Home » , » 20 Gelar Laqab sebagai Pengenal dan Pembeda para Ahli Hadis

20 Gelar Laqab sebagai Pengenal dan Pembeda para Ahli Hadis


Laqab adalah merupakan suatu gelar yang di berikan kepada seseorang karena suatu hal yang berkenaan dengan dirinya.
Banyak penulis yang membahas khusus masalah ini. Seperti Abu Bakar Ahmad bin Abdurrahman asy-Syairazi dan bukunya mengenai ini sangat bermanfaat. Kemudian Abu al-Fadhl bin al-Falaki al-Hafizh. [1]
            Tujuannya adalah agar tidak terjadi kesalahan dan menempatkan suatu laqab kepada yang bukan pemiliknya.
            Apabila laqabnya tidak disukai oleh orangnya, maka para ulama hadis menyebutnya sebagai pengenal dan pembeda dan bukan sebagai celaan, ejekan maupun olokan. Wallahu al-Muwafiq li ash-Shawwab.
            Al-Hafiz Abdul Ghani bin Said al-Mashri mengemukakan, ada dua orang mulia yang harus diberikan laqab jelek, yaitu Muawiyah bin Abdul Karim dengan laqab “Adh-Dhaal” karena dia pernah tersesat di jalanan Makkah dan Abdullah bin Muhammad dengan laqab adh-Dhaif, karena tubuhnya yang lemah bukan berkenaan dengan hadisnya.
            Ibnu Shalah menyatakan, yang ketiga adalah ‘Arim Abu an-Nu’man Muhammad bin al-Fadhl as-Saudsi. Hal ini disebabkan dirinya adalah orang yang shaleh dan jauh dari ‘Aramah (perbuatan buruk yang merusak).
            Ghundar. Ini adalah laqab Muhammad bin Ja’far al-Bashri yang meriwayatkan dari Syu’bah. Juga laqab Muhammad bin Ja’far ar-azi yang meriwayatkan dari Abu Hatim ar-Razi. Juga Muhammad bin Ja’far al-Baghdadi al-Hafizh al-Jawwal syaikh al-Hafizh Abu Naim al-Ashbahani dan yang lainnya. Juga Muhammad bin Ja’far bin Durran al-Baghdadai yang meriwayatkan dari Abu Khalifah al-Jumahi serta lainnya.
            Ghunjar. Ini adalah laqab Isa bin Musa at-Tamimi Abu Ahmad al-Bukhari[2] yang meriwayatkan dari Malik dan ats-Tsauri serta yang lainnya. Kemudian Ghunjar terakhir adalah Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad al-Bukhari al-Hafizh,[3] penulis “Tarikh Bukhar1”, yang wafat pada tahun 1412.
            Sha’iqah. Muhammad bin Abdurrahim guru Bukhari diberi laqab ini. Hal ini disebabkan kekuatan hafalan dan ingatannya.
            Syabaab. Dia adalah Khalifah bin Khayyath al-Muarrikh.
Zunaij. Dia adalah Muhammad bin Amru ar-Razi, guru Muslim.[4]
Rustah. Dia adalah Abdurrahman bin Umar.
Sunaid. Dia adalah al-Husain bin Daud al-Mufsir.
            Bundar. Dia adalah Muhammad bin Basyar. Disebut demikian karena dia bundaru al-Hadis.[5]
Qaishar. Ini adalah laqab Abu an-Nadhr Hasyim bin a-Qasim guru imam Ahmad bin Hambal.
Al-Akhfasy. Banyak orang yang diberi laqab ini, seperti Ahmad bin Imran al-Bashri an-Nahwi yang meriwayatkan dari Zaid bin al-Hubab.
Ibnu Shalah mengemukakan, para ahli Nahwu memberi laqab ini kepada tiga orang terkenal. Diantaranya adalah Abu al-Khattab Abdulhamid bin Abdul Majid. Dia disebutkan oleh Syibawaih di dalam bukunya yang terkenal. Kedua. Abu al-Hasan Said bin Mas’adah, di dirwayatkan darinya dalam buku Syibawaih. ketiga. Abu a-Hasan Ali bin Sulaiman, murid al-Abbas bin Yahya (Tsa’lab) dan  Muhammad bin Yazid (al-Mubarid).
            Murabba’.[6] Ini adalah laqab Muhammad bin Ibrahim al-Hafizh al-Baghdadi.
Jazarah. Dia adalah Shalih bin Muhammad al-Hafizh al-Baghdadi.
            Kilajah. Dia adalah Muhammad bin Shalah al-Baghdadi.
            Ma Ghammahu. Dia adalah Ali (bin al-Hasan bin) Abdushamad al-Baghdadi al-Hafizh. Dia juga dipanggil dengan ‘Allanu Ma Ghammahu. [7]
            Ubaid al-‘Ijl. Ini adalah laqab Abu Abdullah al-Husain bin Muhammad bin Hatim al-Baghdadi.
            Menurut Ibnu Shalah, mereka ini adalah para hafiz dari Baghdad, kesemuanya adaah murid Yahya bin Muayyan dan dialah yang memberikan mereka laqab-laqab ini.
Sajjadah. Dia adalah al-Hasan bin Hammad, salah seorang sahabat Waqi’, al-Husain bin Ahmad dan Syaikh bin Udaiu.
Abdaan. Ini adalah laqab sejumlah orang. Di antaranya adalah Abdullah bin Utsman, guru Bukhari.
Mereka ini adalah yang disebutkan Syaikh Abu Amru.


[1] Di antara mereka adalah Abu al-Walid ad-Dubagh, Abu al-Farj in al-Jauzi dan Syaikhul Islam Abu al-Fadhl Ahmad ibn Hajar al-Asqalani. Karangannya adalah yang paling baik, mutakhir dan lengkap. At-Tadrib (h. 232)
[2] Aslinya Abu Muhammad, dan ini adalah salah. Hal ini sudah kami sahihkan dari Ibnu Shalah, ath-Tahdzib dan al-Mughni
[3] Demikian disebut disini, hal benar dan sesuai dengan Ibnu Shalah (h.231), Tadzkirah al-Huffazh (Jld. 2 h. 239). Di dalam al-Mughni disebutkan Muhammad bin Muhammad. Sepertinya ini dihubungkan kepada kakeknya
[4] Ini laqab Abu Ghasan Muhammad bin Amru al-Ashbahani ar-Razi guru Muslim.
[5] Maksudnya adalah banyak menghafal hadis. Di dalam kamus disebutkan Bundaru al-Hadits maksudnya adalah orang menghafal hadis
[6] Kata ini dalam bentuk ism maf’ul
[7] Jadi, dia memiliki dua laqab. Kata Ma Ghammahu adalah lafaz nafyi yang bertemu dengan kata kerja ghamma, sebagaimana yang diberi baris oleh Ibnu Shalah


Thanks for reading & sharing Sidikalang Sidiangkat

Previous
« Prev Post

2 Comments:

  1. makasih infonya gan....
    sangat menarik dan bermamfaat....
    salam kenal dan salam sukses..

    ReplyDelete
  2. kak mau minta referensinya, terimakasih

    ReplyDelete

Slide Rekomendasi Artike Blogger

Facebook

FOLLOW US @ INSTAGRAM

 Mengenang Pejuang Vetran Sumut Alm Kapten Basir Angkat
Rajbani Fundation. Powered by Blogger.

Tags

Contact Form

Name

Email *

Message *

Followers

About

Valid XHTML 1.0 Transitional

< Text Back Links Exchange
Free Apple TM ani MySpace Cursors at www.totallyfreecursors.com

Recent Posts