Islam adalah agama yang ilmiah. Setiap amalan, keyakinan, atau ajaran yang disandarkan kepada Islam harus memiliki dasar dari Al Qur’an dan Hadits Nabi shallallahu’alaihi wa sallam yang otentik. Dengan ini, Islam tidak memberi celah kepada orang-orang yang beritikad buruk untuk menyusupkan pemikiran-pemikiran atau ajaran lain ke dalam ajaran Islam.
Karena pentingnya hal ini, tidak heran apabila Abdullah bin Mubarak rahimahullah mengatakan perkataan yang terkenal:
الإسناد من الدين، ولولا الإسناد؛ لقال من شاء ما شاء
“Sanad adalah bagian dari agama. Jika tidak ada sanad, maka orang akan berkata semaunya.”(Lihat dalam Muqaddimah Shahih Muslim, Juz I, halaman 12)
Dengan adanya sanad, suatu perkataan tentang ajaran Islam dapat ditelusuri asal-muasalnya.
Oleh karena itu, penting sekali bagi umat muslim untuk memilah hadits-hadits, antara yang shahih dan yang dhaif, agar diketahui amalan mana yang seharusnya diamalkan karena memang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam serta amalan mana yang tidak perlu dihiraukan karena tidak pernah diajarkan oleh beliau.
Berkaitan dengan bulan Ramadhan yang penuh berkah ini, akan kami sampaikan beberapa hadits lemah dan palsu mengenai puasa yang banyak tersebar di masyarakat. Untuk memudahkan pembaca, kami tidak menjelaskan sisi kelemahan hadits, namun hanya akan menyebutkan kesimpulan para pakar hadits yang menelitinya. Pembaca yang ingin menelusuri sisi kelemahan hadits, dapat merujuk pada kitab para ulama yang bersangkutan.
كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا أفطر قال : اللهم لك صمت وعلى رزقك أفطرت فتقبل مني إنك أنت السميع العليم
“Biasanya Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam ketika berbuka membaca doa: Allahumma laka shumtu wa ‘alaa rizqika afthartu fataqabbal minni, innaka antas samii’ul ‘aliim.”
Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Daud dalam Sunan-nya (2358), Adz Dzahabi dalam Al Muhadzab(4/1616), Ibnu Katsir dalam Irsyadul Faqih (289/1), Ibnul Mulaqqin dalam Badrul Munir (5/710)
Ibnu Hajar Al Asqalani berkata di Al Futuhat Ar Rabbaniyyah (4/341) : “Hadits ini gharib, dan sanadnya lemah sekali”. Hadits ini juga didhaifkan oleh Asy Syaukani dalam Nailul Authar (4/301), juga oleh Al Albani di Dhaif Al Jami’ (4350). Dan doa dengan lafadz yang semisal, semua berkisar antara hadits lemah dan munkar.
Sedangkan doa berbuka puasa yang tersebar dimasyarakat dengan lafadz:
اللهم لك صمت و بك امنت و على رزقك افطرت برحمتك يا ارحم الراحمين
“Ya Allah, untuk-Mu aku berpuasa, kepada-Mu aku beriman, atas rezeki-Mu aku berbuka, aku memohon Rahmat-Mu wahai Dzat yang Maha Penyayang.”
Hadits ini tidak terdapat di kitab hadits manapun. Atau dengan kata lain, ini adalah hadits doif. Sebagaimana dikatakan oleh Al Mulla Ali Al Qaari dalam kitab Mirqatul Mafatih Syarh Misykatul Mashabih: “Adapun doa yang tersebar di masyarakat dengan tambahan ‘wabika aamantu’ sama sekali tidak ada asalnya, walau secara makna memang benar.”
Yang benar, doa berbuka puasa yang dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallamterdapat dalam hadits:
كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا أفطر قال ذهب الظمأ وابتلت العروق وثبت الأجر إن شاء الله
“Biasanya Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam ketika berbuka puasa membaca doa:
ذهب الظمأ وابتلت العروق وثبت الأجر إن شاء الله
/Dzahabaz zhamaa-u wabtalatil ‘uruqu wa tsabatal ajru insyaa Allah/
(‘Rasa haus telah hilang, kerongkongan telah basah, semoga pahala didapatkan. Insya Allah’)”
Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Daud (2357), Ad Daruquthni (2/401), dan dihasankan oleh Ibnu Hajar Al Asqalani di Hidayatur Ruwah, 2/232 juga oleh Al Albani di Shahih Sunan Abi Daud.
tautkan juga ke http://goo.gl/6D2NNV
Posted by Facebook Engineering on 8 Desember 2012
Ini Adalah Unduhan status facebook Prof. Moch.Nur Ichwan dengan fanspage MNI yng sangat inspiratif dalam rangka mengenang Prof. TM Hasbi Ash shiddieqy.
"Sebagaimana ulama, pendapat-pendapat Prof. TM Hasbi Ash-Shiddieqy ada yang progresif ada pula yang konservatif. Pemikirannya pun mengalami pergeseran-pergeseran. Namun, pendapatnya tentang keniscayaan ijtihad dan keterbukaan dalam menerima kelompok "minoritas dalam Islam" masih sangatlah relevan". ungkap Prof. Moch.Nur Ichwan
fanspage di bawah ini kita diajak untuk mengkritisi dan meneliti lebih jauh tentang kutipan pernyataannya. berikut gambar dan tanggapan sampai pada akhir melihat situs Mc Gill
AA : Buktinya mana pak Moch Nur Ichwan? adakah bukunya yg mengulas khusus riwayat imam bukhori muslim dari golongan tersebut di atas
MNI : Abdul Aziz: Kutipan verbatim di atas dari pidato pengukuhan doctor HC dalam Ilmu Syariah di Universitas Islam Bandung pada 22 Maret 1975, yang berjudul "Ruang Lingkup Ijtihad para Ulama dalam Membina Hukum Islam". Saya belum tahu apakah Hasbi membahasnya secara khusus. Sebenarnya hal ini bukan hal baru di kalangan para ahli hadits. Anda bisa baca diskusi2 tentang hal ini misalnya di http://www.ahlalhdeeth.com/ atau http://majles.alukah.net/. Rawi Mu'tazilah: misalnya 'Amr bin 'Ubaid. Rawi-rawi Ibadhi (Khawarij moderat): Imran bin Hattan, Jabir bin Zaid al-Azdi, al-Walid bin Katsir al-makhzumi, Ikrimah Maula Ibn Abbas. Rawi-rawi Syi'ah: Ibad bin Ya'qub al-Rawajini, Ubaidullah bin Musa al-Kufi, Aban bin Taghlib, 'Adi bin Tsabit, Abdul Malik bin A'yan al-Kufi, Auf bin Abi Jamilah, Ali bin Ja'd, Fithr bin Khalifah al-Makhzumi, Muhammad bin Fudhail, Sa'id bin 'Amr, Khalid bin Mukhlid al-Qathwani. Banyak banget ya? Bahkan al-Qathwani disebut "min kibari syuyukhi al-Bukhari" (termasauk salah satu guru besar al-Bukhari). Sebenarnya Hasbi kurang, belum menyebut golongan Qadariyah, yang lebih banyak lagi. Silakan yang tertarik meneliti lebih jauh.
L L : saya penasaran, apakah ada biografi orang per orang yg menyampaikan matan hadits? misalnya si fulan hidup tahun berapa lalu riwayat hidupnya gimana. Masalahnya selama ini kita cuma dikasih tahu matannya saja dan dari si fulan dari si fulan lain tanpa tahu dgn pasti siapa saja orang-orang ini.
Mbak Luthfa Lathiff: Ada. Biasa disebut kitab-kitab jarh wa ta'dil. Misalnya Mizan al-I'tidal, Tahdzib al-Kamal, Tahdzib al-tahdzib.
Lebih jauh lihat Tesis MA Yudian Wahyudi di McGill university
Laqab adalah merupakan suatu gelar yang di berikan kepada
seseorang karena suatu hal yang berkenaan dengan dirinya.
Banyak penulis yang membahas khusus masalah ini.
Seperti Abu Bakar Ahmad bin Abdurrahman asy-Syairazi dan bukunya mengenai ini
sangat bermanfaat. Kemudian Abu al-Fadhl bin al-Falaki al-Hafizh. [1]
Tujuannya adalah agar tidak terjadi kesalahan dan menempatkan suatu laqab kepada
yang bukan pemiliknya.
Apabila laqabnya tidak disukai oleh orangnya, maka para ulama hadis
menyebutnya sebagai pengenal dan pembeda dan bukan sebagai celaan, ejekan
maupun olokan. Wallahu al-Muwafiq li ash-Shawwab.
Al-Hafiz Abdul Ghani bin Said al-Mashri mengemukakan, ada dua orang mulia yang
harus diberikan laqab jelek, yaitu Muawiyah bin Abdul Karim dengan laqab “Adh-Dhaal” karena
dia pernah tersesat di jalanan Makkah dan Abdullah bin Muhammad dengan
laqab adh-Dhaif, karena tubuhnya yang lemah bukan berkenaan dengan
hadisnya.
Ibnu Shalah menyatakan, yang ketiga adalah ‘Arim Abu an-Nu’man Muhammad bin
al-Fadhl as-Saudsi. Hal ini disebabkan dirinya adalah orang yang shaleh dan
jauh dari ‘Aramah (perbuatan buruk yang merusak).
Ghundar. Ini
adalah laqab Muhammad bin Ja’far al-Bashri yang meriwayatkan dari Syu’bah. Juga
laqab Muhammad bin Ja’far ar-azi yang meriwayatkan dari Abu Hatim ar-Razi. Juga
Muhammad bin Ja’far al-Baghdadi al-Hafizh al-Jawwal syaikh al-Hafizh Abu Naim
al-Ashbahani dan yang lainnya. Juga Muhammad bin Ja’far bin Durran al-Baghdadai
yang meriwayatkan dari Abu Khalifah al-Jumahi serta lainnya.
Ghunjar. Ini
adalah laqab Isa bin Musa at-Tamimi Abu Ahmad al-Bukhari[2] yang
meriwayatkan dari Malik dan ats-Tsauri serta yang lainnya. Kemudian Ghunjar
terakhir adalah Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad al-Bukhari al-Hafizh,[3] penulis “Tarikh Bukhar1”,
yang wafat pada tahun 1412.
Sha’iqah.
Muhammad bin Abdurrahim guru Bukhari diberi laqab ini. Hal ini disebabkan
kekuatan hafalan dan ingatannya.
Syabaab.
Dia adalah Khalifah bin Khayyath al-Muarrikh.
Rustah. Dia adalah Abdurrahman bin Umar.
Sunaid. Dia adalah al-Husain bin Daud al-Mufsir.
Qaishar. Ini adalah laqab Abu an-Nadhr Hasyim bin a-Qasim
guru imam Ahmad bin Hambal.
Al-Akhfasy. Banyak orang yang diberi laqab ini, seperti Ahmad
bin Imran al-Bashri an-Nahwi yang meriwayatkan dari Zaid bin al-Hubab.
Ibnu Shalah mengemukakan, para ahli Nahwu memberi
laqab ini kepada tiga orang terkenal. Diantaranya adalah Abu al-Khattab
Abdulhamid bin Abdul Majid. Dia disebutkan oleh Syibawaih di dalam bukunya yang
terkenal. Kedua. Abu al-Hasan Said bin Mas’adah, di dirwayatkan darinya dalam
buku Syibawaih. ketiga. Abu a-Hasan Ali bin Sulaiman, murid al-Abbas bin Yahya
(Tsa’lab) dan Muhammad bin Yazid (al-Mubarid).
Jazarah. Dia adalah Shalih bin Muhammad
al-Hafizh al-Baghdadi.
Kilajah.
Dia adalah Muhammad bin Shalah al-Baghdadi.
Ma
Ghammahu. Dia adalah Ali (bin al-Hasan bin) Abdushamad al-Baghdadi
al-Hafizh. Dia juga dipanggil dengan ‘Allanu Ma Ghammahu. [7]
Ubaid
al-‘Ijl. Ini adalah laqab Abu Abdullah al-Husain bin Muhammad bin Hatim
al-Baghdadi.
Menurut Ibnu Shalah, mereka ini adalah para hafiz dari Baghdad, kesemuanya
adaah murid Yahya bin Muayyan dan dialah yang memberikan mereka laqab-laqab
ini.
Sajjadah. Dia adalah al-Hasan bin Hammad, salah seorang
sahabat Waqi’, al-Husain bin Ahmad dan Syaikh bin Udaiu.
Abdaan. Ini adalah laqab sejumlah orang. Di antaranya adalah
Abdullah bin Utsman, guru Bukhari.
Mereka ini adalah yang disebutkan Syaikh Abu Amru.
[1] Di
antara mereka adalah Abu al-Walid ad-Dubagh, Abu al-Farj in al-Jauzi dan
Syaikhul Islam Abu al-Fadhl Ahmad ibn Hajar al-Asqalani. Karangannya adalah
yang paling baik, mutakhir dan lengkap. At-Tadrib (h. 232)
[2] Aslinya
Abu Muhammad, dan ini adalah salah. Hal ini sudah kami sahihkan dari Ibnu
Shalah, ath-Tahdzib dan al-Mughni
[3] Demikian
disebut disini, hal benar dan sesuai dengan Ibnu Shalah (h.231), Tadzkirah
al-Huffazh (Jld. 2 h. 239). Di dalam al-Mughni disebutkan Muhammad bin
Muhammad. Sepertinya ini dihubungkan kepada kakeknya
[5] Maksudnya
adalah banyak menghafal hadis. Di dalam kamus disebutkan Bundaru al-Hadits
maksudnya adalah orang menghafal hadis
[7] Jadi,
dia memiliki dua laqab. Kata Ma Ghammahu adalah lafaz nafyi yang bertemu dengan
kata kerja ghamma, sebagaimana yang diberi baris oleh Ibnu Shalah
ABSTRAK
The urgent of think about learning model is the varities supplying
in providing teaching subject enrolling the aspect before and after learning.
Urgensi pemikiran tentang model Pembelajaran adalah seluruh
rangkaian penyajian materi ajar yang meliputi segala aspek sebelum sedang dan
sesudah pembelajaran yang dilakukan guru serta segala fasilitas yang terkait
yang digunakan secara langsung atau tidak langsung dalam proses belajar mengajar
Pembelajaran melalui model bertujuan untuk ‘ membantu siswa menemukan makna
diri (jati diri) di dalam lingkungan sosial dan memecahkan dilemma dengan
bantuan ‘kelompok’. Dengan pembelajaran melalui model siswa akan mengetahui
perjalanan hidup serta aktivitas kerja keras seseorang dalam mencapai
kesuksesan. Urgensi Pemikiran pembelajaran melalui pengembangan model
pembelajaran terutama pada belajar model dapat dilakukan dengan fase-fase,
yaitu fase perhatian, fase retensi, fase reproduksi dan fase motivasi,
fase-fase ini akan menghasilkan penampilan seseorang. Dengan menggunakan
fase-fase tersebut secara sistematis akan dapat memberikan pembelajaran melalui
model secara efektif dan efisien.
Kata Kunci : Urgensi Pemikiran, Model Pembelajaran
62-0627-22849
DAFTAR PUSTAKA
Istarani,
58 Model Pembelajaran Inovatif: Referensi Guru Dalam Menentukan Model
Pembelajaran. Medan: Media Persada, cet ke-3, 2012.
Wina
Sanjaya, Kurikulum Pembelajaran Teori dan Praktek Pengembangan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP. Jakarta: Prenada Media Group, 2008.
Faturrahman
Pupuh, Strategi Belajar Mengajar (Bandung:
Refika Aditama, 2007
Roestiyah
NK, Strategi Belajar Mengajar .Jakarta:
Rineka Cipta,, 2008.
Hamzah
B.Uno, Model Pembelajaran (Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif
dan Efektif) .Jakarta: Bumi Aksara,
2007
Joyce
Barker, Cooperative Learning in Student’s Role, (New York: Beverly
Hills, 1999
Rusman,
Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru (Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2012
Robert
Gagne dalam Syaodih Nana, Teori-Teori Belajar (Jakarta: Universitas Indonesia, 1984.
Moedjiono, Strategi
Belajar Mengajar (Jakarta: Depdikbud Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan, 1992.
Anas
Sudjono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2003.
Saifullah
Ali, Pendidikan dan Pengajaran (Surabaya: Usaha Surabaya, 1983.
Abdul
Syakur Terj. Kaidah-Kaidah Pendidikan ( Bandung: Toha Putra, 2011.
Abdul
Majid dan Dian Andayani, Pendidikan
Agama Islam Berbasis Kompetensi Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004 (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005
Muhammad
Buchori, Teknik-Teknik Evaluasi Dalam Pendidikan (Semarang: Jemars,
1983.
Base Camp Sidikalang. Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia, Menteri Kehutanan Republik Indonesia, Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia, dan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2014, PB.3/MENHUT-II/2014, 17.PRT/M/2014, 8/SKB/X/2014 tentang Tata Cara Penyelesaian Penguasaan Tanah yang berada di dalam Kawasan Hutan.
Deputian Bidang Pengaturan dan Pengendalian Pertanahan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Peratanahan Nasional menyusun Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) Inventarisasi Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah dalam kawasan hutan sebagai pedoman dan arahan pelaksanaan Inventarisasi Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (IP4T) oleh Tim IP4T dalam rangka penyelesaian penguasaan tanah yang berada di dalam kawasan hutan.
Untuk lebih jelasnya ditautkan klik disini
Kali ini saya ingin berbagi
mengenai teknik memecahkan masalah. Teknik pemecahan masalah adalah sebagai
proses menyelesaikan suatu permasalahan atau kejadian, upaya untuk mengambil
pilihan yang terbaik yang mendekati kebenaran.
Sering kita melihat suatu
permasalahan antara keinginan dan harapan tidak singkron maka perlu kita
mencari penyebabnya bahkan kita mesti menelusuri secara ajeg. Bahkan dengan
bantuan mencari pemecahan masalah dilakukan
dengan mesin pencarian google dengan
kata kunci “Teknik Pemecahan Masalah”
dan “Problem
Solving”
Isi pengantar diatas adalah
informasi dan paling penting artikel Pemecahan masalah bahkan sering juga
dimaksud dengan mengambil suatu Keputusan. Mengabil suatu solusi bahkan win win
solusi tentunya mengarah kepada keputusan yang tebaik sehingga mengurangi masalah
bahkan menghilangkan permasalahannya.
Dua paragraf diatas adalah informasi
pendukung mengenai Teknik Pemecahan
Masalah terbaru.
Pertama skema dibawah ini adalah
sangat strategis pada ujung tombak penyelesaian pemecahan masalah yang kerab diminati
sebagai informasi di bawah artikel ini menjelaskan tehnik Pemecahan Masalah
atau sering disebut Problem solving.
Mengapa inti artikel ini
menjadi penting?
Paragraf diatas adalah inti
artikel mengenai subjek Pemecahan masalah sebagai pengambil keputusan efektif
tentunya tidak mudah seseorang akan mengambil
pertimbangan terbaik tentunya menelisiknya dengan beragam elemen yang
komplementer atau secara filosofistis. Perbedaan filosofis ini adalah hal yang
perlu disamakan sehingga tidak mengalami kesulitan dalam mengambil keputusn
yang tepat.
Betapa pentingnya kita melihat
kondisi atau lingkungan cakupan yang spesifik secara fisikis dan juga sosial
baik secara eksternal maupun internal perlu kita perhatikan baik itu
dilingkungan keluarga, perusahaan, sekolah dan disituasi dimana anda berada.
Sebagai Pimpinan sejatinya mengambil keputusan berdasarkan hasil dari
penggalian informasi yang akurat dan terhangat serta paling mutkhir atau tranding
topik. Hal yang di kehendaki dalam artikel Teknik Pemecahan Masalah adalah Bagaimana seorang
pengambil keputusan melengkapinya dengan terbentuknya Bank Persoalan atau Data
base yang akurat terpercaya.
Secara keseluruhan dalam
kehidupan kita tentunya dihadapkan permasalahan permasalahan yang kompleks bahkan sangat rumit di lingkungan masing
masing. Kita semestinya jangan berlarut-larut dalam bergelimangnya permasalah
tersebut tentunya adalah suatu keberuntungan anda di mudahkan mesin pencarian
google menemukan artikel “ Teknik Pemecahan
Masalah tebaru “ini.
Empat Tahapan yang perlu di
jalankan menurut Benjamin B.T dan Charles H, Kepner yakni:
- Analysis Situasi
- Analysis Masalah
- Decition Analysis
- Potential Analysis Problem
Analysis Situasi yakni mengidentifikasi, mengklarifikasi,
prioritas penanganan sejak dini, mana yang ditunda serta mana yang menimbulkan
permasalahan. Kita hendaknya menentukan tujuan mana yang menjadi target utama
jangan di campur campur. Mengumpulkan fakta-fakta dengan catatan yang relevan kebiasaan
yang berlaku, pendapat dan perasaannya.
Lalu mempertimbangkan fakta dan tentukan
kelanjutan yang harus diambil dengan menghubungkan fakta yang satu dengan yang
lain, pelajari pengaruhnya dan menentukan apa tindakan yang semestinya diambil,
hal ini kita hendaknya bersikap bijaksana. Tentukan siapa yang mengambil
keputusan secara menyeluruh atau sebagian tertentu saja. Adalah bijaksana juga
kita pertimbangkan siapa-siapa yang perlu diberi informasi tentang keputusan
atau tindakan yang diambil. Lalu tentukan waktu yang tepat untuk di ekskusi
terakhir adalah periksa hasil pelaksanaan dengan mengevaluasinya apakah tujuan
tercapai dan pelajari perubahan sikap dan hubungan antara satu pihak dengan
pihak lain.
Sementara analisis keputusan di poin kedua kita hendaknya membendakan apa yang harus di
capai dan dengan apa ingin di capai
pencapaiannya. Skala prioritas
adalah “ penting” dan juga alternative
terbaik dalam mengimpementasikan
sehingga optimal.
A.Deskripsi Buku
Penulis : Charlene Tan
Kategori : Penelitian
Pendidikan Islam
ISBN : 978-0-415-87976-7
(hbk)
:
978-0-203-81776-6 (EBK)
Bahasa : Inggris
Tempat
Terbit : New York
Diterbitkan : Tahun 2011
Diterbitkan : Tahun 2011
Penerbit Buku : Penerbit Routledge & e-Library Taylor
& Francis
Jumlah
Halaman : 208
Halaman
B. Daftar Isi Buku
Introduction……………………………………………………………………............….1
- Struggling for Control: Indoctrination and Jihad …………………….............. 12
- (De)constructing an Indoctrinatory Tradition…………...........................…...... 28
- Indoctrination in Formal Education: The Case of Pondok Pesantren Islam Al Mukmi………………………………..................................................................... 43
- Indoctrination in Non-formal and Informal Education: The Case of Jemaah Islamiyah ………...............................................................……………………….………...... 62
- Weaving a Different Net: An Educative Tradition …………...................…….. 76
- Islamic Schools in Indonesia: Islam with a Smiling Face? ……...............…….. 91
- Whither Religious Pluralism, Strong Rationality, and Strong Autonomy? ………………………………………………………............................................. 114
- Beyond Indoctrination: Towards Educative Muslim Traditions …................ 129
Conclusion ……………………………………..............................……………....……..
144
Notes
…………………………………………………................................…….………
151
Bibliography
…………………………………………............................……………….
187
Index
……………………………………………………............................…………….
201
Introduction (Pendahuluan)[1]
Dalam pendahulunan Charlene Tan
menjelaskan kata kunci dalam memahami bukunya yaitu pengertian dari : Islam, Pendidikan Islam, Muslim, Tradisi
Muslim, Terorisme dan Militansi, Islamisme dan Jihad.
Dengan memahami kunci di atas penulis ingin menjelaskan
hal-hal sebagai berikut “saya akan memesan pembahasan rinci indoktrinasi untuk
beberapa bab berikutnya. Tapi saya ingin membuat dua poin dari klarifikasi
tentang indoktrinasi di sini. Pertama, sementara indoktrinasi dan militansi
(dan terorisme) terkait, mereka tidak digunakan secara sinonim. Tidak semua
militan muslim menjadi korban indoktrinasi, dan tidak semua diindoktrinasi.
Muslim akan beralih ke militansi. Studi kami melampaui isu-isu militansi,
terorisme, dan masalah keamanan kepada pertanyaan mendasar indoktrinasi.
Pertanyaan-pertanyaan ini meliputi: apa yang indoktrinasi, bagaimana, apakah
indoktrinasi terjadi, apa kondisi untuk indoctrinatory tradisi eksis dan
berkembang, dan bagaimana kita bisa menghindari dan kontra Indoctrination.
Kedua, bahwa saya telah terletak diskusi kita indoktrinasi
dalam konteks Islam tidak berarti bahwa indoktrinasi adalah "Islam masalah
"atau hanya Muslim bisa diindoktrinasi. Saya telah memilih untuk fokus pada Muslim daripada, katakanlah,
Kristen, Konghucu, Hindu atau karena persepsi saat ini bahwa sejumlah militan
Muslim dan siswa dari sekolah-sekolah Islam adalah korban indoktrinasi.
Sementara fokus saya adalah pada pendidikan Islam, kesimpulan saya pada
indoktrinasi akan berlaku untuk pendidikan dalam agama-agama lain juga.
Setelah mengenal diri kita sendiri dengan masalah
indoktrinasi dan definisi istilah kunci, mari kita lanjutkan untuk membongkar
makna indoctri bangsa dalam bab berikutnya[2].”
- Struggling for Control: Indoctrination and Jihad [3]( Berjuang Pengendalian:Indoktrinasi dan Jihad)
Pada pembahasan ini penulis berusaha untuk menjelaskan
pengertian dari indoktrinasi dan jhad dimana penulis menjelaskan
- Kontrol keyakinan[4]; Kontrol keyakinan adalah keyakinan inti yang kita peroleh dalam proses alami enkulturasi, pendidikan, sosialisasi, dan interaksi dengan orang-orang dan alam. Sementara semua manusia terus untuk mengontrol keyakinan (kecuali orang tersebut adalah perkembangan menantang), orang-orang yang diindoktrinasi terus untuk kontrol mereka keyakinan berbeda . Dengan kata lain, cara di mana sebuah indoktrinasi per-anak memegang keyakinan kendalinya set nya terpisah dari seseorang yang tidak indoctrinated.
- Psikologi Keyakinan yang kuat[5]; Secara psikologis kuatnya keyakinan adalah mereka yang dihargai dan integral kehidupan seseorang dan pribadi identitas. Mereka biasanya memeluk tanpa pertanyaan dan paling tahan terhadap berubah. Sementara semua keyakinan kontrol dianggap sebagai psikologis yang kuat, mereka tidak memiliki kekuatan psikologis yang sama. Beberapa keyakinan kontrol diadakan .lebih kuat daripada yang lain dalam arti bahwa mereka dianggap sebagai yang paling important bagi orang dan membentuk inti dari keberadaan dan identitasnya. Sebuah taat Buddha, misalnya, cenderung menghargai keyakinan agama pada intinya karma (Doktrin penyebab moral) dan reinkarnasi lebih dari nya dasar politik keyakinan bahwa demokrasi parlementer adalah bentuk pemerintahan terbaik. Untuk lebih memahami kekuatan psikologis keyakinan kontrol, kita perlu melihat bagaimana keyakinan berhubungan satu sama lain dalam suatu sistem kepercayaan. Keyakinan tidak diperoleh dan tidak berfungsi dalam isolasi; bukan mereka ada sebagai kelompok atau jaring keyakinan saling bertautan. Ketika seseorang mencoba untuk memahami dan menilai situasi, kelompok keyakinan diaktifkan dengan keyakinan fungsi sebagai keyakinan kontrol, keyakinan data atau kepercayaan data latar belakang. Totalitas dari kelompok keyakinan membentuk sistem kepercayaan seseorang. Apa yang kemudian menentukan kekuatan psikologis keyakinan kendali.
- Kontrol Keyakinan dan Indoktrinasi[6]; Mari kita menerapkan apa yang telah kita pelajari tentang keyakinan kontrol untuk indoctri bangsa. Orang yang diindoktrinasi adalah orang yang memegang keyakinan kekuasaannya di tiga cara yang saling berhubungan yang berbeda dari non-diindoktrinasi peranak.
Pertama, orang yang diindoktrinasi
berpegang pada jumlah yang sangat kecil kontrol keyakinan. Jumlah kecil dijamin
dengan menghapus semua rangsangan eksternal yang memiliki potensi yang akan
diselenggarakan sebagai keyakinan kontrol dengan korban. Buatan lingkungan
dikenakan di mana korban, biasanya terisolasi dari keluarganya dan masyarakat,
terkena hanya keyakinan istimewa oleh indoctrinator. Keyakinan kontrol yang
dipilih biasanya dinyatakan dalam abstrak dan metafisik seperti
"Tuhan", "kebenaran", "kebebasan", dan
"kemajuan". Mereka selanjutnya diwakili rapi dalam biner "untuk
kami atau melawan kami" pandangan dunia. Dipercayakan dengan otoritas
absolut, ini keyakinan sederhana dan sederhana berfungsi untuk menjamin bahwa
hanya sejumlah pilih keyakinan adalah (dan harus) istimewa dan ditanamkan.
Perbedaan kedua antara orang
diindoktrinasi dan orang yang tidak diindoktrinasi terletak pada sejauh mana
keyakinan kontrol menanamkan kematian dalam lanskap kognitif nya. Keyakinan
kontrol dari indoktrinasi orang begitu tertanam dan diselenggarakan sedemikian
psikologis yang kuat cara yang mereka telah dijajah lanskap seluruh kognitif
nya. Mereka buka dan menyensor masukan baru yang menantang atau tidak sesuai
dengan yang ada mengontrol keyakinan dengan membentuk keyakinan baru untuk
menolak mereka, seperti "ini adalah dari setan "atau" hanya
belum diselamatkan / berdosa / orang bodoh berpikir seperti itu ". Unsur
prisingly, orang mengembangkan afinitas intens dan lampiran untuk
"Kami" dan permusuhan yang sesuai dan kebencian terhadap
"Mereka". Dengan menyalurkan semua
energi untuk diri mereka sendiri, keyakinan kontrol ini membentuk
identitas orang tersebut dan mengendalikan seluruh hidupnya, membuatnya
menafsirkan segala sesuatu melalui pandangan keyakinan kontrol.
Perbedaan ketiga adalah bahwa
keyakinan kontrol non-diindoktrinasi orang tetap, untuk berbagai tingkat,
terbuka untuk meragukan dan revisi ketika disuntik dengan ide-ide yang
bertentangan dan bukti yang bertentangan. Tapi ini bukan kasus untuk orang
diindoktrinasi: seperti keyakinan kendali seseorang keras kepala menahan
tantangan eksternal dan bahkan mendistorsi kenyataan dengan menyaring semua
stimuli yang masuk dan menafsirkan informasi baru sejalan dengan dan dukungan
kepercayaan kekuasaannya.
- Keyakinan Kontrol : contoh Jihad; Secara harfiah berarti "perjuangan" atau "berusaha", jihad secara umum didefinisikan sebagai melakukan yang terbaik untuk menegakkan hukum-hukum Allah, menyebarkan dan membangun itu. Arti umum ini tidak boleh disamakan dengan perjuangan bersenjata atau perang. Di Indonesia, negara yang terkenal dengan bentuk toleran dan inklusif Islam, banyak Muslim berbicara tentang jihad sebagai memberikan yang terbaik bagi Allah. Contoh jihad keras adalah jihad imam samudra dan teman-temannya.
Perbedaan pendapat dan perdebatan di
kalangan umat Islam tentang jihad mengungkapkan kontras keyakinan kontrol di
tempat kerja di masing-masing tradisions. Ingat bahwa tradisi jihad adalah
wacana yang berusaha untuk menginstruksikan sebuah komunitas Muslim pada
formulir yang benar dan tujuan jihad. Sebuah tradisi jihad adalah suatu proses
sosial historis terletak konstruksi makna bersama jihad melalui teks (Qur'an,
hadits, dan tulisan oleh para sarjana Muslim klasik) dan konteks (formal,
non-formal, dan pendidikan informal dari para pemimpin agama, anggota keluarga,
dan masyarakat). Daripada satu tradisi jihad homogen, ada tradisi jihad yang
berbeda dan bersaing di berbagai Muslim komunitas , masing-masing dengan
identitasnya sendiri, sejarah, lintasan, dan perjuangan. Oleh karena itu
seharusnya tidak mengejutkan kita bahwa konsep jihad hari ini tetap
diperebutkan oleh Muslim (dan non-Muslim) dari berbagai tradisi.
Ini
adalah pelajaran untuk dicatat bahwa tidak ada konsensus di antara ulama
tentang hubungan antara pencucian otak dan indoktrinasi. Di satu sisi, ada
peneliti yang berpendapat bahwa cuci otak berbeda dengan indoktrinasi, atas
dasar bahwa mantan harus melibatkan paksaan. Hal ini diyakini bahwa mencuci
otak seperti indoktrinasi, sejalan dengan strategi pemaksaan seperti isolasi ditegakkan, interogasi, obat-obatan,
dipaksa pengakuan, dan self kritik, disertai dengan serangan emosional seperti
kecemasan mendorong, ketakutan, dan bahkan gangguan mental.
Namun,
sementara saya setuju cuci otak yang biasanya koersif (karena yang asosiasi
dengan cuci otak Komunis China tawanan perang), indoktrinasi mungkin memaksa
juga. Saya setuju dengan Robert S. Baron yang kita harus membedakan dua jenis
indoktrinasi: bentuk sukarela (untuk Misalnya, merekrut anggota untuk bergabung
dengan kelompok kultus) dan bentuk koersif (untuk Misalnya, memenjarakan
tawanan perang).
Selain
itu, tidak benar bahwa strategi pemaksaan seperti kekerasan fisik hanya
digunakan dalam pencucian otak dan tidak dalam indoktrinasi. Seperti yang
ditunjukkan sebelumnya, indoktrinasi mungkin dicapai melalui metode seperti
stres fisik dan teratur setiap hari jadwal kegiatan. Singkatnya, indoktrinasi
yang efektif memerlukan perpaduan cerdas kognitif, afektif, dan teknik
manipulatif fisik yang saling memperkuat satu sama lain. [7] lihat
[1] Halaman. 1- 11
[2] Halaman 10 - 11
[3] Halaman 15 -31
[4] Halaman 17
[5] Halaman 21
[6] Halaman 23
[7] Halaman 29