taubat serta beribadah dihari-hari itu” jawab sifulan.
Dari abu Hurairah ra bahwa Nabi saw bersabda, barang siapa tegak melakukan ibadah dimalam bulan ramadhan dengan keyakinan dan keikhlasan, pasti diampuni dosa-dosanya yang terdahulu. Hr Bukhari
Tegak melakukan ibadah dimalam hari bulan ramadhan adalah menjalankan shalat tarawih dan solat sunnat lainnya, misalnya tahajud dan hajad kalau boleh sholat tasbih juga sehingga kita senantiasa melakukan sholat sunat / yang disunnahkan rasullulah kemudian ditambah dengan ibadah lainnya dalam membaca Alquran, memperbanyak zikir, (Gerakan 10 jari, dzikir sampai 10.000 x cara rasullulah efesien, capat, akurat tanpa pakai tasbih mau tau caranya? Edisi khusus selanjutnya) beristigfar kepada Allah dan sebagainya amalan-amalan seperti itu disamping mendapat pahala berlipat ganda allah juga akan mengampuni dosa-dosa kita
Dari Umar bin khathab ra bahwa nabi saw bersabda “ Apabila seseorang terbangun dari tidurnya dibulan ramadhan lalu menggerakan tubuhnya diatas ranjang, maka malaikat berkata” Bangunlah segera, semoga Allah memberkati dan memberikan rahmad kepadamu” Kemudian jika ia tegak untuk melakukan shalat, maka ranjang tempat tidurnya berdoa,” Allahumma a’thihil furusyal marfuu’ata (Ya Allah, gantikanlah ranjang? kasur tinggi tebal baginya). Ketika seorang itu memakai pakaian , maka pakaian itu berdoa pula kepada Allah, ,” Allahumma a’thifihii minhulalil jannah( Ya Allah berikanlah dia pakaian indah dari surga) selanjutnya, jika ia memakai sandal maka sandalnya pun mendoakan “ Allahummatsabit qadamihi’alsh-shi-raath) Ya Allah, teguhkanlah kedua kakinya diatas shirath) Jika ia menuju kolam tempat air maka kolam itupun berdoa, Allahumma a’thihii minakwabil jannah” (ya Allah berilah dia tempat-tempat minum dari surga) ketika berwudhu air wudhu nya berdoa” Allahummathah-hirhu minadzdzunuubi wal khathaayaa” (ya Allah bersihkanlah ia dari segala noda dan dosa) Akhirnya ketika ia berdiri menuniakan solat didalam rumah, maka rumahnya pun mendoakan” Allahummma wassi’qarbahuu wanawwir hufratahuu wazid rahmatahuu” (Ya Allah lapangkanlah kuburnya dan terangilah liangnya, serta tingkatkan rahmad, kasih sayangMu PadaNya). Doa-doa tersebut dikabulkan dan Allah memandang orang tersebut dengan penuh kasih sayang, Dialah yang mengabulkan, kamu meminta dan Aku memberi, kamu beristigfar dan Aku memberi ampunan.( Subhanallah)
Disebut dalam Hadis bahwa kelak di hari kiamat, Ramadhan menghadap Allah dengan bentuk yang indah. Ia bersujud kepada Allah dengan penuh khusyuk.
“ Wahai Ramadhan, mohonlah apa yang menjadi keinginanmu, dan tolonglah orang yang mengenal (memenuhi hakmu) kata Alllah dalam firmannya
Bulan Ramadhan kemudian berjalan mengintari padang yang luas mencari-cari sesuatu. Ketika menemukan orang yang memuliakan dan memenuhi haknya, dijaknya sampai kehadapan Allah. “ Ya ramadhan apa yang kau inginkan?” Tanya Allah dalam firmanya
“Aku menginginkan agar mereka diberi mahkota kebesaran, Ya Allah! Kata ramadhan memohon . Allah lalu berkenan memberi seribu mahkota kepadanya. Selanjutnya memberi safaat kepada tujuh puluh ribu dari mereka yang pernah berbuat dosa besar. Kemudian memberi seribu bidadari sebagai pasangan mereka, setiap bidadari membawa tujuh puluh ribu gadis. Kemudian mereka dinaikan keatas kenderan yang mewah.
“ Ya ramadhan, apa lagi yang kau inginkan dariKu ? Alllah Bertanya.
“Tempatkan mereka disisi NabiMu, wahai Allah! Pinta ramadhan. Allah kemudian menempatkan mereka disurga Ya Ramadhan apalagi yang kau pinta dari Ku? “ Ya Tuhan Engkau telah memenuhi keinginanku,dimanakah kemuliaanMu?
Lalu Allah memberi seratus negeri yang terbuat dari batu permata merah indah dan batu pualam hijau, terdapat seratus bangunan istana megah.
Begitulah kemuliaan ramadhan. Bagi orang yang mau berpikir tentunya memanfaatkan hari-hari dibulan ramadhan itu untuk meningkatkan amal ibadah dan tekun bertobat atas dosa dosanya ( setiap insan itu doif, punya kesalahan, termsuk Pen.) baik yang telah lalu maupun yang akan datang. Betapa menyenangkan jika kelak dihari akhirat, kita mendapat ampunan dan rahmad sehingga menjadi manusia beruntung. Orang yang memuliakan bulan ramadhan, yakni berpuasa disiang harinya dan beribadah pada malam harinya utulah orang yang beruntung.Kelak akan dimasukan kedalam surga dan mendapatkan pasangan dari bidadari yang sangat cantik. Dari Ibnu Abbas ra bahwa nabi Saw bersabda” Adalah diAwal Ramadhan, angina Matsirah berhembus dari bawah Arsy. Maka bergoyanglah daun daun surga mengeluarkan bunyi merdu, yang belum pernah didengar yang demikian itu. Mereka lalu berdoa,” Allahummaj’al lanaa fii haadzasy-syahri min”ibadika azwaajan.” (Ya Allah, jadikanlah bagi kami pasangan suami dengan hambaMu dalam Ramadhan ini Maka Tiada seorang yang puasa dibulan Ramadhan kecuali menjadi pasangan para bidadari pingitan lemah lebut tersebut”
Dijelaskan bahwa para bidadari itu setiap harinya berhias dengan tujuh puluh aneka perhiasan warna warni. Setiap gadis bidadari itu tidur diatas ranjang yang terbuat dari permata merah bersulam mutiara. Setiap ranjang dipasang tujuh puluh kasur tebal berikut furniture yang lainnya terdapat meja yang penuh dengan aneka buah yang lezat. Semua itu dipersembahkan bagi orang yang berpuasa dan memperbanyak amalan di bulan Ramadhan
Dalam kitab Duratun Nashihin diterangkan bahwa Allah berfirman kepada nabi Musa As, “Sesungguhnya Aku telah memberi dua Nur kepada Umat Muhammad, agar mereka tidak terancam, dua kegelapan.”Nabi Musa bertanya.” Apakah yang dimaksud dua Nur itu wahai Allah? “ Allah menjawab” Yaitu Nur Ramadhan dan Nur Alquran,” Musa bertanya lagi, Apakah yang dimaksud dengan dua kegelapan itu, ya Allah? Jawab Allah .”Yaitu kegelapan didalam kubur dan kegelapan di hari kiamat”.
Seseorang Muslim yang rajin beribadah dibulan ramadhan, maka ia akan mendapatkan banyak keberuntungan. Diterangkan, apbila kita rajin mengikuti pengajian majelis taklim wa talum maka akan mendapatkan pahala ibadah, Allah mencatat amal pahala itu disamakan dengan ibadah dalam waktu setahun. Jika rajin berjamaah, maka Allah akan mencatat setiap rakaatnya sama dengan jumlah kenikmatan yang luar biasa. Diterangkan dalam hadis berasal dari Anas bin Malik ra bahwa bahwa nabi saw bersabda,” Bagi orang yang suka mengikuti majelis ilmu dibulan Ramadhan, mendengarkan pengajian, maka Allah mencatat setiap langkahnya menjadi ibadah setahun penuh. Ia bakal menyertaiku dibawah naungan Arsy. Barang siapa Yang aktif berjamah sholat selama sebulan penuh, maka Allah memberinya setiap rakaat itu menjadi suatu Kota penuh kenikmatan.. Barangsiapa yang berbakti kepada orangtuanya dibulan Ramadhan, maka dia akan diberi pandangan penuh rahmat dari Allah dan aku (nabi) memberi jamina penuh disurga terhadapnya. Seorang wanita (istri) yang berbakti kepada suaminya dibulan ramadhan Maka Allah akan memberi pahala seperti pahaanya Maryam dan Asiah istri firaun , yang teguh beriman meskipun dihadapkan pada hidup dan kehidupan penuh ujian Barang siapa yang membantu saudara sesama muslim dalam rangka memenuhi hajad hidupnya selama ramadhan, maka Allah akan menggantikannya dengan memenuhi seribu hajadnya di hari kiamat
Dari Abu hurairah menerangkan bahwa Nabi saw bersabda,” barang siapa memberi lampu penerang di masjid Allah dibulan ramadhan maka Allah menggantikan lampu penerang baginya dialam kubur.. Allah memberi pula padanya pahala sebesar pahala para jamaah yang sholat dimasjid itu.ditambah sahlawat sekalian para malaikat kepadanya. Dan para petugas pemikul Arsy, memohonkan ampunan baginya, sepanjang lampu penerang tersebut dimanfaatkan di masjid.”
Kemuliaan Ramadhan memang berbeda dengan bulan-bulan lainnya. Dibulan ramadhan, setan-setan dibelenggu, jin durhaka ditahan agar tidak menggoda manusia dalam berbuat maksiat. Kemudian Pintu ampunan dan pintu surga dibuka buat orang yang beriman. Nabi bersabda” Adalah pada awal malam Ramadhan, seluruh setan berikut pengikutnya, para jin durhaka semua dibelenggu , semua pintu neraka ditutup, tiada satupun yang terbuka sebaliknya semua pintu surga dibuka tiapda satupun yang tertutu dan setiap malam ramadhan Allah berseru tiga kali, “ Adakah orang yang meminta? Maka akupun pasti memberinya adakah yang nau bertuabat? Maka Akupun pasti memberi taubat Adakah orang yang beristigfar memohon ampun? Maka aku pasti mengampuninya” Selama bulan Ramadhan, Allah membebaskan sejuta penghuni neraka setiap harinya, bahkan khusus hari jumat Ramadhan, Allah membebaskan mereka sebanyak sejuta penghuni neraka setiap jam. Lebih dari itu, pada akhir Ramadhan Allah membebaskan penghuni neraka sebanyak bilangan mereka yang telah dibebaskan sepanjang bulan itu, mulai hari pertama sampai hari penghabisan.”
Ramadhan merupakan bulan utuk menghantar seseorang menjadi Mutaqin (Bertaqwa). Karena didalam bulan itu setiap muslim diperintahan untuk menjalankan puasa disiang harinya, dan disunatkan untuk menunaikan shalat sunat dimalam harinya. Puasa merupakan tolak ukur keimanan dan ketakwaan seseorang. Jika seseorang itu menjalankan puasa di bulan ramadhan dengan penuh keikhlasan hanya karena Allah maka dianggap mencapai tingkat ketaqwaan yang sempurna.
Wahai orang-orang yang beriman, puasa Ramadhan telah diwajibkan atas kamu seperti yang telah diwajibkan atas orang-orang terdahulu sebelum kamu.agar kamu bertakwa. Yaitu dalam hari-hari yang telah ditentukan (yakni dalam satu bulan penuh) Maka siapa sakit diantaramu atau tengah bepergian, maka wajib berpuasa dihari-hari lain sebagai pengganti hari-hari yang ditinggalkan. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankanya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah yaitu memberi makan seorang miskin barang siapa dengan kerelaan hatinya mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik, bagimu jika kamu mengetahui QS ( al baqarah 183-184) Sedemikian besar kemuliaan Ramadhan sehingga setiap orang mukmin dan para malaikat merasa sedih ketika bulan itu berakhir. Mereka merasa tidak lagi mndapatkan keberuntungan yang lebih besar dari amal ibadah yang dilakukannya. Nabi Saw bersabda adalah pada malam terakhir dibulan Ramadhan segenab Mahluk besar sekalian Langit , Bumi dan para Malaikat menangis, merasa berduka, akibat bencana yang menimpa Umat Muhammad Saw, para sahabat bertanya” Bencana apakah Wahai Rasulullah? Jawab Rasulullah, “ Bencana kepergian Bulan Ramadhan, sebab di dalam bulan itu segala doa dikabulkan, semuanya sedekah diterima, amal-amal yang baik dilipat gandakan, tetapi siksaan dihapuskan untuk sementara waktu” Oleh karena itu mari kita sambut ramadhan dengan suka cita/gembira kita tekadkan, azamkan, niatkan agar bulan Ramadhan ini kita bersungguh2 semoga tulisan ini menambah girah semangat bagi kita semua untuk berlomba lomba dalam kebajikan. Wassalam. 8/8/2010 Marhaban Ya Ramadhan August 08, 2010 New Google SEO Bandung, Indonesia
Sesungguhnya Bulan Penuh Kemuliaan adalah bulan Ramadhan ada yang menyebutnya seribu bulan. Sebagai seorang mukmin yang ingin merengkuh ampunanNya, maka hendaknya memuliakan bulan Ramadhan. Memuliakan yang dimaksudkan ialah mengisi bulan ramadhan dengan amalan-amalan dan taubatan nasuha. sebab dikatakan bahwa bulan ramdhan adalah bulan yang penuh Rahmad dan pengampunan.
Dari Ibnu Abbas r.a bahwa nabi saw bersabda,” seandainya umatku tahu pasti mereka mengharap seluruh bulan dalam setahun menjadi bulan ramadhan. Sebab ia menghimpun segala kebaikan dan tat yang dikabulkan, doa-doa dipenuhi, segala perbuatan dosa diampuni,dan surga merindukan mereka”.
Hendaknya setiap muslim menyambut datangnya bulan ramadhan dengan penuh gembira dan senang hati, menyambut dengan penuh pengharapan untuk mendapatkan keberuntungan beribadah didalam bulan tersebut. Sebuah hadis menyinggung, barang siapa yang menyambut datangnya bulan ramadhan, maka Allah mengharamkan tubuhnya dari neraka.
Menurut sabda Nabi Saw bahwa malam pertama dibulan ramadhan, Allah berfirman” barang siapa menyintaiku, pasti akupun menyintainya, barang siapayang mencari rahmadku, pasti rahmadku mencarinya, dan barang sipa beristigfar kepadaku pasti aku mengampunnya berkat kemuliaan ramadhan”. Lalu Allah menyuruh malikat mulia mncatat amal, khusus dibulan ramadhan agar menulis amal kebaikan semata, tidak mencatat perbuatan jahat mereka (umat Muhammad) Allah menghapus dosa dosa yang terdahulu dari mereka.
Allah berjanji untuk menghapus dosa-dosa yang terdahulu, jika seseorang memanfaatkan waktu dibulan Ramadan dengan kegiatan yang baik, tentu akan mendapatkan semua yang dijanjikan Allah. Orang yang mau berpikir dan Paham akan pasti atau sudah pasti meningkatkan amalan ibadahnya karena menyadari, belum tentu ia bisa berjumpa pada bulan Ramadhan mendatang, Oleh sebab itu sangat beruntung sekali orang yang dapat bertemu dengan bulan Ramadhan dan mampu memanfaatkan sebaik mungkin.
Dalam Hadit lain di sebutkan, ketika awal hari (Hilal) bulan Ramadhan telah tampak, maka berserulah ‘Arsy dan para malaikat serta mahluk lainnya dengan keras,”Beruntunglah sekalian umat Muhammad denga kemuliaan disisi Allah swt, karena segenap mahluk memohon ampun bagi mereka, mulai dari mahluk besar seperti matahari, bulan, bintang-bintang dan burung burung dilangit, juga ikan-ikan dilautan, sehingga setiap hewan melata yang bernafas dimuka bumi semuanya tidak ketinggalan memohonkan ampunan buat mereka disiang dan malam hari, kecuali setan setan terkutuk. Maka Pagi pagi tiada seorangpun yang di biarkan hidup penuh dosa, mereka diampuni oleh Allah swt bahkan Allah berkata kepada para malaikat, Hadiahkanlah semua pahala shalawat dan tasbihmu selama bulan ramadhan bagi umat Muhammad saw.
Di ceritakan , pada jaman dahulu tersebutlah seorang berama sifulan. Seumur umur ia tak pernah sholat tetapi menjelang datangnya bulan ramadhan tergerak hatinya untuk berobat, manakala memasuki bulan itu sifulan mulai berhias diri denga pakaian yang bagus dan suci. Rambutnya dan kumisnya dicukur rapi. Ia benar-bear bertaubat dan dan beribadah. Setiap dan sepanjang malam ia tegak dan berdiri untuk menunikan shalat sunat dan menangis menyesali perbuatannya yang pernah dilakukan ia berjanji kepada Allah untuk tidak mengulanginya kembali dan akan mengisi usianya dengan amalan-amalan mulia. selama sebulan penuh digunakan waktunya hanya untuk beribadah kepada Allah.
“mengapa engkau lakukan itu? Padahal selama hidupmu engkau tak pernah tertarik untuk menjalankan amal ibadah? Tanya salah seorang temannya heran.
“Ketahuilah bahwa bulan ini merupakan bulan taubat, bulan penuh rahmad dan kebaikan, semoga dengan bertaubat dan beribadah, sebagaimana layaknya manusia berikhtiar, Allah mengampuni segala dosaku” jawab sifulan.
Semenjak bulan ramadhan itu sifulan tekun menjalankan amalan taat dan menjahui maksiat . Selang beberapa tahun kemudin ia meninggal dunia. Seorang temannya tersebut bermimpi, seolah bertemu dengan sifulan. “Balasan apakah yang selama ini kau rasakan
Dalam alam baka, dari Allah swt? Tanya seorang teman tersebut dalam mimpinya.
“Allah mengampuni segala dosaku dengan fadlalNya berkat menghormati bulan suci Ramadhan dan aku menyambutnya dengan taubat serta beribadah dihari-hari itu” jawab sifulan.
Dari abu Hurairah ra bahwa Nabi saw bersabda, barang siapa tegak melakukan ibadah dimalam bulan ramadhan dengan keyakinan dan keikhlasan, pasti diampuni dosa-dosanya yang terdahulu. Hr Bukhari
Tegak melakukan ibadah dimalam hari bulan ramadhan adalah menjalankan shalat tarawih dan solat sunnat lainnya, misalnya tahajud dan hajad kalau boleh sholat tasbih juga sehingga kita senantiasa melakukan sholat sunat / yang disunnahkan rasullulah kemudian ditambah dengan ibadah lainnya dalam membaca Alquran, memperbanyak zikir, (Gerakan 10 jari, dzikir sampai 10.000 x cara rasullulah efesien, capat, akurat tanpa pakai tasbih mau tau caranya? Edisi khusus selanjutnya) beristigfar kepada Allah dan sebagainya amalan-amalan seperti itu disamping mendapat pahala berlipat ganda allah juga akan mengampuni dosa-dosa kita
Dari Umar bin khathab ra bahwa nabi saw bersabda “ Apabila seseorang terbangun dari tidurnya dibulan ramadhan lalu menggerakan tubuhnya diatas ranjang, maka malaikat berkata” Bangunlah segera, semoga Allah memberkati dan memberikan rahmad kepadamu” Kemudian jika ia tegak untuk melakukan shalat, maka ranjang tempat tidurnya berdoa,” Allahumma a’thihil furusyal marfuu’ata (Ya Allah, gantikanlah ranjang? kasur tinggi tebal baginya). Ketika seorang itu memakai pakaian , maka pakaian itu berdoa pula kepada Allah, ,” Allahumma a’thifihii minhulalil jannah( Ya Allah berikanlah dia pakaian indah dari surga) selanjutnya, jika ia memakai sandal maka sandalnya pun mendoakan “ Allahummatsabit qadamihi’alsh-shi-raath) Ya Allah, teguhkanlah kedua kakinya diatas shirath) Jika ia menuju kolam tempat air maka kolam itupun berdoa, Allahumma a’thihii minakwabil jannah” (ya Allah berilah dia tempat-tempat minum dari surga) ketika berwudhu air wudhu nya berdoa” Allahummathah-hirhu minadzdzunuubi wal khathaayaa” (ya Allah bersihkanlah ia dari segala noda dan dosa) Akhirnya ketika ia berdiri menuniakan solat didalam rumah, maka rumahnya pun mendoakan” Allahummma wassi’qarbahuu wanawwir hufratahuu wazid rahmatahuu” (Ya Allah lapangkanlah kuburnya dan terangilah liangnya, serta tingkatkan rahmad, kasih sayangMu PadaNya). Doa-doa tersebut dikabulkan dan Allah memandang orang tersebut dengan penuh kasih sayang, Dialah yang mengabulkan, kamu meminta dan Aku memberi, kamu beristigfar dan Aku memberi ampunan.( Subhanallah)
Disebut dalam Hadis bahwa kelak di hari kiamat, Ramadhan menghadap Allah dengan bentuk yang indah. Ia bersujud kepada Allah dengan penuh khusyuk.
“ Wahai Ramadhan, mohonlah apa yang menjadi keinginanmu, dan tolonglah orang yang mengenal (memenuhi hakmu) kata Alllah dalam firmannya
Bulan Ramadhan kemudian berjalan mengintari padang yang luas mencari-cari sesuatu. Ketika menemukan orang yang memuliakan dan memenuhi haknya, dijaknya sampai kehadapan Allah. “ Ya ramadhan apa yang kau inginkan?” Tanya Allah dalam firmanya
“Aku menginginkan agar mereka diberi mahkota kebesaran, Ya Allah! Kata ramadhan memohon . Allah lalu berkenan memberi seribu mahkota kepadanya. Selanjutnya memberi safaat kepada tujuh puluh ribu dari mereka yang pernah berbuat dosa besar. Kemudian memberi seribu bidadari sebagai pasangan mereka, setiap bidadari membawa tujuh puluh ribu gadis. Kemudian mereka dinaikan keatas kenderan yang mewah.
“ Ya ramadhan, apa lagi yang kau inginkan dariKu ? Alllah Bertanya.
“Tempatkan mereka disisi NabiMu, wahai Allah! Pinta ramadhan. Allah kemudian menempatkan mereka disurga Ya Ramadhan apalagi yang kau pinta dari Ku? “ Ya Tuhan Engkau telah memenuhi keinginanku,dimanakah kemuliaanMu?
Lalu Allah memberi seratus negeri yang terbuat dari batu permata merah indah dan batu pualam hijau, terdapat seratus bangunan istana megah.
Begitulah kemuliaan ramadhan. Bagi orang yang mau berpikir tentunya memanfaatkan hari-hari dibulan ramadhan itu untuk meningkatkan amal ibadah dan tekun bertobat atas dosa dosanya ( setiap insan itu doif, punya kesalahan, termsuk Pen.) baik yang telah lalu maupun yang akan datang. Betapa menyenangkan jika kelak dihari akhirat, kita mendapat ampunan dan rahmad sehingga menjadi manusia beruntung. Orang yang memuliakan bulan ramadhan, yakni berpuasa disiang harinya dan beribadah pada malam harinya utulah orang yang beruntung.Kelak akan dimasukan kedalam surga dan mendapatkan pasangan dari bidadari yang sangat cantik. Dari Ibnu Abbas ra bahwa nabi Saw bersabda” Adalah diAwal Ramadhan, angina Matsirah berhembus dari bawah Arsy. Maka bergoyanglah daun daun surga mengeluarkan bunyi merdu, yang belum pernah didengar yang demikian itu. Mereka lalu berdoa,” Allahummaj’al lanaa fii haadzasy-syahri min”ibadika azwaajan.” (Ya Allah, jadikanlah bagi kami pasangan suami dengan hambaMu dalam Ramadhan ini Maka Tiada seorang yang puasa dibulan Ramadhan kecuali menjadi pasangan para bidadari pingitan lemah lebut tersebut”
Dijelaskan bahwa para bidadari itu setiap harinya berhias dengan tujuh puluh aneka perhiasan warna warni. Setiap gadis bidadari itu tidur diatas ranjang yang terbuat dari permata merah bersulam mutiara. Setiap ranjang dipasang tujuh puluh kasur tebal berikut furniture yang lainnya terdapat meja yang penuh dengan aneka buah yang lezat. Semua itu dipersembahkan bagi orang yang berpuasa dan memperbanyak amalan di bulan Ramadhan
Dalam kitab Duratun Nashihin diterangkan bahwa Allah berfirman kepada nabi Musa As, “Sesungguhnya Aku telah memberi dua Nur kepada Umat Muhammad, agar mereka tidak terancam, dua kegelapan.”Nabi Musa bertanya.” Apakah yang dimaksud dua Nur itu wahai Allah? “ Allah menjawab” Yaitu Nur Ramadhan dan Nur Alquran,” Musa bertanya lagi, Apakah yang dimaksud dengan dua kegelapan itu, ya Allah? Jawab Allah .”Yaitu kegelapan didalam kubur dan kegelapan di hari kiamat”.
Seseorang Muslim yang rajin beribadah dibulan ramadhan, maka ia akan mendapatkan banyak keberuntungan. Diterangkan, apbila kita rajin mengikuti pengajian majelis taklim wa talum maka akan mendapatkan pahala ibadah, Allah mencatat amal pahala itu disamakan dengan ibadah dalam waktu setahun. Jika rajin berjamaah, maka Allah akan mencatat setiap rakaatnya sama dengan jumlah kenikmatan yang luar biasa. Diterangkan dalam hadis berasal dari Anas bin Malik ra bahwa bahwa nabi saw bersabda,” Bagi orang yang suka mengikuti majelis ilmu dibulan Ramadhan, mendengarkan pengajian, maka Allah mencatat setiap langkahnya menjadi ibadah setahun penuh. Ia bakal menyertaiku dibawah naungan Arsy. Barang siapa Yang aktif berjamah sholat selama sebulan penuh, maka Allah memberinya setiap rakaat itu menjadi suatu Kota penuh kenikmatan.. Barangsiapa yang berbakti kepada orangtuanya dibulan Ramadhan, maka dia akan diberi pandangan penuh rahmat dari Allah dan aku (nabi) memberi jamina penuh disurga terhadapnya. Seorang wanita (istri) yang berbakti kepada suaminya dibulan ramadhan Maka Allah akan memberi pahala seperti pahaanya Maryam dan Asiah istri firaun , yang teguh beriman meskipun dihadapkan pada hidup dan kehidupan penuh ujian Barang siapa yang membantu saudara sesama muslim dalam rangka memenuhi hajad hidupnya selama ramadhan, maka Allah akan menggantikannya dengan memenuhi seribu hajadnya di hari kiamat
Dari Abu hurairah menerangkan bahwa Nabi saw bersabda,” barang siapa memberi lampu penerang di masjid Allah dibulan ramadhan maka Allah menggantikan lampu penerang baginya dialam kubur.. Allah memberi pula padanya pahala sebesar pahala para jamaah yang sholat dimasjid itu.ditambah sahlawat sekalian para malaikat kepadanya. Dan para petugas pemikul Arsy, memohonkan ampunan baginya, sepanjang lampu penerang tersebut dimanfaatkan di masjid.”
Kemuliaan Ramadhan memang berbeda dengan bulan-bulan lainnya. Dibulan ramadhan, setan-setan dibelenggu, jin durhaka ditahan agar tidak menggoda manusia dalam berbuat maksiat. Kemudian Pintu ampunan dan pintu surga dibuka buat orang yang beriman. Nabi bersabda” Adalah pada awal malam Ramadhan, seluruh setan berikut pengikutnya, para jin durhaka semua dibelenggu , semua pintu neraka ditutup, tiada satupun yang terbuka sebaliknya semua pintu surga dibuka tiapda satupun yang tertutu dan setiap malam ramadhan Allah berseru tiga kali, “ Adakah orang yang meminta? Maka akupun pasti memberinya adakah yang nau bertuabat? Maka Akupun pasti memberi taubat Adakah orang yang beristigfar memohon ampun? Maka aku pasti mengampuninya” Selama bulan Ramadhan, Allah membebaskan sejuta penghuni neraka setiap harinya, bahkan khusus hari jumat Ramadhan, Allah membebaskan mereka sebanyak sejuta penghuni neraka setiap jam. Lebih dari itu, pada akhir Ramadhan Allah membebaskan penghuni neraka sebanyak bilangan mereka yang telah dibebaskan sepanjang bulan itu, mulai hari pertama sampai hari penghabisan.”
Ramadhan merupakan bulan utuk menghantar seseorang menjadi Mutaqin (Bertaqwa). Karena didalam bulan itu setiap muslim diperintahan untuk menjalankan puasa disiang harinya, dan disunatkan untuk menunaikan shalat sunat dimalam harinya. Puasa merupakan tolak ukur keimanan dan ketakwaan seseorang. Jika seseorang itu menjalankan puasa di bulan ramadhan dengan penuh keikhlasan hanya karena Allah maka dianggap mencapai tingkat ketaqwaan yang sempurna.
Wahai orang-orang yang beriman, puasa Ramadhan telah diwajibkan atas kamu seperti yang telah diwajibkan atas orang-orang terdahulu sebelum kamu.agar kamu bertakwa. Yaitu dalam hari-hari yang telah ditentukan (yakni dalam satu bulan penuh) Maka siapa sakit diantaramu atau tengah bepergian, maka wajib berpuasa dihari-hari lain sebagai pengganti hari-hari yang ditinggalkan. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankanya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah yaitu memberi makan seorang miskin barang siapa dengan kerelaan hatinya mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik, bagimu jika kamu mengetahui QS ( al baqarah 183-184) Sedemikian besar kemuliaan Ramadhan sehingga setiap orang mukmin dan para malaikat merasa sedih ketika bulan itu berakhir. Mereka merasa tidak lagi mndapatkan keberuntungan yang lebih besar dari amal ibadah yang dilakukannya. Nabi Saw bersabda adalah pada malam terakhir dibulan Ramadhan segenab Mahluk besar sekalian Langit , Bumi dan para Malaikat menangis, merasa berduka, akibat bencana yang menimpa Umat Muhammad Saw, para sahabat bertanya” Bencana apakah Wahai Rasulullah? Jawab Rasulullah, “ Bencana kepergian Bulan Ramadhan, sebab di dalam bulan itu segala doa dikabulkan, semuanya sedekah diterima, amal-amal yang baik dilipat gandakan, tetapi siksaan dihapuskan untuk sementara waktu” Oleh karena itu mari kita sambut ramadhan dengan suka cita/gembira kita tekadkan, azamkan, niatkan agar bulan Ramadhan ini kita bersungguh2 semoga tulisan ini menambah girah semangat bagi kita semua untuk berlomba lomba dalam kebajikan. Wassalam. 8/8/2010 Marhaban Ya Ramadhan August 08, 2010 New Google SEO Bandung, Indonesia